Diperlakukan Berbeda karena "Tak Cantik", Semangat Kerja Nggak Boleh Kendor

Endah Wijayanti diperbarui 29 Apr 2019, 13:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Punya pengalaman suka duka dalam perjalanan kariermu? Memiliki tips-tips atau kisah jatuh bangun demi mencapai kesuksesan dalam bidang pekerjaan yang dipilih? Baik sebagai pegawai atau pekerja lepas, kita pasti punya berbagai cerita tak terlupakan dalam usaha kita merintis dan membangun karier. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis April Fimela: Ceritakan Suka Duka Perjalanan Kariermu ini.

***

Oleh: J - Yogyakarta

Umurku 24 tahun dan aku adalah salah satu resepsionis di salah satu hotel di daerahku. Kulitku tak putih, wajahku sedikit berjerawat, dan aku tidak pandai berbicara. Tapi aku bersyukur aku bisa merawat diri walupun wajahku ini hanya pas-pasan saja. Di sini aku akan menceritakan kisahku tentang bagaimana perlakuan terhadap wanita yang cantik dan wanita yang berwajah biasa saja sepertiku.

Aku tahu sebagai seorang resepsionis adalah sebuah keharusan memiliki wajah yang cantik. Tapi manajer/atasan di tempatku bekerja menugaskan aku yang dulunya hanya seorang waitress/pelayan restoran menjadi seorang resepsionis. Beliau bilang, senyum dan kemampuanku mengatasi komplain tamu menjadi nilai plus untukku. Ditambah lagi kemampuan bahasa Inggrisku sedikit di atas rata-rata teman yang lain.

Menjadi seorang resepsionis di hotel tentu saja aku harus berhubungan langsung dengan bagian house keeping atau petugas pembersih kamar yang kebanyakan adalah para lelaki. Ada sekitar 6 laki laki yang menjadi petugas house keeper di tempatku. Kami harus saling berkomunikasi dan bekerja sama tentang kesiapan kamar juga memberitahu house keeper tentang permintaan para tamu.

Awalnya semua pekerjaan dan semua orang berkerjasama dengan baik. Hingga suatu hari tanpa sengaja aku mendengar mereka bercanda saling mengejek tentang diriku dan penampilan wajahku yang jauh berbeda dibandingkan dengan teman-teman wanitaku yang lain di resepsionis. Mereka bilang aku berada di urutan paling akhir. Karena aku tak mau menambah masalah akhirnya aku diamkan saja mereka.

 

2 dari 2 halaman

Berusaha Tetap Tegar

ilustrasi/Photo by Madison Compton on Unsplash

Hingga berbulan-bulan terus terjadi seperti itu dan aku baru menyadari sesuatu. Semua pekerjaan yang kukerjakan rasanya berat karena para housekeeper itu tak memberikan informasi tentang kesiapan kamar sebelum aku meminta padahal sudah waktunya tamu masuk ke kamar. Ketika aku meminta pertolongan untuk tamu di kamar mereka menggerutu di belakang, bahkan ada yang memintaku untuk melakukannya sendiri kalau aku bisa tak perlu memanggil mereka padahal itu jelas jelas job description mereka.

Berbeda terhadap teman-teman wanitaku yang lain, para housekeeper itu nyatanya melakukan hal terbalik dengan apa yang mereka lakukan padaku. Mereka bahkan berbicara secara terang-terangan di hadapanku kalau mereka lebih senang bekerja bersama dengan teman temanku yang cantik. Hingga aku akhirnya bercerita kepada salah satu temanku sesama resepsionis namun dia lelaki, ia bilang bahwa para housekeeper itu selalu begitu. Apa yang mereka lakukan padaku juga diterima oleh teman-teman resepsionis lelaki yang lain dan ia memintaku maklum karena lelaki pasti akan memandang wanita cantik terlebih dahulu.

Akhirnya seiring berjalannya waktu aku menyadari. Diskriminasi tentang kecantikan itu memang benar-benar nyata dan ada. Meskipun tak semua housekeeper di tempatku seperti itu, tapi dari mereka aku belajar. Tak perlu mengeluh dibedakan karena dianggap tidak cantik, toh nyatanya aku menjadi orang yang tangguh juga lebih mandiri dan jadi lebih tahu ketika tamu bertanya kepadaku tentang kamar. Teman-temanku bilang aku menjadi resepsionis yang jarang terkena omelan dari tamu. Jadi tak perlu berkecil hati karena Tuhan memberikan kelebihan masing masing pada ciptaan-Nya. Just be yourself!