Peran Orang Tua dalam Mencegah Bullying di Sekolah Menurut Ahli

Anisha Saktian Putri diperbarui 03 Mei 2019, 18:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Instagram Stories yang dibuat oleh Jouska dan mengangkat social life di masyarakat kita memang sedikit mengusik kita. Anak yang enggan sekolah karena merasa tidak sama dengan teman-temannya. Kemudian sang anak dibully. Fenomena yang terasa akrab bukan?

Seperti penjelasan dari Karina Istifarisny, S.Psi., M.Psi. tentang bullying di sekolah. Ia menjelaskan kepada Fimela (3/5) bullying yang terjadi di sekolah bisa disebabkan bercanda, ketidaksengajaan, atau memang ada tujuan untuk menyakiti.

Banyak yang menganggap bullying hanya menyerang fisik saja, nyatanya bullying juga mempengaruhi psikis korban.

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

Mengatasi Trauma Korban Bullying

Ilustrasi/copyright shutterstock

Masih menurut Karina Istifarisny, S.Psi., M.Psi., untuk mengatasi trauma pasca bullying perlu dilihat bagaimana tingkat keparahannya.

"Ada anak yang cuma kesel, ada anak yang didengerin curhatnya sudah cukup, ada anak yang sampai mengalami trauma psikologis, bahkan fisik pada beberapa kasus. Nah kalau sudah sampai trauma. Ini penanganannya spesifik pada ahli."

Bagi orang tua yang merasa khawatir tentang akibat dari bullying ini, perlu berperan aktif untuk melihat perkembangan anak. Bagaimana kondisinya, perlu pendampingan ahli atau tidak.

3 dari 5 halaman

Peran Orang Tua untuk Mencegah Anak Menjadi Korban Bullying

Ilustrasi ibu dan anak/copyright shutterstock

Peran orang tua sangat penting agar anak terhindar dari bullying. Menurut Karina Istifarisny, S.Psi., M.Psi., berikut ini adalah hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mencegah bullying.

  • Sering diskusi dengan anak. Sering dengarkan pendapatnya. Dari sini kita ajarkan anak untuk berani bicara jika ada hal yang ingin ia utarakan.
  • Memuji tingkah laku yang diharapkan. Ini juga penting agar anak merasa dirinya berharga.
  • Jangan bandingkan anak. Kita tidak suka kan dibandingkan dengan orang lain, begitu juga anak. Daripada membandingkan, fokuslah mencari kelebihan diri anak dan menguatkan hal itu.
  • Ajarkan ia untuk mentertawakan kelemahannya sendiri, kemudian mengubah diri. Jadi ia lebih berani mengakui kelemahan diri tanpa menghalangi perubahan ke arah yg lebih baik.
4 dari 5 halaman

Tips Tetap Percaya Diri

Ilsutrasi anak/copyright shutterstock

Kadang kita merasa lemah dengan apa yang kita miliki, merasa tidak baik dari yang lain. Well, agar tidak minder Karina Istifarisny, S.Psi., M.Psi., menyarankan untuk mulai berhenti membandingkan anak dengan anak lainnya.

Ajarkan anak untuk bersyukur dengan apa yang ia miliki. Diajarkan bukan diceramahi.

"Misalnya, hpnya kurang canggih dibandingkan temen-temannya. Nah, sebagai orang tua, harus pandai memperlihatkan: ini loh kelebihan hp mu. Memang tidak bisa main game yang itu, tapi kalau main itu terus kenapa? Lalu berikan alternatif permainan lainnya." tutupnya.

5 dari 5 halaman

Simak Video di Bawah Ini