Fimela.com, Jakarta Punya pengalaman suka duka dalam perjalanan kariermu? Memiliki tips-tips atau kisah jatuh bangun demi mencapai kesuksesan dalam bidang pekerjaan yang dipilih? Baik sebagai pegawai atau pekerja lepas, kita pasti punya berbagai cerita tak terlupakan dalam usaha kita merintis dan membangun karier. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis April Fimela: Ceritakan Suka Duka Perjalanan Kariermu ini.
***
Oleh: Damainsa Prahesti Nukyanto - Surabaya
Statistisi Pelosok Negeri
Tidak pernah terbayang oleh saya jika pada akhirnya saya akan menekuni profesi menjadi seorang statistisi. Mendengar istilahnya pun belum pernah sampai ketika saya lulus SMA dan melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi kedinasan milik pemerintah yang berada di Jakarta Timur.
Merantau dari Semarang, kota kelahiran saya, saya menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) pada tahun 2008. Sejak masuk kuliah, saya sadar di sinilah jalan yang saya ambil, di sinilah saya akan menapaki masa depan saya, jalan yang membawa saya menjadi seorang statistisi. Karena saya lulus kuliah dari perguruan tinggi kedinasan, sudah menjadi konsekuensi bagi saya untuk mengemban amanah menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang siap ditugaskan di seluruh pelosok negeri ini.
Tepatnya pada tanggal 1 November 2013 saya resmi diangkat sebagai Statistisi di BPS Kabupaten Banggai Kepulauan. Panik, sedih, dan ketakutan bercampur jadi satu. Bagaimana tidak, tempat saya akan bertugas belum pernah sekali pun saya mendengarnya, apalagi menginjakkan kaki di sana. Di lain sisi, semangat untuk mengabdikan diri pada negara dan mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat ketika kuliah juga terasa menggebu-gebu. Terlebih saya mendapat penempatan bersama calon suami saya saat itu, yang menjadikan penghiburan bagi saya di sela-sela ketakutan-ketakutan yang ada.
Suka dan Duka
Menjadi statistisi di daerah terpencil sangat jauh dari apa yang saya bayangkan. Di sana kami tidak bisa hanya duduk diam di depan komputer untuk mengolah dan menganalisis data. Tapi lebih dari itu, kami lah yang harus menjemput data-data itu dari lapangan langsung untuk kemudian bisa diolah dan dianalisis, yang pada akhirnya dijadikan pedoman pengambilan kebijakan bagi pemerintah. Setiap bulan mendatangi pasar menanyakan harga-harga komoditas barang, setiap triwulan mengerjakan survei-survei triwulanan, setiap subround ke ladang dan sawah menghitung produktivitas tanaman pangan dan lainnya. Kadang tidak selalu berjalan mulus, penolakan dari sampel survei rumah tangga maupun tempat usaha yang saya datangi pun saya terima. Bahkan terkadang hinaan sampai kata-kata kasar terdengar di telinga, kalau mau lebih mengenaskan lagi saya hanya disambut gonggongan anjing si pemilik rumah.
Ibarat dua sisi koin, menjadi statistisi tidak melulu menyedihkan dan membosankan, ada kalanya perasaan bahagia dan suka cita juga hadir mengisi hari-hari yang sepi. Penerimaan responden atas kedatangan kami, dan keramahan masyarakat Banggai Kepulauan menjadi pelipur lara. Saat bertugas melakukan Survei Sosial dan Ekonomi Nasional misalnya, sering masyarakat berkeluh kesah pada kami tentang masalah sosial dan ekonomi yang mereka hadapi, mulai dari beras yang makin mahal, BBM yang langka, hingga anak-anak mereka yang pergi merantau meninggalkan orang tua yang telah renta. Kami, para statistisi hanya bisa membantu dengan doa, semoga data yang kami potret di lapangan dapat digunakan dengan semestinya oleh para pemangku kebijakan.
Semoga lelah kami untuk mendapatkan data dibalas dengan keberkahan bagi keluarga kami. Doakan kami, para statistisi Badan Pusat Statistik agar dapat menjadi Aparatur Sipil Negara yang profesional, berintegritas, dan amanah terhadap tugas yang kami emban.
Surabaya, 22 April 2019
Damainsa Prahesti Nukyanto
(Statistisi Ahli Pertama – BPS Kota Surabaya)