Fimela.com, Jakarta Punya cerita mengenai usaha memaafkan? Baik memaafkan diri sendiri maupun orang lain? Atau mungkin punya pengalaman terkait memaafkan dan dimaafkan? Sebuah maaf kadang bisa memberi perubahan yang besar dalam hidup kita. Sebuah usaha memaafkan pun bisa memberi arti yang begitu dalam bagi kita bahkan bagi orang lain. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela: Sambut Bulan Suci dengan Maaf Tulus dari Hati ini.
***
Oleh: M - Medan
Belajarlah Memaafkan Diri Sendiri agar Tercipta Kedamaian di Hati demi Masa Depan yang Menanti
Saat aku masih SMA dulu, aku mempunyai impian untuk masuk ke universitas negeri favorit, sama seperti impian kebanyakan anak SMA pada umumnya. Aku berkeyakinan kuat bahwa aku akan diterima di salah satu universitas negeri favorit karena selama duduk di bangku SMA aku selalu mendapatkan juara maupun ranking sepuluh besar.
Keyakinanku bertambah kuat saat namaku masuk ke dalam nama-nama siswa khusus yang mendapat keistimewaan untuk mendaftar jalur undangan atau SNMPTN dimana tidak semua siswa bisa mendaftar jalur tersebut. Saat itu aku merasa bahwa aku sudah pasti akan diterima di universitas negeri favorit yang ku idam-idamkan. Namun ternyata kenyataan berkata berbeda, pada saat pengumuman SNMPTN namaku tidak ada di dalam daftar siswa yang diterima di universitas negeri.
Aku merasa sangat sedih dan putus asa dan mulai berpikir bahwa aku kurang pintar untuk bisa masuk melalui jalur undangan. Namun di saat aku terpuruk, dukungan dari keluarga dapat memotivasiku untuk bangkit kembali. Mereka mengatakan bahwa tidak masuk melalui jalur undangan bukan berarti tidak bisa masuk ke universitas negeri, masih ada jalur SBMPTN yang bisa ditempuh. Motivasi tersebutlah yang membuatku kembali semangat untuk mencoba lagi.
Aku mulai belajar beberapa bulan sebelum tes SBMPTN dilaksanakan. Aku pun mulai membahas soal-soal yang ada yang seringkali sulit, tapi walaupun sulit aku tetap berusaha agar bisa mengerjakannya. Pada saat tes SBMPTN berlangsung aku sedikit merasa kesulitan namun aku tetap berpikiran positif bahwa aku akan diterima di universitas negeri favorit yang kuimpikan.
Membuat Pilihan Lain
Setelah menunggu kurang lebih sebulan, akhirnya pengumuman SBMPTN keluar pada pukul 5 sore. Awalnya aku tidak berani melihat pengumuman tersebut karena aku takut hasilnya akan mengecewakan namun setelah membaca grup kelas, banyak teman-temanku yang diterima melalui jalur SBMPTN. Aku pun jadi penasaran dengan hasil tes ku sendiri. Pukul setengah 6 sore aku memberanikan diri untuk membuka hasil SBMPTN. Hasilnya sangat mengejutkan ternyata aku tidak lulus lagi. Aku yang belum bisa menerima hal itu pun kembali mencoba membuka ulang pengumuman tersebut sampai 3 kali, berharap aku salah membacanya. Namun pada akhirnya aku sadar aku memang tidak lulus.
Saat itu aku langsung menangis, aku merasa malu, aku merasa tidak berguna, aku merasa bodoh, aku merasa hanya bisa mengecewakan orang tua saja. Apalagi saat aku melihat teman-temanku sewaktu SMA yang tidak terlalu pintar dan sering malas-malasan belajar ternyata mereka pada lulus di universitas negeri semua. Saat itu aku merasa semakin putus asa dan tidak ingin kuliah lagi. Aku sempat mempunyai pemikiran bahwa jika tidak kuliah di universitas negeri lebih baik tidak usah kuliah. Tapi orang tuaku memberikan pilihan untuk mengikuti jalur mandiri atau langsung kuliah di universitas swasta, aku yang sudah terlalu takut untuk ditolak lagi akhirnya memilih untuk masuk ke universitas swasta.
Awal masuk kuliah aku sering terlambat, tidak serius dalam mengikuti perkuliahan, dan malas mengerjakan tugas-tugas perkuliahan. Aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa aku masuk universitas swasta. Aku masih sering meratapi diriku sendiri, aku masih sering membanding-bandingkan diriku dengan teman-temanku yang masuk universitas negeri, aku belum bisa berdamai dengan hal itu. Aku juga mersa sangat berdosa karena telah mengecewakan kedua orang tuaku karena sebelumnya telah berharap banyak pada diriku. Aku berpikir jika saja aku masuk universitas negeri maka aku akan dapat memberikan kebanggaan untuk orang tuaku, aku juga bisa meringankan beban orang tuaku untuk membiayai kuliahku karena kuliah di universitas negeri lebih murah dibandingkan universitas swasta.
Namun seiring berjalannya waktu, aku mulai bisa mengambil hikmah dari kejadian itu. Aku mulai belajar bersyukur bahwa aku masih diberikan kesempatan berkuliah, apalagi saat aku mendengar ternyata masih banyak teman-temanku yang ingin kuliah namun terkendala pada masalah biaya.
Yang Dibenci Tak Selalu Buruk
Sebelumnya aku merasa jadi manusia yang paling tidak pernah merasa bersyukur. Seharusnya aku bisa bersyukur karena tidak semua orang mendapat kesempatan seperti diriku. Aku juga merasa semakin membuat orang tuaku kecewa atas apa yang aku lakukan selama ini jika aku masih terus melihat masa lalu, masih terus menyesali masa laluku yang tidak mungkin bisa kuubah. Aku baru menyadari bahwa dulu aku terlalu menganggap enteng segala karena merasa sudah menjadi murid yang pintar, aku menjadi lengah, dan tidak serius belajar. Mungkin hal tersebut yang menjadi salah satu faktor yang membuatku gagal untuk masuk ke universitas negeri favorit yang kuinginkan.
Aku juga telah menyia-nyiakan uang orang tuaku yang sudah bersusah payah untuk mengkuliahkanku. Terlalu larut dalam kesedihan juga tidak akan mengubah apapun. Sejak itu aku mulai bertekad bahwa aku tidak boleh terlalu lama tenggelam dalam masa laluku, aku harus mengubah kebiasaan burukku selama ini, mulai dari datang tepat waktu saat kuliah, lebih aktif di kelas saat perkuliahan berlangsung, dan mencoba mengulangi pelajaran yang kurang aku pahami. Hal tersebut membuatku mendapatkan IP yang tinggi yang tentunya membuat orangtuaku senang. Dengan itu pula semoga nanti aku dapat meraih mimpiku yang lain.
Berdasarkan kejadian tersebut pula yang membuatku berpikir ternyata tidak harus masuk ke universitas negeri untuk membahagiakan orang tua, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membuat orang tua kita bangga. Tidak kuliah di universitas negeri bukanlah akhir dari segalanya, masuk universitas swasta juga bukan berarti kita tidak punya masa depan.
Mulailah belajar memaafkan diri sendiri. Berdamailah dengan masa lalu karena itu lebih baik dibandingkan terus tenggelam di dalamnya. Belajarlah menerima kesalahan yang telah diperbuat sebagai langkah awal untuk dapat berdamai dengan diri sendiri. Belajarlah dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat dan mulailah berjanji untuk berusaha dan berdoa lebih keras agar tak mengulangi kesalahan yang sama lagi. Manusia tidak ada yang sempurna dan tidak luput dari kesalahan, dari kesalahan itu kita bisa belajar dan berkembang menjadi manusia yang lebih baik lagi. Semua orang pasti pernah punya keinginan yang tidak tercapai namun kita harus percaya bahwa belum tentu hal yang kita inginkan itu semuanya baik untuk kita dan bukan berarti pula hal yang kita benci itu selalu buruk untuk kita.
Simak Video di Bawah Ini
#GrowFearless with FIMELA