Lebih Baik Keluar dari Perusahaan daripada Memiliki Atasan "Beracun"

Endah Wijayanti diperbarui 25 Apr 2019, 07:20 WIB

Fimela.com, Jakarta Punya pengalaman suka duka dalam perjalanan kariermu? Memiliki tips-tips atau kisah jatuh bangun demi mencapai kesuksesan dalam bidang pekerjaan yang dipilih? Baik sebagai pegawai atau pekerja lepas, kita pasti punya berbagai cerita tak terlupakan dalam usaha kita merintis dan membangun karier. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis April Fimela: Ceritakan Suka Duka Perjalanan Kariermu ini.

***

Oleh: F - Bekasi

Gusti Ora Sare

Semua kisah ini berawal dari lulus kuliah dan mendapatkan kerja di salah satu perusahaan swasta yang cukup terkenal di Indonesia. Aku anak yang cukup beruntung di dunia pendidikan. Tidak pandai namun sangat gesit dan rajin sehingga bisa lulus tepat waktu saat S1 dan lumayan cepat mendapatkan kerja di salah satu perusahaan swasta.

Awalnya semua berjalan dengan amat sangat menyenangkan. Aku mempunyai satu manager dan satu assistant manager yang keduanya sudah seperti teman dan keluarga sendiri. Tentunya ada beberapa konflik di antara kami tentang pekerjaan tapi di luar dari pekerjaan kami sangat kompak. Orang-orang dari departemen lain pun melihat kami sangat harmonis karena mempunyai atmosfer kerja yang menyenangkan. Namun semua berubah ketika assitant managerku memutuskan untuk pindah kerja ke tempat yang lebih baik lagi.

Di situ aku merasa kehilangan karena sejujurnya dari dua orang atasanku, assistant manajerku inilah yang paling memahami aku. Cukup berat melepasnya pergi. Manajerku sendiri pun tidak bisa menahannya lagi dengan berbagai cara. Akhirnya, aku pun dengan berat hati melepasnya pergi. Manajerku pun masih bertahan di perusahaan tersebut, tentunya dengan beberapa kali berganti assistant manager.

Singkat cerita manajerku pun memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut dengan alasan yang tidak bisa aku elakkan, yaitu beliau ingin melakukan program memiliki anak (karena sudah lama menikah namun beliau belum kunjung memiliki anak). Sekali lagi, aku kehilangan orang yang dekat di kantor.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Kehadiran Manajer Baru

Ilustrasi. (iStockphoto)

Sebenarnya aku bukan tipe yang bekerja dikarenakan gaji yang besar. Sesungguhnya gaji di perusahaan tersebut tergolong kecil namun karena suasananya menyenangkan maka aku pun menikmati bekerja di sana. Singkat cerita, sebelum manajerku keluar dia mempromosikan aku untuk menjadi assistant manager di perusahaan tersebut untuk mendampingi manajer yang baru nantinya.

Tibalah saatnya manajer yang baru datang. Aku pun menyambutnya dengan cukup sopan. Namun siapa yang sangka ternyata manager tersebut lah yang membuatku hancur di perusahaan tersebut. Suatu ketika, aku dipanggil oleh direkturku dan menanyakan kenapa aku menolak promosiku, ketika itu aku cukup terkejut dan mengatakan bahwa aku tidak menolaknya.

Direkturku pun menceritakan semua bahwa managerku yang baru itu lah yang mengatakan bahwa aku menolak promosi tersebut. Di situ aku cukup kecewa. Ada beberapa temanku pun yang tidak menyukai manajer baru tersebut dan dari temanku itulah aku mengetahui bahwa manajer baru tersebut tidak menyukai bila bawahannya masih ada orang-orang lama. Dia ingin semua bawahannya orang baru juga sama seperti dia. Akhirnya dengan berbagai usaha dia berusaha menjatuhka ku. Sampai akhirnya, aku mendatanginya dan menanyakan semuanya atas tindakannya tersebut (istilah anak sekarang “labrak”). Dengan akting berurai air mata dia mengatakan bahwa dia tidak ada maksud seperti itu.

Saat itu aku marah, sedih, kecewa dan tidak ada satu orang pun yang menolong aku. Manajer baru itu berusaha dengan berbagai cara menekanku agar aku keluar dari perusahaan tersebut hanya karena aku cukup dekat dengan direktur dan owner dari perusahaan tersebut. Dia tidak suka dengan pemandangan seperti itu dan merasa terganggu jika bawahannya lebih mudah bergaul dengan direktur daripada dia selaku manajer. Satu per satu pekerjaanku pun diambil dan membuatku tertekan. Dengan begitu dia berpikir bahwa aku akan resign dari situ.

3 dari 3 halaman

Mendapat ganti yang Lebih Baik

Ilustrasi. (iStockphoto)

Tapi aku cuma manusia biasa. Aku juga sudah tidak kuat. Temanku yang dulu (manajer yang dulu dan assistant manager yang dulu) menyuruh aku untuk keluar dari situ. Dan akhirnya dengan izin dari suami, aku mundur dari perusahaan itu. Cukup sedih meninggalkan perusahaan tersebut dengan segudang pengalaman yang ada namun harus berakhir karena satu orang tersebut.

Akhirnya aku resign dan untuk sementara menjadi ibu rumah tangga mengurus anak-anak ku. Lumayan menyenangkan dan membuat otak fresh. Namun, hal ini tidak bertahan lama dua tahun kemudian, aku mencari pekerjaan lagi dan memang Tuhan sayang kepadaku. Tanpa kuduga-duga Dia memberikanku pekerjaan yang luar biasa. Dia menggantikan dukaku yang dahulu dengan suka. Tentunya dari salary pun amat sangat jauh dari yang dahulu.

Dalam hati, aku amat sangat bersyukur kepada Tuhan. Aku dan suamiku pun bersyukur karena Tuhan tidak pernah tidur. Sampai akhirnya aku bertemu dengan mantan teman-temanku yang dulu pernah kerja di perusahaan yang lama dan mereka semua sepakat mengatakan bahwa semua karyawan yang keluar dari perusahaan tersebut akan jauh mendapatkan yang terbaik.

Jadi, intinya benar sekali bahwa Gusti ora sare, Tuhan Tidak akan tidur! Bersabar, berdoa, dan percaya kepada-Nya adalah kunci dari semua kesesakan yang ada.