Sensitivitas Perempuan pada Lingkungan

Endah Wijayanti diperbarui 05 Apr 2019, 17:52 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya kekuatan untuk mengatasi setiap hambatan dan tantangan yang ada. Bahkan dalam setiap pilihan yang dibuat, perempuan bisa menjadi sosok yang istimewa. Perempuan memiliki hak menyuarakan keberaniannya memperjuangkan sesuatu yang lebih baik untuk dirinya dan juga bermanfaat bagi orang lain. Seperti tulisan dari Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Voice Matters: Setiap Perempuan adalah Agen Perubahan ini.

***

Oleh: Kiki Novilia - Lampung

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Halo semuanya, perkenalkan namaku Kiki Novilia, mahasiswi tingkat akhir perguruan tinggi negeri di luar pulau Jawa. Sebelumnya kuucapkan selamat Hari Perempuan Internasional kepada seluruh perempuan hebat di dunia dan terima kasih kepada Fimela.com yang sudah memberikan wadah untuk menampung pemikiran kreatif tentang perempuan.

Berbicara soal perempuan, kurasa kita juga berbicara soal salah satu pilar penyangga kehidupan umat manusia. Selalu menjadi topik yang penting dan istimewa. Perempuan adalah makhluk yang sangat unik dengan potensi yang luar biasa. Ia lembut tetapi tegas, ia perasa tetapi mampu mendobrak, dan ia juga pandai dalam banyak hal. Akhirnya, berkat perempuan dunia bisa menjadi semaju sekarang dan Indonesia juga bisa jauh lebih baik dari masa-masa silam.

Menyadari kodrat perempuan yang sedemikian berharga, kadang membuatku sampai berpikir, “Apa ya, yang bisa kulakukan sebagai seorang perempuan?” Pikiran-pikiran seperti itu tentu tidak muncul tanpa alasan. Aku sungguh-sungguh ingin menjadi perempuan yang bermanfaat bagi masyarakat dan menjadi salah satu agen perubahan.

Setelah pikiran-pikiran tersebut muncul, aku mulai berapi-api berambisi untuk menjadi seseorang yang hebat di dunia. Terpikirkan olehku untuk menjadi menteri pendidikan, menteri luar negeri, menteri komunikasi dan informasi, dan lain sebagainya. Asumsiku pada saat itu, kalau aku mau benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat, maka aku harus menjadi orang yang penting di dalamnya. Luar biasa mulia memang cita-citaku.

 

What's On Fimela
ilustrasi./Photo by Spencer Davis on Unsplash

Akan tetapi, pada saat yang bersamaan kulihat lagi kondisi sekelilingku. Kulihat sampah dari hari ke hari semakin menumpuk, sampah-sampah plastik makin lama makin tak tahu aturan, dan lingkungan yang sedemikian buruk hingga aku bahkan bingung bagaimana cara yang anggun untuk mendeskripsikannya. Untuk beberapa saat aku tertegun memahaminya.

Bukan, aku bukan berencana untuk menjadi menteri lingkungan hidup juga. Aku hanya berpikir, “Wah ternyata ada hal-hal mendesak, urgent, yang berkaitan dengan masyarakat dan harus kutangani di masa sekarang." Berbekal pemahaman baru tersebut, aku akhirnya mencoba perlahan-lahan untuk bertindak secara nyata yaitu berupaya untuk membuang sampah ke tempatnya, membeli sedotan stainless steel, dan membeli tas kain untuk mengurangi konsumsi plastik sekali pakai.

Aku sebagai penduduk kota kecil, memahami betul kalau di daerahku masih menganggap remeh soal limbah plastik. Di awal aku menggunakan sedotan stainless steel, aku sempat merasa tidak percaya diri ketika meminta penjual minuman untuk tidak menyertakan sedotan sekali pakai. Sebab, orang-orang memandangku tidak biasa dan aneh. Hal serupa juga terjadi ketika aku berbelanja di toko dan membawa tas belanja sendiri. Belum lagi ketika aku harus menyimpan sampah-sampahku di dalam tas atau saku celana karena tidak menemukan kotak sampah.

Terdengar sederhana memang, meskipun sebenarnya tidak. Sebab, bagiku segala sesuatu yang bisa membantu lingkunganku menjadi lebih baik, maka tidak ada hal yang pantas dianggap sepele. Aku belum bisa mendaur ulang limbah, aku juga belum bisa memberikan inovasi yang luar biasa. Aku hanya berupaya semampuku dan memberikan contoh di masyarakat bahwa diperlukan pola pikir kritis dalam menyikapi soal lingkungan. Toh, lingkungan kita yang sekarang menjadi buruk terjadi karena terlalu menyepelekan orang-orang yang memiliki pola pikir yang salah bukan?

Aku masih tetap ingin menjadi menteri-menteri seperti di atas dan aku juga mau menjadi perempuan sang agen perubahan lingkungan. Mungkin memang masih sulit diterima oleh masyarakat dari kota kecil sepertiku, tapi itu tidak jadi soal. Sebab, selain aku belajar menjadi contoh bagi yang lain, aku juga ternyata belajar untuk memperbaiki pola pikirku sendiri menjadi lebih berkembang.