Terkadang Memaafkan Bukan Berarti Melupakan, tapi Menerima Apa yang Telah Terjadi

Endah Wijayanti diperbarui 20 Mei 2019, 10:15 WIB

ringkasan

  • Belajar Memaafkan Diri Sendiri
  • Memaafkan itu Melegakan

Fimela.com, Jakarta Punya cerita mengenai usaha memaafkan? Baik memaafkan diri sendiri maupun orang lain? Atau mungkin punya pengalaman terkait memaafkan dan dimaafkan? Sebuah maaf kadang bisa memberi perubahan yang besar dalam hidup kita. Sebuah usaha memaafkan pun bisa memberi arti yang begitu dalam bagi kita bahkan bagi orang lain. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela: Sambut Bulan Suci dengan Maaf Tulus dari Hati ini.

***

Oleh: Hafidzah Citra Utami - Bekasi

Tentang Memaafkan Diri Sendiri

“Memaafkan hanya mampu dilakukan oleh mereka yang kuat dan berhati lapang”

Barangkali memaafkan merupakan suatu perkara yang sulit untuk dilakukan. Memang ini tak berlaku untuk semua orang. Karena saya percaya, masih ada orang-orang di luar sana yang dengan hati tulus mudah memaafkan. Terlepas dari itu, masih banyak jua orang yang enggan untuk memaafkan. Entah itu memaafkan diri sendiri maupun memaafkan orang lain. Sebenarnya, apa sih memaafkan itu? Kenapa memaafkan menjadi hal yang begitu penting dalam kehidupan ini?

Sebelum itu, saya ingin bercerita sedikit. Saya seorang mahasisiwi, beberapa waktu lalu saya merasa bahwa kegagalan tengah akrab dengan saya. Mulai dari tugas yang belum terselesaikan, hafalan surah dan hadits yang belum bertambah-tambah, tak bisa mencapai target yang sudah saya tetapkan, bahkan sulit untuk mengungkapkan emosi yang saya rasakan kepada orang lain, sehingga saya menjadi lebih banyak diam. Saat-saat seperti itu menimbulkan banyak pemikiran negatif sehingga saya ingin merutuki diri sendiri yang seakan-akan seperti seorang yang tak berguna. Terlebih saat melihat kawan yang selangkah dari saya, saya merasa menjadi orang yang gagal.

 

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Belajar Memaafkan Diri Sendiri

Belajar memaafkan./Copyright shutterstock.com

Ketika berbagai pikiran negatif muncul pada diri saya, saya sadar berbagai pikiran negatif itu hanya akan membuat saya semakin menyalahi diri saya sendiri hingga nantinya saya membenci diri saya sendiri. Lalu saya mulai berusaha menghilangkan berbagai pikiran negatif itu, dan saya mencoba memaafkan diri saya sendiri, atas segala kesalahan yang diperbuat. Saya mulai berdamai dengan diri sendiri, belajar untuk menerima, merelakan dan mengikhlaskan apa yang terjadi. Terus menerus menyesali apa yang telah terjadi takkan merubah apapun karena itu telah menjadi bagian dari masa lalu. Dan saya masih bisa melakukan hal yang lebih baik untuk masa depan. Maka saya mulai menata dan mempersiapkan kembali semuanya dengan tetap mengusahakan yang terbaik.

3 dari 4 halaman

Memaafkan itu Melegakan

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Ya kalimat di atas memang benar. Setelah saya memaafkan, saya merasa lebih lega, lebih tenang dalam menjalani kehidupan ini. Kegagalan juga kesalahan yang ada memacu saya untuk berbuat lebih baik lagi. Tak apa jika saya harus beristirahat sebentar, tak apa meski saya tertinggal selangkah dari kawan saya. Semua itu merupakan proses agar saya lebih baik lagi. Saya yakin semua itu ada masanya. Bukankah Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya?

Memaafkan itu bukan berarti melupakan, bukan pula sekadar mengucapkan, “Iya, saya maafkan”, memaafkan berarti menerima apa yang terjadi, tidak menaruh dendam atas apapun yang menimpa diri. Coba sedikit direnungi, bukankah jika kamu memaafkan maka kamu akan merasa lebih lega? Memaafkan itu merupakan salah satu cara untuk bahagia. Jadi, yuk mulai memaafkan diri, mulai menerima segala kekurangan serta kelebihan diri. Semoga kita menjadi seorang pemaaf yang tidak berat mengucapkan kata maaf. Selamat memaafkan.

4 dari 4 halaman

Simak Video di Bawah Ini

#GrowFearless with FIMELA