Fimela.com, Jakarta Apa kamu termasuk salah seorang yang tidak pernah bisa tidur tanpa memakai selimut? Ya, walau udara di luar sedang hangat atau bahkan panas.
Ada sejarah yang panjang tentang selimut. Melansir dari atlasobscura.com, Kamis (11/4/2019), selama masa kekaisaran Romawi, selimut adalah untuk orang-orang kaya.
Pada periode Modern Awal sampai Abad Pertengahan di Eropa, produksi selimut telah meningkat, sehingga masyarakat kelas menengah juga bisa membelinya. Menurut Roger Ekirch, sejarawan di Virginia Tech, tempat tidur di seluruh Eropa Barat adalah barang rumah tangga yang paling mahal, sehingga pasangan yang baru menikah biasanya langsung berinvestasi untuk membelinya.
Saat ini, hampir semua orang tidur menggunakan selimut, walaupun bentuknya berbeda-beda di setiap tempat. Ada sebuah penelitian tentang efek menenangkan dari tidur menggunakan selimut.
Ini sejarah di balik kebiasaan tidur menggunakan selimut
Penelitian tersebut menyebutkan bahwa bobot selimut yang digunakan dapat mengurangi kecemasan, bahkan bisa dipakai dalam pengobatan autisme. Mari simak alasan dari segi perilaku dan fisiologisnya.
Sekitar 60 sampai 90 menit sebelum tidur, tubuh mulai kehilangan suhu inti. Ketika tubuh dipanaskan, kamu akan menjadi lebih waspada, sebaliknya, jika tubuh menjadi lebih dingin, kamu cenderung akan mengantuk.
Penjelasan ilmiahnya
Suhu tubuh bagian dalam yang lebih dingin berkorelasi dengan kenaikan melatonin, hormon yang menyebabkan rasa kantuk. Kemampuan tubuh untuk mengatur panasnya sendiri menjadi lebih rumit di malam hari.
Tubuh akan secara drastis menurunkan kadar serotonin, neurotransmitter yang terkait dengan perasaan tenang, bahagia, dan sejahtera. Menariknya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa tidur menggunakan selimut dapat memicu peningkatan produksi serotonin di otak. Jadi, apa kamu termasuk salah satu orang yang tidak bisa tidur tanpa selimut?