Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya kekuatan untuk mengatasi setiap hambatan dan tantangan yang ada. Bahkan dalam setiap pilihan yang dibuat, perempuan bisa menjadi sosok yang istimewa. Perempuan memiliki hak menyuarakan keberaniannya memperjuangkan sesuatu yang lebih baik untuk dirinya dan juga bermanfaat bagi orang lain. Seperti tulisan dari Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Voice Matters: Setiap Perempuan adalah Agen Perubahan ini.
***
Oleh: Stania Zaenal - Demak
Masih Ada Harapan di Ujung Desa
Munculnya gerakan feminisme pada abad ke-18 tidak memungkiri memang membawa perubahan bagi kaum perempuan. Di bidang pendidikan, politik, ekonomi, hingga bidang sosial masyarakat. Banyak berita memuat perkembangan perempuan saat ini dengan menunjukkan beberapa prestasi perempuan yang telah dicapai, yang menjadikan eksistensi perempuan layak diperhitungkan. Tapi, agaknya hal tersebut tidak begitu berlaku di salah satu desa, tepatnya di ujung sebuah kebupaten yang berbatasan dengan kabupaten lain. Di desa inilah aku tinggal.
Seperti pada umumnya suatu perdesaan, sepanjang mata memandang hanyalah sawah. Jangan harap akan temukan gedung berlantai lima di sini, sedang minimarket sekelas alfamart saja tidak ada. Tidak hanya semacam fasilitas yang terbatas, tapi juga terbatasnya kesadaran akan kesetaraan gender. Ya, di sinilah aku. Hidup di tengah masyarakat yang tidak berpihak pada kesetaraan gender.
Di desaku tercinta ini tidak banyak yang menyadari pentingnya pendidikan untuk sesosok perempuan. Untuk apa sekolah tinggi-tinggi hanya untuk dipakai di dapur dan mengurus anak? Perempuan tugas utamanya hanya melayani suami. Keberhasilan seorang perempuan diukur dari kecermatannya mengurus keluarga. Kalau keluarganya hancur ya salah perempuannya. Begitu kira-kira. Maka tidak heran, aku yang sangat amat menyukai ilmu dan tidak ada puasnya untuk melajar jadi bahan omongan tetangga. Apalagi dengan biaya sekolah yang tidak murah dan pekerjaan orang tua yang hanya tukang sayur jalanan. Bisa dibayangkan kan, pedasnya omongan mereka tentang aku ini yang tidak tahu diri.
What's On Fimela
powered by
Beruntungnya aku dibesarkan oleh orangtua yang begitu menjunjung tinggi pendidikan anaknya. Kata mereka, tugas utama adalah memberikan bekal ilmu sebanyak-banyaknya kepada anak. Ilmu tidak akan hilang meski jasad telah ditelan, ilmu tidak akan habis meski bumi telah terkikis.
Pentingnya pendidikan untuk perempuan juga harus disadari. Pernah mendengar bahwa perempuan adalah tiangnya negara? Standar suatu negara ditentukan dari kualitas perempuan. Mengapa seperti itu? Perempuan menjadi sosok yang melahirkan generasi bangsa, menjadi pendidik utama dan pertama dari generasi bangsa. Dengan hadirnya sosok perempuan yang cerdas nan bijak tentu akan melahirkan generasi cerdas dan bertanggung jawab, sadar akan pendidikan yang telah diajarkan oleh pendidik utamanya yaitu perempuan. Itulah mengapa pendidikan sangat penting untuk perempuan meski ditempatkan di rumah dengan segala aktivitasnya.
Sebagai minoritas perempuan yang menempuh perguruan tinggi di desa ujung ini, tentu aku ingin sekali ‘meracuni’ anak-anak di sekitarku, utamanya perempuan untuk semangat membangun mimpi. Cukup sulit, budaya yang telah mengakar mengakibatkan mereka tidak berani bermimpi jauh dan sekadar menggantung harapan dengan dipersunting lelaki yang kaya raya. Menjadi RP bagi penggerak feminis bahwa masih banyak perempuan yang merasa dirinya rendah sehingga tidak mampu mencapai mimpi tentang kesejahteraan untuk dirinya sendiri. Perempuan mampu menjadi hebat dengan dirinya sendiri tanpa menanti bantuan sosok laki-laki. Karena sejatinya sosok laki-laki dan perempuan itu sama.
Ingin sekali aku menunjukkan pada masyarakat di desa ujung ini bahwa menikahkankan anaknya dengan laki-laki kaya bukan solusi untuk menyejahterakan anak perempuan, tapi cukup dengan ilmu pendidikan. Aku ingin menjadi pelopor perempuan di desa ujung ini, bahwa menempuh pendidikan tinggi tidak akan menjadikan perempuan tua dan tidak laku tetapi sukses dengan pencapaiannya dan mampu mencetak generasi yang siap menyongsong masa depan. Tidak salah bukan? PR itu barangkali menjadi permasalahan yang harus segera diselasaikan. Atau kah aku mampu? Ataukah msih ada harapan? Ya, dengan banyaknya perempuan yang maju di dunia ini terutama di Indonesia ini, aku harus mampu. Masih ada harapan di desa ujung ini, dan harapan tersebut selalu tumbuh.