Kehidupan Pernikahan Mengajarkan untuk Kuat Melewati Segala Rintangan

Endah Wijayanti diperbarui 18 Jul 2019, 18:49 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya cara berbeda dalam memaknai pernikahan. Kisah seputar pernikahan masing-masing orang pun bisa memiliki warnanya sendiri. Selalu ada hal yang begitu personal dari segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela Juli: My Wedding Matters ini.

***

Oleh: Desi Kemalasari - Jakarta Barat

Perjalanan Singkat Menuju Bahagia

November 2016

Namaku Desi, aku seorang mahasiswi di salah satu universitas di daerah Jakarta. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Keseharianku tiap hari hanya berangkat ke kampus dan berkumpul bersama teman. Jika berbicara soal cinta, pada saat itu aku tidak pernah percaya cinta sejati itu benar-benar ada, dan di pikiranku cinta sejati itu cuma ada di cerita dongeng.

Waktupun berjalan, di sore hari menjelang wisuda D3 ku, aku dan ibuku mempersiapkanbaju untuk keberangkatan wisudaku 1 minggu lagi. Aku pun foto-foto mengenakan baju wisudaku, dan tanpa aku ketahui ternyata ibuku mem-posting fotoku di media sosial. Selang beberapa menit, handphone ibuku berbunyi, karena pada saat itu ibuku sedang sibuk mempersiapkan kebutuhanku, aku pun yang membuka handphonenya, dan ternyata ada salah seorang pria yang komentar tentang postingan ibuku, dan ternyata dia adalah sepupu dari ibuku. Dan akupun membalas pesannya tersebut, dan saking aku penasaran aku lihat foto profilnya, di dalam hatiku, “Wah , lumayan juga nih cowok," yang kupikirkan pada saat itu, tidak ada terbesit jika aku akan menyukainya.

Hari demi hari pun komunikasi lewat handphone pun masih berlanjut. Ketika aku berada di salah satu kost di tempat teman kampusku, kebetulan ada beberapa yang aku ingin beli di salah satu mall dekat rumah, dan aku pun minta diantar sama teman kampusku. Ketika sampai di mall, akupun masih komunikasi dengan sepupu ibuku. Tiba tiba dia chatting untuk ngajakin ketemuan pada saat itu juga. Pada saat itu aku pun sangat kaget, karena posisi pada saat itu sudah sore menjelang malam dan dari pagi aku sibuk diluar. Aku pun belum mempersiapkan diri untuk bertemu, dan aku pun minta pendapat dengan temanku, kira-kira apa aku menemui dia atau tidak, karena akupun penasaran dengan dia, dan aku pun berpikir bahwa dia adalah sepupu ibuku, akupun menyetujui pertemuan tersebut.

Sekitar pukul 19.00 WIB, aku pun yang janjian di dekat kost temanku, mulai berjalan ke depan simpang jalan, dan entah kenapa dengan apa yang aku rasakan, tiba-tiba jantungku berdebar-debar. Ketika aku lihat di ujung jalan ada sebuah mobil, dan dia pun mulai meneleponku, mungkin dia ingin memastikan di mana keberadaan saya, dan dia pun mulai sadar bahwa aku yang sedang berjalan menuju mobilnya, ternyata dia pun membawa satu teman pria di dalam mobil yang ikut bersama dia.

Entah apa yang aku rasakan ketika berada di dalam mobil tersebut, aku merasa salah tingkah, tak tau harus gimana. Jantungku pun berdebar-debar seperti ada perasaan lain, ketika kita memutuskan untuk berhenti di salah satu tempat makan pinggir jalan, ketika berada di tempat makan tersebut, aku pun masih dengan perasaan yang sama, malu-malu, salah tingkah, dan tak tau harus bagaimana. Hingga aku pun sok sibuk main handphone, ketika dia mulai ajak bicara, dan aku pun melihat matanya entah kenapa rasa itu makin yakin, di hati aku. Dan di dalam hati akupun seperti mengatakan kalau dia tuh jodoh aku, tapi akupun gak boleh terlalu percaya diri pada saat itu, karena aku pikir belum tentu dia suka sama aku, makanya aku berusaha untuk mencairkan suasana dengan sedikit obrolan, agar tidak terlalu kentara bahwa aku sedang gerogi.

Beberapa jam kemudian, kami pun bergesas untuk pulang. Aku diantar bersama dia ke kosan teman kampusku, ketika kami telah sampai, dia hanya mengantarku sampai sudut jalan. Karena waktu sudah mulai malam aku pun tidak menawarkan dia untuk mampir, aku pun mulai berjalan menuju kost temanku, dan ternyata dia memperhatikanku, sambil bilang, "Dah!" entah kenapa akupun merasa tersipu malu,dan diapun mulai pergi.

Akupun bergegas pulang ke rumahku, karena waktupun mulai malam, akupun mengajak teman kampusku, untuk menginap di rumahku. Sesampainya di rumahku, kamipun masuk ke kamar, dan aku pun masih penasaran dengan si dia. Aku pun berbicara kepada temanku, “Jika dia menghubungiku malam ini, berarti dia ada respons baik terhadapku." Beberapa saat kemudian handphone-ku berbunyi, aku hendak membukanya, ternyata benar dugaanku dia masih menghubungiku.

Beberapa hari kemudian, aku yang berada di kampus pada saat itu, masih sering chattingan dengan dia. Di salah satu perkataannya , dia pun mulai mengungkapkan isi hatinya bahwa dia menyukaiku, dan dia ingin menikah denganku. Pada saat itu akupun sangat bahagia, karena ternyata dia merasakan perasaan yang sama denganku. Dan yang paling mengejutkan ketika aku pulang dari kampus, sesampai aku di rumah aku mendapatkan kabar dari ibuku, bahwa ibunya pria itu telah menelepoon ibuku.

Sebenarnya sih kalau dalam silsilah keluarga pria itu adalah sepupu ibuku, dan ibu dari pria itu adalah tante dari ibuku. Lanjut dari cerita tadi, ibuku menyampaikan jika anaknya suka kepadaku, dan ibunya berharap jika ibuku menyukai anaknya. Ibuku pun berkata kepadaku, bagaimana aku bisa menyukainya, karena sampai sekarang pria itu belum menemui ibuku, pada saat itu aku memutuskan agar pria tersebut untuk mendatangi rumahku.

2 dari 4 halaman

Desember 2016

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Keesokan hari dia pun datang ke rumahku bersama teman yang biasa bersamanya. Kami pun mulai ngobrol-ngobrol. Beberapa jam kemudian dia pun hendak pulang. Keesokan harinya aku mengundang dia dan temannya untuk mengikuti wisuda D3-ku, dan diapun menyetujuinya. Tiba saatnya hari wisudaku, di pagi hari dia menjemputku, entah apa yang aku rasakan. Aku merasa sangat bahagia karena di hari yang bahagia ini, aku memiliki seseorang yang spesial.

Hari demi hari kami pun mulai mengenal satu sama lain. Dia pun mengajak aku untuk berkunjung kerumahnya, untuk menemui keluarganya, sempat aku berpikir untuk menolak, karena aku belum siap untuk bertemu. Tetapi akupun harus yakin dan berani. Keesokan harinya aku masih menjalani perkuliahan karena aku melanjutkan jenjang S1. Ketika jam kampusku sudah selesai, dia menjemputku di kampus. Aku pun mengajak satu teman perempuan untuk menemaniku bertemu keluarganya. Setiba di rumahnya, aku merasa grogi, dan takut, jika keluarganya tidak bisa menerimaku, tapi aku harus tetap berpikir positif. Aku melihat keluarganya responnya sangat baik terhadapku. Beberapa jam aku di rumahnya aku memutuskan untuk pulang, karena waktu sudah mulai sore.

Januari 2017

Hari demi hari kami masih bersama, dan pada akhirnya dia pun dan keluarga memutuskan untuk melamar aku. Perkenalan dalam 2 bulan terakhir ini yang menurut aku sangat singkat, aku pun memberanikan diri untuk menerima lamaran tersebut, dan waktu pernikahan pun di tentukan selesai ibuku pulang dari ibadah umroh.

Februari 2017

Ketika ibuku kembali ke tanah air, kami pun mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan, perasaanku pada saat itu sangat bahagia dan deg-degan. Tetapi beberapa hari kemudian aku mendapatkan kabar dari calon suamiku, bahwa kakak kandungnya sedang sakit di kampung halamannya yang berada di Sulawesi Selatan. Aku sangat kaget dan sedih karena kakaknya tersebut adalah salah satu yang mendukung agar pernikahan secepatnya diadakan. Kabar terakhir yang aku dengar dengan sakit kakaknya sangat mendadak dan sakit yang dialami sangat parah. Kemudian kedua orang tua suamiku pun bergegas berangkat ke Sulawesi ke tempat kediamannya untuk melihat keadaannya. Perasaanku pada saat itu sangat campur aduk, antara senang karena pernikahan, dan sedih dengan apa yang di alami calon kakak iparku.

3 dari 4 halaman

April 2017

ilustrasi.Photo by Subodh Bajpai from Pexels

Hari yang ditunggu tunggu sudah tiba. Pernikahanku akan diselenggarakan. Pada saat itu kami semua merasakan kebagiaan tetapi diselimuti dengan kesedihan, bahwa kakaknya masih terbaring sakit, serta ayah dan ibu mertuaku pun tidak bisa hadir di acara pernikahanku, hingga pihak dari keluarga suamiku, yang mewakilkan pernikahanku pada saat itu.

Selesai acara pernikahanku, dua hari kemudian, kami pun lekas berangkat menuju Sulawesi selatan untuk melihat keadaan kakak iparku. Sesampai di kampung halaman, kami semua pun sangat sedih, melihat kondisi orang yang kami sayangi sedang mengalami sakit parah. Hari demi hari pun berlalu, tanggal 29 April 2017 aku mendapatkan kabar dari suamiku bahwa kakak kandungnya yang sedang sakit telah meninggal dunia. Aku sangat kaget mendengarnya, sungguh seperti mimpi buruk untuk ku, suamiku, serta keluargaku.

Pernikahan yang baru beberapa hari kami jalani malah berselimut kesedihan karena yang aku tahu bahwa kakaknya adalah salah satu penyemangat suamiku, dan dia yang sangat bersemangat dengan pernikahanku, tapi Tuhan berkehendak lain. Mungkin Tuhan lebih menyayanginya. Beberapa hari kemudian, kami masih berselimut kesedihan, tapi kami semua berusaha untuk menjalankan hidup seperti biasanya. Suamiku dan keluarganya memutuskan ingin pulang ke Jakarta beberapa minggu kedepan.

Juni 2017

Suatu pagi tiba tiba terasa kepala ku sangat berat, dan perutku terasa mual sekali. Suamiku pun sangat khawatir. Kami pun bergegas untuk pergi ke dokter, setelah dokter memeriksa, dokter menyarankan untuk tes kehamilan. Setelah dicek, ternyata aku positif hamil anak pertamaku, sungguh bahagia aku dan suamiku mendengarnya bahwa beruntungnya kami langsung diberi kepercayaan secepat ini.

Kami langsung bergegas pulang ke rumah dan memberitahu ke keluarga tentang kehamilanku, dan keluarga pun sangat bahagia mendengarnya. Keesokannya kami sekeluarga memutuskan untuk balik ke Jakarta, meskipun rasa bahagia ini, masih diliputi kesedihan kamu harus bisa melewati hidup seperti biasa.

4 dari 4 halaman

Juli 2017

ilustrasi/Photo by wendel moretti from Pexels

Sesampai di Jakarta kami melakukan aktivitas seperti biasa, aku sebagai ibu rumah tangga, dan suamiku sibuk sebagai pebisnis. Selang beberapa bulan kemudian, akupun melahirkan putra pertamaku di bulan November 2017. Kehamilan pertamaku ini sangat lemah, dan bayi di dalam kandunganku beratnya sudah melebihi batas, akhirnya aku diputuskan untuk melahirkan secara caesar, pada waktu itu. Perasaaanku sangat terharu dan bahagia, bisa melahirkan anak kami yang kondisinya sehat dan sempurna.

November 2017

Wisuda S1-ku yang telah aku tunggu-tunggu akan aku jalani hari ini. Walaupun aku habis melahirkan putra pertamaku, aku tetap harus mengikuti wisuda S1, karena ini adalah salah satu cita-citaku, menjadi sarjana muda pada umurku 22 tahun.

Hari demi hari telah kami lewati, aku membesarkan putra pertamaku. Beberapa bulan kemudian aku mendapatkan keturunan kembali, seorang putri cantik yang aku lahirkan, sungguh sempurna untukku. Aku bisa mendapatkan seorang anak laki-laki dan anak perempuan.

Kehidupan yang mengajarkan aku untuk kuat melewati segala rintangan, dan yang paling terpenting aku mempunyai seseorang yang sangat berharga untukku yaitu suamiku. Dia yang bisa menerima aku apa adanya. Tetaplah berpikir positif bahwa yang tidak mungkin akan menjadi mungkin, dan inilah perjalanan cintaku yang singkat menuju kebahagiaan.

#GrowFearless with FIMELA