Bermimpilah Setinggi Mungkin, Semesta Akan Merestui Jika Kita Berusaha Tanpa Henti

Endah Wijayanti diperbarui 06 Apr 2019, 14:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya kekuatan untuk mengatasi setiap hambatan dan tantangan yang ada. Bahkan dalam setiap pilihan yang dibuat, perempuan bisa menjadi sosok yang istimewa. Perempuan memiliki hak menyuarakan keberaniannya memperjuangkan sesuatu yang lebih baik untuk dirinya dan juga bermanfaat bagi orang lain. Seperti tulisan dari Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Voice Matters: Setiap Perempuan adalah Agen Perubahan ini.

***

Oleh: Julita Hasanah - Jember

Proses kuliah menumbuhkan kecintaanku pada dunia pendidikan, sehingga ketika masih duduk di bangku semester empat aku punya mimpi. Sebuah mimpi melanjutkan studi magister dengan beasiswa penuh. Bisa dibilang itu adalah mimpi besar karena pengetahuan mengenai beasiswa benar-benar minim dan terbatas, tapi aku tidak peduli, let me dream high. Mimpi tersebut aku tulis dengan huruf kapital dan terpampang nyata di dinding kamar, menjadi yang pertama kali kulihat saat bangun tidur dan terakhir kali terbaca saat akan beristirahat di malam hari. Aku membulatkan tekad, ya aku harus dapat beasiswa.

Tepat di penghujung 2017 aku berhasil lulus program sarjana. Aku mulai meniti satu per satu langkah untuk mendaftar beasiswa. Dari sekian banyak informasi dan pengalaman scholarship hunters ada satu sosok yang sangat menginspirasiku yaitu kak Fatimah Nailan Edward asal Aceh yang berhasil melanjutkan studi magister ke Barttlet School of Planning, University College London. Kegigihan Kak Kiky menaklukkan beasiswa LPDP membuatku yakin, setinggi apapun mimpi kita, semesta akan merestui jika kita berusaha tanpa henti.

Tuhan mengabulkan mimpiku, setelah melalui proses panjang selama empat bulan, aku dinyatakan menjadi salah satu awardee LPDP, salah satu beasiswa paling bergengsi di negeri ini. Keberhasilanku tak lepas dari tulisan Kak Kiky yang menginspirasi dalam memperjuangkan beasiswa. Melalui pengalaman ini aku belajar bahwa pemikiran, pandangan, ide dan pengalaman kita bisa jadi akan sangat bernilai bagi wanita lainnya. Kita sebagai wanita seharusnya aktif bersuara melalui tulisan, ruang-ruang diskusi dan berbagai media lainya, karena wanita adalah agent of change apapun bidang keilmuan dan profesinya.

 

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Februari tahun ini adalah momen istimewa dimana untuk pertama kalinya aku diberikan kesempatan menjadi pembicara pada sebuah talkshow di kampus asalku. Jika setahun yang lalu aku terinspirasi oleh tulisan Kak Kiky Edward, kini saatnya aku membagikan pengalaman mendapatkan beasiswa kepada orang lain, ya semacam estafet kebaikan yang harus dilanjutkan. Banyaknya feedback positif dari peserta talkshow, membuat diriku semakin bersemangat dan bersyukur bisa meneruskan kebaikan ke orang lain.

Satu hal lagi yang aku dapatkan, wanita memang harus bersuara. Bukan sebagai pembuktian eksistensi wanita pada publik, tapi ini adalah kontribusi kita bagi lingkungan sekitar. Kita adalah Kartini yang mewujudkan emansipasi wanita. Kita adalah Ibu Sri Mulyani yang mampu menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Kita adalah Ibu Susi Pudjiastuti yang banyak membuat gebrakan besar pada kemaritiman Indonesia. Kita adalah Liliana Natsir, sang legenda Bulu Tangkis Indonesia. Kita adalah wanita Indonesia. Kita kuat. Kita kontributif. Apapun profesi dan di manapun kita berada, kita harus aktif menyuarakan pemikiran dan pandangan kita untuk kemajuan seluruh wanita Indonesia dan bangsa.

Ini suaraku, mana suaramu?