Fimela.com, Jakarta Pendidikan seks pada anak di Indonesia masih menjadi hal yang tabu. Berdasarkan data yang dipaparkan Reckitt Benckiser Indonesia melalui brand Durex, masih banyak kaum muda yang belum memiliki informasi memadai tentang kesehatan reproduksi dan pendidikan sosial.
Untuk itulah Durex berinisiatif menggagas kampanye edukatif terkait pendidikan seks ini dalam program CSR yang bertajuk Eduka5eks. Kampanye ini bertujuan untuk mendorong para orang tua di Indonesia untuk menjadi sumber informasi utama yang bisa diandalkan oleh anak-anak mereka, untuk memahami kesehatan organ reproduksi dan hal terkait edukasi seksual lainnya.
"Kami mendorong keluarga di Indonesia untuk kembali mengambil peran mereka sebagai penasihat anak-anak mereka dan sumber informasi tepercaya tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi serta menemani mereka melewati tahap pertumbuhan," ujar Srinivasan Appan, General Manager Reckitt Benckiser Indonesia.
Saat sesi talk show, dr. Helena Rahayu Wonoadi, Direktur CSR Reckitt Benckiser Indonesia juga mengatakan, “Data kami mengungkapkan bahwa teman sebaya dan internet merupakan sumber yang paling nyaman bagi anak-anak Indonesia untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi." Padahal fakta lain menunjukkan banyaknya konten yang tak bisa dipercaya, atau bahkan informasi yang tak layak dikonsumsi.
Celah itulah yang berusaha diisi oleh Reckitt Benckiser Indonesia melalui Durex, dengan cara menjangkau kaum muda, orang tua, dan para pasangan seksual melalui lima langkah sederhana dalam menjaga kesehatan seksual serta organ reproduksi, yang disuarakan lewat kampanye Eduka5eks.
Isi Program Eduka5eks
Lima langkah mengampanyekan edukasi seks dan pengetahuan tentang organ reproduksi tersebut antara lain;
1. Ayo Pahami yakni berupa sikap terbuka untuk memperoleh lebih banyak informasi tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi, mulailah dari lingkup keluarga untuk tidak lagi menganggap pendidikan seks dan kesehatan organ reproduksi sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan.
2. Mari Bicara, dalam arti berani untuk memulai percakapan mengenai seks dan organ reproduksi sedini mungkin dalam konteks yang tepat.
3. Saling Menghargai, adanya perbedaan pendapat dan keputusan orang lain terkait pengetahuan dan pemahamannya tentang pendidikan seksual dan kesehatan organ reproduksi merupakan hal yang wajar, dan perbedaan itu harus dihargai.
4. Selalu Bertanggung Jawab atas diri sendiri, pasangan, dan keluarga. Dengan mengenal tubuhnya, seorang anak akan lebih memahami konsekuensi yang diterima atas hal-hal terkait kesehatannya. Berangkat dari situ, mengajarkan tentang tanggung jawab akan lebih mudah dilakukan.
5. Pemeriksaan Kesehatan. Lebih jauh, dari kampanye ini diharapkan kesadaran untuk menjaga kesehatan organ reproduksi seksual kian meningkat dan lebih banyak lagi yang melakukan pemeriksaan secara berkala.
Ke depannya, Reckitt Benckiser melanjutkan survei untuk menjangkau resposnden/peserta yang lebih luas, mulai dari orang tua hingga pasangan yang telah menikah, serta membangun kemitraan dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia. Tujuannya untuk memperoleh perspektif yang lebih komprehensif tentang pendidikan seksual antara orang tua dan anak, hingga topik pendidikan seksual serta kesehatan organ reproduksi pun lebih meluas.
#GrowFearless with FIMELA