Fimela.com, Jakarta Bagi para ibu, MPASI adalah bagian perjalanan mengurus anak yang tak akan terlewatkan. Bahkan, MPASI mungkin bisa jadi momen yang tidak terlupakan di sepanjang 'karier' seseorang menjadi ibu. Menentukan menu, berburu bahan makanan, memasak, dan menyuapi anak, pasti akan menjadi hal yang penuh kesan.
Kendati demikian, menyiapkan MPASI anak bukan hal mudah bagi setiap ibu. Apalagi bagi ibu baru dan perbedaan selera makan pada anak. Oleh karena itu, ibu butuh referensi menu dan ilmu-ilmu baru dalam mengolahnya. Dalam hal ini, perkumpulan atau komunitas memiliki peran penting. Baik sebagai wadah sharing maupun support system.
Komunitas MPASI Bayi Sehat, misalnya. Sesuai dengan namanya, komunitas ini merupakan wadah berbagi para ibu tentang MPASI. Mulai dari menu hingga gizi yang diperlukan oleh bayi. Dihubungi secara online, Dinda Dara Saskia, founder komunitas MPASI Bayi Sehat mengungkapkan sekelumit cerita tentang komunitas garapannya itu.
"Jadi awalnya itu Oktober 2015 saya bikin akun MPASIbayisehat terlebih dahulu di Instagram, jadi dulu itu saya hanya share menu MPASI bikinanku untuk anakku yang sudah mulai MPASI, tapi ternyata seiring berjalannya waktu, banyak juga ibu-ibu yang ikut share dan nge-tag resep mereka ke akunku, saat itu masih jarang akun sharing MPASI jadi masih banyak ibu-ibu yang bingung untuk cari resep MPASI, jadi setelah ada akun itu, banyak ibu-ibu yang menyambutnya secara positif," jelas perempuan yang akrab disapa Dinda.
Menurut Dinda, fokus Komunitas MPASI Bayi Sehat adalah menyosialisasikan bahwa MPASI homemade itu baik untuk anak-anak. "Karena semakin banyak yang terlibat, akhirnya kami memutuskan untuk membuat komunitas ini, yang jadi fokus kami adalah menyosialisasikan bahwa MPASI homemade itu juga baik bagi anak-anak, karena pada waktu itu masih banyak ibu-ibu yang beli MPASI," ungkap Dinda.
Kendati demikian, MPASI instan dan MPASI homemade memiliki perbedaan yang sentimentil. "Kami nggak bilang MPASI instan itu buruk, karena MPASI instan dan MPASI homemade sama baiknya dan saling menguatkan, kalau MPASI instan sudah mencukupi kandunga gizinya, sedangkan MPASI homemade itu lebih ke bonding antara ibu dan anak," kata Dinda menjelaskan.
Tidak Perlu Beli Alat-alat Tambahan, Pakai Alat Masak Seadanya
Meski Dinda berdomisili di Yogyakarta, tapi rupanya Komunitas MPASI Bayi Sehat sudah tersebar di beberapa kota di Indonesia. Bayi Sehat memiliki "Kalau yang sudah kami resmikan ada di Jabodetabek dan Jogja, kemudian yang baru ada di Bandung, Semarang, dan Surabaya, tapi kalau tiga kota itu masih kami jalankan secara online dan belum pernah bertemu secara langsung," jelas perempuan kelahiran Semarang, 27 tahun silam ini.
Seperti umumnya komunitas, Komunitas MPASI Bayi Sehat memiliki kegiatan yang melibatkan anggotanya. "Kalau kegiatan kami setiap bulan ada ngobrol-ngobrolnya baik online dan offline, kalau online di grup WhatsApp, kalau offline ada seminar lalu kopi darat, sesekali kami bertemu baik di Jabodetabek maupun Jogja, kalau kegiatan menyesuaikan anggota, kebetulan saya di Jogja ada arisan, kopdar, seminar, dan cooking class," ucap Dinda.
Seiring berjalannya waktu, banyak pihak yang mendukung Dinda dan komunitas garapannya dari segi ilmu pengetahuan. "Banyak juga expert sepeti dokter anak, dokter umum, dokter gizi, yang membantu kami untuk sharing di akun MPASI Bayi Sehat, tapi ada beberapa juga kelas mereka yang berbayar,"
Tidak hanya sharing internal, Komunitas MPASI Bayi Sehat juga kerap membuat project seputar MPASI dan kegiatan sosial. "Kami pernah bikin kerja sama bareng chef, bareng ahli gizi, dan bareng dokter untuk membuat menu MPASI anak yang nutrisinya sesuai, kami juga pernah bikin project dengan Melanie Subono, yakni berupa donasi ke rumah singgah Melanie Subono dari penjualan barang-barang preloved anggota MPASI Bayi Sehat,"
Lebih dari itu, para anggota Komunitas MPASI Bayi Sehat juga telah berkarya melalui buku menu MPASI yang dijual di toko buku di Indonesia. "Awalnya ada penerbit yang menawarkan ke kami, jadi resep-resep yang sudah dibuat oleh ibu-ibu anggota komunitas dikumpulkan dalam sebuah buku, prosesnya cukup panjang, respon masyarakat bagus, penjualan buku ini tertinggi di Desember 2017-Januari 2018 dan sampai sekarang penjualannya cukup bagus," ujar ibu dua anak ini.
Menurut Dinda, di era mudahnya mengakses informasi seperti sekarang, banyak ibu yang salah persepsi mengenai MPASI. "Kebanyakan ibu-ibu merasa bahwa terlalu banyak kebutuhan yang perlu disiapkan untuk menyiapkan MPASI, padahal cukup dengan menggunakan alat dan bahan yang ada di rumah saja sudah bisa, nggak perlu khawatir jika ibu-ibu nggak punya alat-alat tambahan yang harganya mahal, cukup yang ada saja," ungkapnya.
Di balik besarnya komunitas ini, rupanya Dinda menyimpan pekerjaan rumah dalam upaya mempertahankan gairah para ibu untuk tetap aktif setelah selesai program MPASI. "Biasanya ibu-ibu yang excited MPASI ini adalah sebelum MPASI sampai usia 2 tahun, setelah 2 tahun mereka tetap aktif tapi nggak terlalu excited, jadi kami ingin menyiasati bagaimana komunitas kami bisa longlasting meski anak-anaknya sudah tidak MPASI lagi," kata Dinda.
Ke depannya, Dinda berharap agar para ibu semakin mudah mengakses informasi seputar MPASI yang baik dan ideal. "Harapan saya nggak banyak, yang jelas saya berharap agar ibu-ibu semakin mudah mengakses informasi seputar MPASI yang baik dan ideal nggak perlu aneh-aneh, dan semua yang diserap ibu-ibu itu benar, jadi nggak ada informasi yang salah dan simpang siur tentang MPASI," tandas CEO PT Mumpuni Darsa Indonusva ini.
Tertarik untuk gabung dengan Komunitas MPASI Bayi Sehat? Yuk, kunjungi Instagram mereka @mpasibayisehat dan hubungi narahubung yang tertera. Di sana, kamu juga bisa menemukan informasi seputar MPASI langsung dari para expert, lho!