Fimela.com, Jakarta Punya pengalaman suka duka dalam perjalanan kariermu? Memiliki tips-tips atau kisah jatuh bangun demi mencapai kesuksesan dalam bidang pekerjaan yang dipilih? Baik sebagai pegawai atau pekerja lepas, kita pasti punya berbagai cerita tak terlupakan dalam usaha kita merintis dan membangun karier. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis April Fimela: Ceritakan Suka Duka Perjalanan Kariermu ini.
***
Oleh: Kristina - Yogyakarta
Hai Sahabat Fimela, kali ini aku mau berbagi cerita tentang suka duka dalam perjalanan karierku dahulu dan sekarang. Awal mula aku bekerja saat itu ketika aku sudah selesai skripsi memasuki semester 7, tetapi belum ujian kelulusan/ujian pendadaran. Aku merasa bosan tinggal di kos karena tidak ada aktivitas, yang biasanya ngampus setiap hari. Sambil menunggu jadwal ujian pendadaran, aku mencoba mencari pekerjaan dengan berbekal nilai sementara dan ijazah SMA.
Perusahaan pertama yang menerimaku saat itu adalah perusahaan yang bergerak di bidang alat teknik, perkakas, dan pertukangan merek ternama. Sangat bangga dan bersyukur aku bisa diterima di perusahaan itu.
Lingkungan baru, teman baru, dan aktivitas baru membuatku selalu semangat untuk memulainya. Awal mulanya sih sempat merasa kurang percaya diri dan agak bingung, karena memang berbeda sekali dengan teori yang aku pelajari di kampus. Tetapi semangat dan keinginan untuk bisa, membuatku cukup mudah untuk mengikuti alur pekerjaanku.
Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk aku beradaptasi. Teman yang saling support dan juga pimpinan yang baik sangat membuatku merasa nyaman. Tetapi saat bagian finance resign dan aku yang menggantikan posisinya, saat itulah muncul cerita baru.
Memang tidak selamanya jalan itu lurus, pasti ada kalanya jalan itu harus berbelok, naik dan turun. Yang terpenting bahwa kita harus dalam jalur yang benar. Saatnya belok, naik atau turun ya dinikmati saja tidak usah melawan jalur yang semestinya.
What's On Fimela
powered by
Pindah Kerja
Baru beberapa bulan menggantikan posisi teman yang resign aku mendapat ujian. Para sales mengajakku untuk bermain kotor, dengan memanipulasi nota dan bahwa sistem pembayaran. Meskipun aku orang baru, tidak membuatku menurut saja saat mereka para senior mengajariku cara seperti itu. Mereka mulai membandingkanku dengan pihak finance yang lama dan terkadang sempat memberitakan tentang diriku yang bukan-bukan. Akhirnya aku pun memutuskan untuk resign setelah 1,5 tahun menjadi bagian dari perusahaan tersebut. Aku berpikir bahwa tidak baik terlalu lama pada tempat yang tidak menjadikanku sebagai pribadi yang lebih baik.
Kemudian aku diterima di perusahaan dealer mobil ternama di Jogja. Tak terasa sudah 6 tahun aku di sini. Suka duka pun menjadi teman di setiap hari-hariku. Menjadikan masalah yang dihadapi saat di perusahaan lama sebagai pelajaran untuk memperkuat mentalku dalam menghadapi setiap pribadi orang lain yang berbeda-beda, meskipun terkadang masih saja terbawa suasana dan susah move on dari setiap peristiwa.
Awal bergabung di perusahaan ini yang tidak mengenakkan adalah saat mendapat jatah piket hari Minggu/hari libur. Bagiku hari Minggu/hari libur merupakan waktu yang aku punya untuk family time, tetapi terpakai untuk bekerja. Untung saja peraturan tersebut hanya berjalan 1 tahun lamanya dan sudah tidak diterapkan lagi.
Selain itu juga, beberapa rekan kerja sering memanfaatkan kebaikanku. Dengan sifatku yang tidak tegaan (kasihan) dan suka membantu, membuat mereka selalu mengandalkanku untuk hal-hal yang terkadang bukan ranah pekerjaanku.
Selama Masih Bisa Jadi Pribadi yang Lebih Baik
Terkadang aku merasa bimbang akan kebiasaanku itu, sempat berpikir, “Kok berbuat baik tetapi diri sendiri merasa terbebani,” dan berniat untuk resign. Curhat ke suami, dan suami bilang, “Ma, jadi orang baik itu banyak tantangannya. Kalau Mama tidak mau membantu mereka ya sudah, bilang aja tidak mau karena itu bukan pekerjaan Mama. Membantu orang lain itu hal yang mulia, jangan pernah capek atau bosan jika masih ada kesempatan untuk membantu sesama.”
Benar juga nasihat dari suami. Masak iya aku harus menghilangkan sifat baik hanya karena capek atau bosan. Tetapi sebagai manusia memang wajar juga perasaan itu tiba-tiba ada. Dan balik lagi ke diri sendiri, aku teringat akan nazar yang dahulu sempat terucap bahwa perusahaan ini merupakan impianku sejak awal.
Saat mengikuti interview penerimaan karyawan aku bernazar, jika diterima di sini aku tidak akan resign kecuali sudah tidak dibutuhkan di perusahaan ini/menjadikanku tidak lebih baik. Banyak kandidat yang lebih cantik, berpengalaman dan lebih oke dibandingkan dengan diriku. Tapi ternyata mukjizat keberuntungan menghampiriku. Aku lah kandidat yang terpilih untuk mengisi posisi kosong di perusahaan ini. Dengan kebaikan Tuhan yang telah mendengarkan doaku, aku merasa berdosa jika hanya karena sifat tidak tegaanku terhadap orang lain lantas mengabaikan berkat Tuhan untuk pekerjaan ini.
Dengan kinerja dan sifatku, aku disukai oleh manajerku. Menjadi kepercayaan beliau merupakan hadiah dari apa yang sudah aku lakukan selama ini. Segala kemudahan dan mendapat gaji yang lebih dari yang lain adalah bonus dari-Nya.
Menurutku di mana pun kita berada, suka duka adalah pelengkap yang pasti ada dan pasti kita jumpai. Bertemanlah dengannya karena tidak selamanya duka selalu berjalan di depan, ada kesukaan (kebahagiaan) yang ada di belakangnya dan pada saat yang tepat akan maju ke depan melewati kedukaan itu.