Ulasan: Novel Pemetik Bintang Karya Venerdi Handoyo

Endah Wijayanti diperbarui 24 Okt 2020, 04:43 WIB

Fimela.com, Jakarta Judul: Pemetik Bintang

Penulis: Venerdi Handoyo

Penyunting: Siska Yuanita

Desain sampul: Sarkodit

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Rifat melewatkan hari-harinya berdua saja dengan Bapak, sejak dulu. Dalam kesunyiannya, dia bertemu dengan Nina yang sama-sama kesepian. Hubungan mereka kian rekat, sampai suatu hari Nina pergi meninggalkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab.

Dalam kehilangannya, hidup Rifat terus bergulir: berbenturan dengan masa lalu, bertumbukan dengan luka-luka lama, berkenalan dengan nilai-nilai baru. Ketika Nina datang kembali, masih adakah sisa-sisa Rifat yang dulu?

Di tengah pertentangan norma, penemuan kebahagiaan-kebahagiaan kecil, dan keresahan akan hidup yang serbatanggung, Rifat dan Nina bersepakat untuk terus berpegangan tangan. Ini cerita tentang upaya menyatukan dua jiwa yang rapuh untuk saling melengkapi.

***

Kisah dibuka dengan Rifat yang sedang berusaha mencari Nina yang hilang. Kemudian, cerita kembali ke belakang mengisahkan masa-masa remaja hingga dewasa yang dilalui Rifat. 

Bapak sering bercerita mengenai seorang anak yang memetik bintang pada Rifat. Dongeng tentang anak pemetik bintang itu melekat kuat pada ingatan Rifat. Rifat hanya dirawat dan dibesarkan oleh bapak. Ibunya meninggalkan trauma yang mendalam pada Rifat kecil. Ibu Rifat pun memilih untuk bersama pria yang jauh lebih muda. 

Hidup Rifat bergulir melalui perkenalannya dengan sejumlah perempuan dan teman. Sampai pada suatu ketika ia berkenalan dengan Nina. Nina dan Rifat bisa dibilang memiliki sejumlah persamaan. Keduanya sama-sama memiliki rasa kesepian. Tapi ada sisi lain Nina yang begitu misterius dan membuat Rifat kesulitan untuk bisa mengenalnya lebih dalam.

Di setiap hari ulang tahunnya, Nina selalu kembali ke kampung halamannya. Ada keanehan pada dirinya. Hingga pada suatu titik ia sempat hilang untuk waktu yang lama. Ketika bertemu kembali dengan Rifat, keadaan tampak agak sedikit berbeda. Namun, pada saat yang sama kedekatan Rifat dengan Lastri dan Felix menciptakan bagian cerita tersendiri dalam hidupnya.

2 dari 2 halaman

Orang lain tidak akan membuat diri kita lengkap. Kita juga tidak akan melengkapi siapa-siapa. Orang harus jadi utuh dulu sebelum mau masuk ke hidup orang lain. Kalau tidak utuh, ia akan menjadi parasit. (Pemetik Bintang, hlm. 125)

Pemetik Bintang karya Venerdi Handoyo./Copyright Endah

Ada orang-orang yang hilang tanpa mengubah apa-apa. Kehilangannya tidak perlu dicatat. Dunia berjalan seperti biasanya setelah ditinggal. Hidupnya sudah dijalani dengan sebaik-baiknya. Namun, kepergiannya tidak berdampak apa-apa. (Pemetik Bintang, hlm. 209)

Membaca novel ini memang sebaiknya tidak terlalu terburu-buru. Ada berbagai teka-teki dan juga misteri yang cukup bikin kita perlu berpikir keras mengikuti alurnya. Setiap karakter pun punya misteri dan sisi yang begitu sulit untuk ditebak. 

Yang menarik dari novel ini adalah percakapan-percakapan yang terjalin di antara tokoh-tokohnya. Membahas hal-hal tabu dan topik-topik yang cukup sensitif menjadi keunikan tersendiri untuk novel ini. Arti kehidupan, makna cinta, dan memahami setiap emosi yang dirasakan membuat ceritanya memberi kesan yang cukup unik.

Naskah Pemetik Bintang karya Venerdi Handoyo yang masuk dalam daftar naskah unggulan yang layak terbit dalam Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2018 ini memang akan memberi kesan dan pengalaman membaca yang tak terlupakan. Bahkan setelah sampai pada akhir ceritanya, kita akan dibuat untuk merenungkan banyak hal.

#GrowFearless with FIMELA