Fimela.com, Jakarta Plastik tetaplah plastik. Bahkan meskipun komponennya sudah terurai menjadi partikel yang jauh lebih kecil, ia tetap tidak terurai oleh bakteri. Mikroplastik, yaitu komponen plastik yang berukuran kurang dari lima milimeter, menjadi isu baru di bidang lingkungan dan kesehatan.
Dijelaskan, Kepala Balai Teknologi Polimer BPPT, Ir. F. M Erny S. Soekotjo M.Sc, belakangan marak dipromosikan alternatif plastik yang biodegradable atau plastik yang lebih mudah diurai menjadi komponen yang lebih kecil. Apakah ini menjadi solusi?
“Produk apapun selama masih mengandung polimer, ia tetaplah plastik. Misalnya tas plastik yang terbuat dari bahan alami yang mudah terurai. Memang ia mudah hancur, tetapi komponen plastiknya sekecil apapun tetap ada, bahkan pecah menjadi partikel yang lebih kecil dan menimbulkan bahaya baru bernama mikroplastik,” jelas Erny.
Kenali jenis-jenis Plastik untuk Wadah Makanan
Dilansir dari halaman resmi Food and Agriculture Organisation (FAO), Badan resmi di bawah PBB yang menangani keamanan pangan, mikroplastik terbesar ditemukan di lautan dan perairan pedalaman. Mikroplastik ini secara tidak sengaja akan tertelan oleh hewan air yang bernilai komersial.
Partikel plastik ini terbuat dari senyawa seperti polimer dan zat aditif yang komposisinya bervariasi, tergantung pada karakteristik akhir bahan yang diinginkan. Polimer ini dapat terserap dan menyerap kontaminan dari lingkungan sekitarnya, sehingga menimbulkan ancaman terhadap keamanan pangan, produk perikanan, dan pertanian. Ada banyak jenis plastik, tetapi menurut data GESAMP 2015, lima jenis ini mendominasi produksi global.
Dan inilah tips aman menggunakannya sebagai wadah menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM):
1. Polietilen (PET) Ada dua jenis polietilen
Pertama High Density Polyethylene (HDPE). Bahan plastik ini bersifat keras hingga semi fleksibel, tahan terhadap bahan kimia dan kelembapan. Permukaannya berlilin, buram dan mudah diwarnai. Biasanya ada di botol susu cair dan jus, tutup botol plastik, wadah es krim dan ada di kemasan margarin atau mentega.
Tips untuk penggunaan kemasan plastik ini adalah untuk satu kali pemakaian dan bukan untuk pemakaian berulang.
Jenis kedua dalah Low Density Polyethylene (LDPE) Kode 4. Plastik ini bersifat kuat, fleksibel, kedap air, lalu permukaannya berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya. Biasanya digunakan untuk cup yoghurt, kantong belanja, kantong roti, makanan segar, dan botol yang dapat ditekan.
Plastik ini relatif aman jika digunakan untuk kemasan makanan jika dibandingkan dengan jenis plastik lainnya. Tetapi hati-hati jika sudah dibuat menjadi kantong daur ulang berwarna seperti warna hitam pada warna pekat lainnya.
Tipsnya, jangan pernah digunakan untuk mewadahi makanan panas terlebih lagi untuk mengukus. Kedua, jangan gunakan plastik daur ulang berwarna (warna hitam merah dan sebagainya untuk membungkus makanan siap santap secara langsung.
2. Polipropilen
Jenis plastik ini bersifat keras tapi fleksibel. Meskipun tidak jernih, tetapi tembus cahaya dan tahan terhadap panas. Biasanya dipakai untuk kemasan makanan ringan (biskuit, chips, sereal dan sebagainya) juga sedotan.
Jenis plastik ini relatif aman jika digunakan untuk kemasan makanan jika dibandingkan dengan jenis plastik lainnya. Plastik ini mempunyai keistimewaan tahan terhadap pemanasan dan dapat digunakan untuk pemanasan menggunakan microwave, tapi penggunaannya harus sesuai dengan saran pada kemasan.
3. Polivinilklorida
Sering disingkat PVC. Jenis plastik ini terbagi dibagi menjadi dua jenis, jenis pertama yang bersikap kaku atau semi kaku. Produk akhirnya adalah wadah yang kuat, keras, jernih dan bentuknya dapat diubah sesuai jenis larutan. Contohnya pada botol untuk jus, air mineral, minyak sayur, kecap, sambal dan baki.
Jenis kedua adalah PVC displatisasi atau lunak, sifatnya itu dapat dikerutkan dan jernih, contohnya ada pada pembungkus makanan. Agar aman, jangan digunakan untuk makanan yang berminyak atau berlemak atau mengandung alkohol terutama dalam keadaan panas.
4. Polistirena
Tahu styrofoam? Wadah makanan yang sangat ringan berwarna putih bersih dan dibentuk menjadi berbagai produk mulai piring hingga mangkuk sekali pakai ini adalah polistirena.
Ada dua jenis polistirena. Jenis pertama bersifat jernih seperti kaca atau buram, kaku, dan getas (rapuh). Biasanya digunakan sebagai gelas, sendok dan garpu plastik, wadah es krim dan sebagainya.
Jenis kedua adalah yang dikenal dengan styrofoam. Bersifat seperti busa, biasanya berwarna putih, lunak dan getas (rapuh). Biasanya digunakan untuk piring, mangkok, dan gelas plastik.
Agar aman, hindari menggunakannya untuk makanan berminyak atau berlebih dalam keadaan panas. Kedua, jangan digunakan untuk menghangatkan makanan menggunakan microwave. Selain itu, jangan gunakan kemasan styrofoam jika rusak tergores atau berubah bentuk karena mikroplastiknya mudah terlepas.
5. Polietilen
Tereftalat Bahan plastik ini bersifat kuat, jernih, kedap gas dan air. Makanya, sangat disukai industri pangan sebagai wadah botol minuman, kemasan selai, botol kecap dan botol sambal.
Agar aman menggunakan wadah plastik Ada dua tips dalam menggunakan kemasan plastik ini, dan materinya tidak terurai menjadi mikroplastik, sebaiknya tidak digunakan untuk pangan dengan suhu di atas 60 derajat Celcius. Kedua, hanya untuk satu kali pemakaian dan bukan untuk pemakaian berulang.
What's On Fimela
powered by
Mikroplastik dan Bahayanya untuk Kesehatan
Sebagian orang pasti pernah menggunakan aneka pembungkus makanan dan wadah dari jenis-jenis plastik di atas. Jika tidak digunakan sesuai aturan, dapat menimbulkan masalah keamanan pangan yang muncul karena toksisitas plastik dan komponennya. Mikroplastik dari wadah tadi, dapat terserap oleh tubuh. Meskipun belum ada studi yang mengevaluasi dampak mikroplastik terhadap kesehatan, namun pakar dari komite bersama FAO dan WHO untuk Kemanan Bahan Aditif Makanan menyatakan bahwa beberapa monomer plastik diketahui bersifat karsinogenik atau toksik jika tertelan.
Untuk menentukan dampak mikroplastik dalam berbagai produk yang kita gunakan sehari-hari terhadap kesehatan manusia, inilah hasil penelitian dari Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO.
1. Banyak zat aditif pada plastik dicurigai dapat mengganggu sistem endokrin atau hormonal di dalam tubuh.
Kontaminan beracun yang diserap oleh plastik dapat dilepaskan dan terakumulasi secara biologis di lingkungan.
2. Mikropartikel plastik terakumulasi di saluran pencernaan hewan yang memakannya, yaitu ikan. Jadi jika mengonsumsi ikan, buang seluruh bagian perutnya, kecuali untuk spesies ikan berukuran kecil, seperti sarden, ikan teri, dan sejumlah ikan air tawar berukuran kecil yang dimakan utuh.
3. Hati-hati makan kerang. Sebuah penelitian menemukan. konsentrasi mikroplastik tertinggi yang dilaporkan dalam kerang adalah 4 partikel/gram. Jika kita mengonsumsi 250 gram kerang, artinya dapat mengandung hingga 1.000 partikel mikroplastik. Mengenai nasib plastik dalam tubuh manusia dan kemungkinan dampak kesehatan yang merugikan, memang masih banyak yang tidak diketahui.
Diperkirakan bahwa hanya partikel terkecil (1,5 μm atau kurang) dapat menembus ke dalam pembuluh darah kapiler organ-organ di seluruh tubuh dan sisanya akan dibuang melalui urine. Plastik diduga berinteraksi dengan sistem kekebalan tubuh, menyebabkan stres oksidatif dan perubahan pada DNA. Kita tidak harus menghindari plastik, jika memang tidak ada alternatif pengganti. Namun gunakan secara bijak dan sesuai aturan agar tidak merugikan. Selain itu biasakan memilah-milah sampah plastik dengan sampak material lainnya, sehingga tidak mencemari lingkungan.