Merasa Ragu dan Frustrasi di Awal Membangun Karier Itu Wajar, kok!

Endah Wijayanti diperbarui 30 Apr 2019, 13:49 WIB

Fimela.com, Jakarta Punya pengalaman suka duka dalam perjalanan kariermu? Memiliki tips-tips atau kisah jatuh bangun demi mencapai kesuksesan dalam bidang pekerjaan yang dipilih? Baik sebagai pegawai atau pekerja lepas, kita pasti punya berbagai cerita tak terlupakan dalam usaha kita merintis dan membangun karier. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis April Fimela: Ceritakan Suka Duka Perjalanan Kariermu ini.

***

Oleh: F - Jambi

Awalnya psikologi bukanlah pilihanku, terpaksa karena orang tuaku. Setelah lulus menjadi seorang psikolog aku berpikir untuk mundur karena tidak siap untuk menerima tanggung jawab kepada masyarakat sebagai seorang psikolog, dan sempat kuungkapkan kepada orang tuaku, akan tetapi orang tua tetap mendukung dan memintaku untuk memulai karierku.

Aku berpikir bagaimana aku bisa memenuhi tuntutan masyarakat, seperti dokter yang tidak boleh sakit dan ustaz yang tidak boleh punya dosa. Begitu pula yang kurasa menjadi seorang psikolog bukanlah hal yang mudah, apalagi aku yang mengambil spesialisasi klinis, yang di sana akan berhubungan dengan masalah emosi dan perilaku. Muncul pertanyaan apakah aku sudah cukup baik untuk dapat memberikan saran dan memberikan bantuan secara tepat di bidang psikologi kepada orang yang membutuhkan. Karena bagiku pekerjaan bukan cuma sekadar untuk karier dan mencari uang akan tetapi juga menjadi tanggung jawab kepada Tuhan, aku tidak ingin menjadi orang yang munafik, yang memberikan saran yang baik akan tetapi aku saja belum sebaik itu.

Aku merintis karier di poli psikologi di sebuah rumah sakit umum dan membuka praktik pribadi di rumah. Aku tinggal di sebuah kabupaten di salah satu provinsi di Sumatra, yang aku harus bejuang untuk memperkenalkan profesi psikolog, yang sering masyarakat tidak tahu bedanya dengan psikiater dan mempromosikan apa saja yang dapat seorang psikolog tangani dan lakukan.

Aku banyak menerima klien yang mengalamai depresi, kecemasan, dan konsultasi permasalahan rumah tangga. Sedangkan aku sendiri baru menikah dan pernikahanku tidak berjalan mulus, karena proses adaptasi pernikahan yang harus aku hadapi. Ya Tuhan, rasanya aku frustrasi. Bagaimana aku bisa belajar bersikap profesional, di saat aku mempunyai masalah dengan suami di rumah, tapi harus dapat bersikap stabil saat menangani klienku. Tuhan benar-benar mengujiku.

 

2 dari 2 halaman

Terus Belajar dan Berusaha

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Ketika aku mempunyai masalah klien yang datang tergolong banyak, akan tetapi di saat aku dalam kondisi stabil tidak banyak kien yang datang. Haduh, begitu berat perjuanganku dan ada perasaan bosan, bahkan ingin berhenti saja. Karena aku tahu bahwa pada dasarnya tempramenku termasuk kurang baik. Ditambah lagi banyaknya kasus anak berkebutuhan khusus yang aku tangani, padahal aku sendiri belum punya anak, dan aku merasa bagaimana aku bisa menanganinya. Karena pada saat aku kuliah dulu, aku lebih berminat pada klinis dewasa bukan klinis anak. Tapi di kabupaten ini aku adalah psikolog pertama yang membuka praktik, kalau aku tidak aku yang menangani siapa yang akan membantu mereka karena untuk ke ibukota provinsi cukup jauh.

Tapi timbul dalam diriku, untuk tidak menyerah dan terus menjalani ini. Hingga akhirnya aku banyak belajar, memperdalam ilmu psikologi untuk membantu klienku, dan untuk diriku sendiri. Ternyata, klien yang kutangani banyak yang terbantu, yang pada akhirnya info dari mulut ke mulut membuat namaku di kota ini menjadi semakin familier, dan praktikku semakin ramai.

Aku didukung oleh suamiku untuk lebih serius mengelola tempat praktikku, serta merekrut karyawan dan membuka terapi anak berkebutuhan khusus. Dari berbagai masalah klien yang kutangani aku banyak belajar dari masalah yang mereka hadapi yang aku pelajari untuk diriku sendiri, dan aku bersyukur dengan ilmu psikologi aku bisa belajar memperbaiki diriku, dan mampu membantu orang lain. Aku sadari ini menjadi takdir hidupku, yang harus aku jalani secara ikhlas, dan aku merasa bekerja bukan untuk uang saja, akan tetapi keberkahan ilmu. Dan sekarang bagiku kesuksesan adalah ketika ilmu dan harta itu bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Saat ini aku mencintai psikologi, sekarang rumah tanggaku harmonis dan karierku menanjak. Aku tetap menjalankan praktik pribadiku, dan menjadi seorang dosen. Saat ini aku mendirikan yayasan pendidikan yang lagi aku rintis bersama suamiku. Dulu karyawanku hanya dua orang akan tetapi sekarang sudah menjadi sembilan orang. Kami sekarang menempati tempat yang lebih besar, dan semoga akan terus berkembang lagi. Aku mencintai pekerjaan ini, aku mencintai ilmu ini, dan sekarang aku bersyukur menjadi seorang psikolog.