Seburuk Apapun Masa Lalu yang Dimiliki Seseorang, Jalan Terbaik adalah Menerimanya

Endah Wijayanti diperbarui 06 Apr 2019, 09:44 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya kekuatan untuk mengatasi setiap hambatan dan tantangan yang ada. Bahkan dalam setiap pilihan yang dibuat, perempuan bisa menjadi sosok yang istimewa. Perempuan memiliki hak menyuarakan keberaniannya memperjuangkan sesuatu yang lebih baik untuk dirinya dan juga bermanfaat bagi orang lain. Seperti tulisan dari Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Voice Matters: Setiap Perempuan adalah Agen Perubahan ini.

***

Oleh: Dessy - Pontianak

Ini kisahku. Orangtuaku berpisah ketika aku masih kecil. Ayah dan Ibu masing-masing menikah lagi tak lama setelah mereka berpisah. Dan aku diasuh oleh orang tua asuh, keluarga Ibuku. Orangtua asuhku memang tidak pernah membedakan antara aku dengan anak-anak mereka yang lain. Awalnya, orangtua asuhku tidak memiliki anak. Setelah mengasuhku setahun kemudian Ibu asuhku melahirkan putri pertama mereka.

Sejak kecil aku memang tidak mengenal Ayah kandungku, karena mereka berpisah saat aku belum bisa mengingat apapun tentang mereka. Semua foto yang berhubungan dengannya dibuang. Sedangkan, Ibuku beberapa kali dalam setahun biasanya datang mengunjungiku, Ibu tinggal di luar kota dengan suami barunya. Ibu terlihat sangat bahagia bersama keluarganya yang sekarang, Ibu memang tidak memiliki anak dari suaminya tapi suaminya memiliki 4 anak dari pernikahannya sebelum ia menikahi ibuku.

Awalnya aku tidak tahu kalau orangtua yang merawatku sejak kecil ini bukan orangtua kandungku. Saat aku SMA, entah mengapa orangtua asuhku memberitahuku kalau aku bukan anak kandung mereka dan menceritakan semua tentang keluarga kandungku. Meskipun, mereka tidak menceritakan mengapa orang tua kandungku bisa berpisah dan meninggalkanku begitu saja. Mungkin saja mereka berpikir itu rahasia orang tuaku. Sejak saat itu perlakuan anak mereka berubah padaku. Dulunya mereka memanggilku Kakak, namun tidak lagi sekarang. Ya, walaupun kalau di hadapan orang tua asuhku, adik-adikku semua masih terlihat baik-baik saja. Akan berbeda saat orangtua asuhku tidak ada.

Sedikit demi sedikit, situasi dan kondisi yang seperti itu membuat rasa iri timbul di hatiku. Seandainya jika orang tuaku bisa bersatu lagi, mungkin saja aku bisa hidup bahagia dengan mereka. Setidaknya itulah yang aku pikirkan saat itu. Aku tidak peduli pada yang lainnya. Yang aku pikirkan saat itu hanyalah bagaimana aku bisa bahagia bersama Ayah dan Ibuku, egois memang.

 

Ilustrasi/copyright unsplash.com/@kotajue1117

Setelah dewasa, pikiran itu masih terbenam di hati dan pikiranku. Dengan sedikit petunjuk yang ada, aku mulai mencari Ayah kandungku. Tentu saja tidak mudah, semua keluarga dari pihak Ibu memilih diam, tidak ada yang mau memberi informasi apapun tentang keberadaan Ayahku. Entah, karena mereka memang tidak tahu atau sengaja menyembunyikanya dengan maksud lain. Aku tidak tahu. Namun, hal itu tidak membuat aku menyerah.

Aku terus berusaha sampai akhirnya aku menemukan keberadaan Ayahku. Aku datang menemuinya. Keluarga dari pihak Ayah, menyambut baik kedatanganku. Tapi, Ayahku tidak dalam kondisi yang baik. Sedikit penyesalan muncul di dalam diriku, lebih baik aku tidak mengetahui kalau dia Ayahku. Sekarang aku mengerti mengapa semua keluarga menyembunyikan tentangnya dariku.

Keluarga dari Ayahku, Ibunya Ayah atau Nenekku bercerita, beberapa waktu lalu Ayah kecelakaan parah hingga koma berbulan-bulan. Saat ia bangun dari komanya kondisinya jadi seperti sekarang. Jauh sebelum kecelakaan itu, saat ia baru bercerai dengan ibuku, ia menikah lagi dan sekarang memiliki 3 orang anak dari pernikahaannya yang baru. Dengan kata lain mereka adalah saudaraku. Nenek bilang, sejak awal istrinya yang sekarang tidak tahu kalau dia sudah memiliki anak lainnya. Aku mengerti apa maksud nenek memberitahuku tentang itu.

 

Ilustrasi/copyright unsplash.com/@wx1993

Penyesalaan memang akan muncul di akhir. Tapi, ya sudahlah. Sekarang, aku sadar tidak ada gunanya memaksa mereka untuk kembali bersatu. Jika mereka memang ingin bersatu kembali tentu saja mereka bisa melakukannya dari dulu, tanpa campur tangan dariku. Sekarang masing-masing dari mereka telah memiliki kehidupan yang baru. Mereka bahagia, itu yang penting. Mungkin bagi mereka akan sangat menyakitkan kalau harus membuka luka lama itu kembali. Tentu saja setiap orang yang berencana untuk menikah tidak merencanakan sebuah perceraian.

Dari apa yang sudah dilewatkan oleh Ayah dan Ibuku aku belajar hal penting. Masa lalu, ya masa lalu. Seberapa keras pun kita berusaha untuk mengubahnya, kita tidak akan bisa mengubahnya. Seburuk apapun masa lalu yang dimiliki seseorang jalan terbaik adalah menerimanya. Karena percuma saja berusaha untuk membuangnya, kita bisa saja diam. Tapi, orang di sekitar kita bisa saja tanpa sengaja membukanya. Dan jika kita tidak bisa menerimanya kita juga tidak bisa berdamai dengan masa lalu itu.

EntahaAku terlahir dari sebuah kesalahan atau apapun itu, aku pun berhak bahagia. Untuk semua anak yang memiliki sebuah keluarga yang berantakan, atau apa yang kita alami sama, percayalah, di hati kecil mereka mereka menyayangi kita. Hanya saja mereka tidak tahu bagaimana menunjukkannya. Banyak orang siap untuk menikah, tapi tidak semuanya siap untuk menjadi orang tua. Untuk setiap Ibu muda, ayo jadi Ibu yang bijak untuk anak-anak kita. Jadilah Ibu yang cerdas. Karena, setiap anak berhak memiliki orangtua yang menyayanginya dengan tulus, merawat mereka dengan penuh kasih sayang dan membimbing mereka untuk menjadi manusia yang baik.