Fimela.com, Jakarta Di era digital, segala hal indah, seru, lucu, atau menarik kerap menjadi objek untuk diabadikan ke dalam akun media sosial. Tak ketinggalan beragam karya seni juga menjadi objek yang kerap diabadikan dan dinikmati banyak orang. Menyikapi fenomena ini Motomoto Museum dan Resto hadir untuk menyuguhkan berjuta keunikan yang meninggalkan kesan mendalam.
Bangunan museum dan restoran seluas 3000m2 ini resmi dibuka pada 25 April 2019 di QBIG, BSG City Tanggerang. Tempat ini menjadi pilihan baru untuk menikmati karya seni dengan cara yang lebih menyenangkan, sambil disuguhkan menu-menu lezat ala Asia hingga Western.
Digawangi oleh beberapa investor seperti Eastern Group, Boy William, Rudi Lazuardi, hingga Teddy Lazuardi yang memiliki visi untuk memperkenalkan dunia seni kepada kaum muda di Indonesia. Di sini para pengunjung bebas untuk mendokumentasikan semua karya seni yang ada. Seru bukan?
"Kami menyajikan sebuah tempat dengan total 23 ruangan interaktif dari berbagai seniman Indonesia dengan nuansa seperti memasuki gerbang ke dalam dunia yang berbeda-beda. Kami turut melibatkan seniman-seniman Indonesia dalam proyek ini seperti, Mulyana, Semilan Matahari, Rebelllionik, Naufal Abshar, Erwin Windu Pratama, Amenkcoy dan Muklay untuk menuangkan karya-karya mereka yang dapat memuaskan rasa eksplorasi pengunjung ketika datang ke sini. Keterlibatan seniman akan terus bertambah karena kami ingin terus memperbaharui karya-karya seni di area muuseum setiap 3-6 bulan sekali," ujar Boy.
Konsep unik dan inovatif dalam museum ini sengaja dituangkan agar para pengunjung berkesan dan tertarik dengan beragam karya seni kontemporer. Diharapkan masyarakan Indonesia dapat terus meningkatkan apresiasi kepada karya-karya seni ciptaan anak bangsa.
What's On Fimela
powered by
Wadah untuk mengekspresikan diri
Motomoto museum memanfaatkan situasi di era modern yang segalanya patut diabadikan di media sosial. Diharapkan para peminat seni dan pengunjung milenial yang hadir, akan antusias mengabadikan karya-karya seni ini dengan cara mengunggahnya ke akun media sosial masing-masing.
Rudi Lazuardi yakin, media sosial akan berperan besar dalam membersarkan karya-karya seni, para seniman yang terlibat, hingga nama Motomoto Museum dan Resto itu sendiri sambil memberikan ruang bagi para pengunjung untuk bebas mengekspresikan diri masing-masing.
Temukan beragam karya seni kontemporer di sini
Saat menapaki satu ruangan ke ruangan berikutnya pengunjung akan terbius dengan beragam atraksi unik, seru, dramatis dan menarik. Ada yang membuat ingin selfie, ada mandi bola, ada juga atraksi berenang dalam kolam busa-busa besar. Semua ini dapat dinikmati hanya dengan membeli tiket masuk sebesar Rp100.000.
Untuk membuat 23 ruangan benar-benar memberikan kesan yang berbekas, Motomoto Museum dan Resto bekerkolaborasi dengan MATA Studio, sebuah studio desain grafis di jakarta untuk menjadi konseptor utama dengan arahan Felix Tjahyadi dan Agra Satria. Memadukan konsep gaya kontemporer dan pop, beberapa edukasi menarik disisipkan dalam desain interior ruangan.
Menikmati indahnya
Karya seni rajut yang pernah ditampilkan pada ajang ART JOG 2018 yang lalu ini merupakan instalasi terbersar karya Mulyana. Memakan waktu 6 bulan lebih, karya indah yang menceritakan kehidupan dunia bawah laut ini dibangun Mulyana dengan bantuan 70 orang tim untuk merajutnya.
Mulyana menampilkan panorama bawah laut dengan teknik rajut luar biasa dan membuatnya begitu "hidup". Kita dibius dengan objek seni berkreatifitas tinggi dalam bentuk karang, ikan, kerangka tulang ikan paus, hingga aneka tumbuhan laut. Kita dibawa "menyelam" ke dalam dunia bawah laut dengan material benang rajut yang cantik penuh warna-warna energik.
Tak hanya itu, Mulyana juga ingin mengingatkan kita untuk menjaga dan merawat ekosistem bawah laut agar keindahannya tak pudar.
Beruntung, Fimela.com dapat berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan Mulyana pada hari Rabu (25/4/2019) saat pembukaan museum. "Saya berharap dengan adanya Motomoto Museum, para peminat seni dapat lebih mudah mengakses dan menikmati karya-karya saya, juga karya seni lainnya. Museum ini diharapkan menjadi wadah bagi pengunjung di Indonesia untuk mengenal karya seni kontemporer", jelas Mulyana.
Ia juga memajang karyanya yang bertajuk "Silent Prayer", terdiri dari karang-karang besar berwarna putih. Lampu penghangat di dalam karang akan menyala secara bergantian dalam ruangan remang-remang. Hal ini menggambarkan sebuah kehidupan yang terus diiringi dengan doa untuk menemukan kesadaran bahwa tanpa upaya kolektif atau usaha, doa doa ini akan tetap berbentuk harapan.