Kekerasan Pada Perempuan dan Bullying, Kenapa Bisa Terjadi?

Mimi Rohmitriasih diperbarui 10 Apr 2019, 17:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Kekerasan pada perempuan dan bullying kembali terjadi. Bahkan kasus ini sempat bikin geram netizen dan warga Indonesia juga dunia. Apa yang dialami oleh Audrey, seorang siswi SMP di Pontianak, Kalimantan Barat, baru-baru ini sangat miris. Akibat kekerasan dan bullying yang dilakukan beberapa siswi SMA setempat, ini membuatnya harus dirawat intensif di rumah sakit.

Tak hanya terluka secara fisik, diperkirakan apa yang dialaminya membuatnya terluka secara psikis. Kejadian buruk yang menimpanya ini bahkan bisa menimbulkan trauma.

2 dari 5 halaman

Dampak Kekerasan dan Bullying, Melukai Fisik Maupun Psikis

Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Kekerasan dan bullying yang dilakukan tak hanya melukai seseorang secara fisik saja. Lebih jauh, ini akan melukai psikis secara mendalam. Dampak mengerikannya lagi, kekerasan dan bullying bisa menyebabkan seseorang mengalami trauma berkepanjangan.

Ratna Djuwita dalam bukunya berjudul Bullying: Kekerasan Terselubung di Sekolah mengungkapkan jika dampak bullying cukup serius. Bullying dalam jangka pendek bisa menimbulkan perasaan tidak aman, terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, depresi dan stres. Sedangkan dalam jangka panjang, kekerasan dan bullying bisa membuat seseorang menderita masalah emosional dan perilaku.

Melansir dari laman stopbullying.gov dalam Effects of Bullying, disebutkan jika bullying bisa memengaruhi korban, pelaku dan pihak yang menjadi saksi. Bullying bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik terlebih ketika bullying ini disertai tindak kekerasan seperti memukul, menjambak, menendang dan sejenisnya. Para ahli juga mengatakan jika bullying bisa memengaruhi kesehatan psikis seseorang.

3 dari 5 halaman

Kenapa Kekerasan dan Bullying Bisa Terjadi?

Anak yang kerap di bully membuatnya rentan alami depresi di usia muda. (Foto: Huffington Post)

Apa yang mendasari seseorang melakukan kekerasan terhadap sesamanya dan bullying? Apakah karena pengaruh teman, lingkungan sosial dan sekitarnya? Atau karena alasan tertentu yang menguatkan ia melakukan kekerasan serta bullying?

Dalam penelitian yang dilakukan Yuli Pertama Sari dengan judul Fenomena Bullying Siswa: Studi Tentang Motif Perilaku Bullying Siswa di SMP Negeri 01 Painan, Sumatera Barat, menyebutkan jika Bandura dalam teori balajar sosialnya mengungkapkan jika perilaku kekerasan dan bullying bisa terjadi karena dua metode yaitu pembelajaran instrimental dalam artian perilaku itu mendapat dorongan dan reward (hadiah) dan metode observasional yaitu terjadi ketika seseorang melihat atau melakukan observasi dan pengamatan dari apa yang dilakukan orang lain.

Para ahli percaya jika pelaku kekerasan atau bullying memiliki alasan kuat kenapa ia melakukannya. Alasan itu bisa berupa ingin mendapat pengakuan, ingin membalas dendam, mendapat dorongan dan dukungan dari sekitar bahkan dirinya pernah mengalami bullying dari orang lain.

4 dari 5 halaman

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kekerasan dan Bullying

Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Tindakan kekerasan dan bullying bisa dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut mulai dari pelaku ingin mendapat pengakuan bahwa ia pihak berkuasa atau pemimpin, korban merupakan pribadi yang dianggap lemah dan tak berdaya, hingga tidak adanya sangsi tegas pada perilaku bullying ini.

Bullying yang banyak terjadi pada anak-anak hingga remaja seperti kasus yang menimpa Audrey, akan semakin marak terjadi ketika orangtua, pihak sekolah atau pihak terkait seolah tutup mata akan hal ini dan menganggap perilaku kekerasan serta bullying adalah hal yang wajar. Menurut Olweus dalam jurnal berjudul Bullying Siswa: Studi Tentang Motif Perilaku Bullying Siswa di SMP Negeri 01 Painan, Sumatera Barat, mengatakan jika pelaku kekerasan dan bullying memiliki perilaku agresif, impulsif dan memiliki keinginan kuat untuk mendominasi orang lain. Sebagian besar dari mereka juga disinyalir memiliki empati yang rendah dengan korban. Meski begitu, Menurut Jess Feist dalam bukunya berjudul Teori Kepribadian menyebutkan jika perilaku bullying juga bisa terjadi karena faktor korban memberikan stimulus yang kurang menyenangkan, kurang baik dan kurang sopan pada pelaku.

Mengenai kekerasan dan bullying, semoga hal ini bisa tidak pernah terjadi lagi di sekitar kita. Yuk Sahabat Fimela, terus dampingi orang-orang di sekitar kita terutama buah hati kita agar menghindari perilaku kekerasan dan bullying. Pastikan juga untuk menjadi contoh orangtua terbaik buat mereka.

5 dari 5 halaman

Simak Video di Bawah Ini