Wajib Tahu, Ini 5 Mitos Terkait Vaksin

Anisha Saktian Putri diperbarui 08 Mei 2019, 12:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Hoax mengenai vaksin banyak beredar di masyarakat. Kabar ini tentu membuat para orangtua cemas dan ketakutan.

Alhasil para orangtua tidak memberikan vaksin kepada anak-anaknya. Padahal vaksin dapat melindungi anak dari penyakit berbahaya seperti campak, gondong, dan rubella.

Untuk itu, sebagai orang tua yang cerdas kita harus kita harus bijak dalam menyaring informasi terutama dari internet atau media sosial, karena tidak semuanya bisa dipercaya begitu saja.

dr. Caessar Pronocitro M.Sc Sp.A, mengatakan beberapa informasi yang mencantumkan data dan berkesan ilmiah pun bisa jadi didapatkan dari sumber yang palsu atau pseudoscientific (seolah-olah ilmiah) saja.

Dalam dunia medis, data yang baik adalah yang diperoleh melalui penelitian berkualitas, dan umumnya dipublikasikan di jurnal internasional dengan impact factor tinggi.

"Apabila informasi tidak didukung data, maka itu hanyalah mitos. Termasuk dalam hal imunisasi, masih banyak mitos yang beredar," ujar dr. Caessar pada laman Instagramnya.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Hoax yang beredar

Petugas menunjukan Vaksin Campak dan Rubella (MR) sebelum melakukan imuniasasi kepada anak di sebuah puskesmas, Banda Aceh, Rabu (19/9). Saat ini hanya tujuh persen anak dari target 1,5 juta orang di Aceh yang telah diimunisasi. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Lalu hoax apa saja tentang vaksin yang sering beredar?

1. Vaksin penyebab autisme

Isu beredar jika vaksin MMAR dapat menyebabkan autisme. Hal ini diungkapkan dokter Wakafield. Dan ternyata fakta tersebut tidak terbukti.

Dokter Wakefield sendiri bukanlah ahli vaksin, ia adalah dokter spesialis bedah.

Penelitiannya tahun 1998 hanya menggunakan 18 sampel. Setelah diaudit oleh tim ahli, terbukti bahwa ia memalsukan data, sehingga kesimpulannya salah. Ini sudah diumumkan di majalah British Medical Journal, Febuari 2011.

2. Etil Merkuri, pada vaksin tidak aman

Zat kimia etil merkuri berbahaya yang dapat merusak otak, hal ini terbukti tidak benar sebab jumlah total etil merkuri pada vaksin sekitar 2 mcg/kgbb/minggu.

Sedangkan batas aman WHO adalah 159 mcg/kgbb/minggu.

3. Vaksin mengandung lemak babi

Induk vaksin dicuci dan disterilkan dari tripsin pankreas babi jadi tidak mengandung lemak babi.

MUI mengatakan, selama belum ada pengganti INANG, vaksin boleh dipakai. Apalagi untuk Haji dan Umroh, jamaah diwajibkan vaksin meningitis untuk mencegah radang otak.

4. Imunisasi hanya dilaksanakan pada negara muslim dan miskin agar menjadi bangsa lemah

Faktanya. 194 negara maju, negara non muslim, negara dengan status ekonomi tinggi juga melakukan imunisasi. Ternyata, bangsa dengan cakupan imunisasi tinggi justru lebih kuat.

5. ASI, Gizi, Suplemen herbal, dapat mengganti imunisasi?

Asi, gizi, suplemen herbal hanya memperkuat tubuh secara umum. Jika jumlah kuman banyak atau ganas, perlindungan umum tidak mampu melindungi bayi. Akibatnya: cacat, sakit berat, dan meninggal.

Imunisasi membentuk antibodi yang spesifik melawan virus, kuman atau racun tertentu. Dan imunisasi bekera lebih cepat, efektif, dan efesien mencegah penularan penyakit berbahaya.

 

3 dari 3 halaman

Simak video berikut

#GrowFearless with FIMELA