Selalu Ada Hal Baik yang Menyertaimu bila Mampu Meredam Amarahmu

Endah Wijayanti diperbarui 15 Mei 2019, 04:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Punya cerita mengenai usaha memaafkan? Baik memaafkan diri sendiri maupun orang lain? Atau mungkin punya pengalaman terkait memaafkan dan dimaafkan? Sebuah maaf kadang bisa memberi perubahan yang besar dalam hidup kita. Sebuah usaha memaafkan pun bisa memberi arti yang begitu dalam bagi kita bahkan bagi orang lain. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela: Sambut Bulan Suci dengan Maaf Tulus dari Hati ini.

***

Oleh: A - Klaten

Hidup selalu dihadapkan pada cobaan, tergantung pilihan kita akan menyelasaikan atau memilih menghindar. Kisahku terjadi di bulan Ramadan tahun lalu. Aku seorang sarjana. Walaupun seorang sarjana, ternyata saat kembali ke kampung halaman, dalam mendapatkan pekerjaan tidak semudah diperantauan. Beberapa kali apply ke perusahaan, belum diqodar diterima. Sampai akhirnya orang tuaku menyarankan untuk bekerja di pabrik garment. Ini sebenarnya bukan passionku, akan tetapi aku juga tidak mau menjadi buah bibir tetangga tentang aku yang pengangguran. Aku mencoba apply di sana.

Dan alhamdulillah diterima. Semua aku jalani dengan rasa senang. Aku sudah mempunyai banyak teman di sana. Sampai akhirnya aku mempercayakan status sarjanaku pada teman baruku, yang kira-kira baru satu minggu kenalan. Kami saling mencurahkan cerita hidup kami, yang pada akhirnya muncul gosip bahwa aku akan segera resign dari pekerjaan ini. Ya, aku tau gosip itu beredar dari mana. Sejak gosip itu beredar, temanku tak lagi mendekatiku, tak lagi menyapaku. Aku menjadi diasingkan oleh sebagian teman-temanku yang lain. Hingga akhirnya perlakuan kasar menimpaku dari salah satu senior. Dia memperlakukanku seperti pembantunya.

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Mendapat Ganti yang Lebih Baik

Belajar memaafkan./Copyright shutterstock.com

Aku tidak marah, aku hanya kecewa, kenapa di bulan suci Ramadan dia tidak menaruh rasa spesial sehingga dia berani melakukan perbuatan keji ini. Hingga akhirnya aku bertekad untuk resign dari pabrik ini. H-2 lebaran adalah hari terakhir karyawan bekerja. Aku memutuskan untuk resign pada hari itu. Dan perlakuan kasar terjadi padaku lagi. Aku menahan air mataku.

Sampai akhirnya pulang kerja, aku menyerahkan surat pengunduran diriku di kantor. Tak banyak alasan yang aku bagikan. Dalam perjalanan pulang, aku menangis. Aku minta maaf kepada-Mu Ya Rabb. Maaf karena aku tidak bisa mengendalikan perasaan ini. Tak banyak yang bisa aku lakukan. Karena bulan suci Ramadan, aku tidak mau merusak puasaku hanya untuk emosiku sesaat. Aku lebih memilih diam dan mencoba memaafkan perlakuan kasar seniorku. Perbanyak doa untuk berdamai dengan diri sendiri.

Keluar dari pabrik itu, sebulan kemudian aku mendapat panggilan kerja dari salah satu perusahaan besar di tempat perantauan. Orangtuaku mengizinkanku. Alhamdulillah, selalu ada hal baik yang menyertaimu setelah kau mampu meredam ego dan amarahmu.

 

3 dari 3 halaman

Simak Video di Bawah Ini

#GrowFearless with FIMELA