Hampir Punah, Desainer Ini Angkat Tenun Khas Toraja di IFW 2019

Anisha Saktian Putri diperbarui 31 Mar 2019, 13:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Pa’Bunga Bunga salah satu motif tenun khas Toraja yang nyaris punah. Di tahun 2008, hanya ada dua nenek yang menggunakan tenun tersebut.

Melihat hal tersebut, desainer Sofia Sari Dewi kembali mengangkat tenun Pa’Bunga Bunga ke dalam koleksi terbarunya di pergelaran ‘Revisited Sarong’ by KOPIKKON oleh Bekraf, di Indonesia Fashion Week 2019, Jakarta.

"Sekitar 10 tahun yang lalu, saat TorajaMelo baru didirikan, motif Pa'Bunga Bunga nyaris punah, karena saat itu hanya ada dua pengrajin nenek yang mengerjakan motif tersebut," jelas Founder dan CEO TorajaMelo, Dinny Jusuf, saat ditemui di Indonesia Fashion Week 2019, di Jakarta Convention Center, Sabtu (30/3).

Motif Pa’Bunga Bunga merupakan tenun yang menjadi ciri khas dari desa Syadan. Sofia mengatakan, di sana motif tenun Toraja dianggap sebagai salah satu harta berharga, yang dimiliki masing-masing keturunan.

“Jadi hampir punah karena motif-motif tenun hanya dimiliki klan kelurga saja. Jadi sangat sulit meyakinkan pengerajin tersebut untuk mengajarkan generasi selanjutnya,” ucap Sofia.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Tenun Pa’Bunga Bunga

Sofia pun menghadirkan 9 look, lima untuk perempuan dan empat untuk laki-laki. Dengan mengakat sarong bertemakan “Urban Reborn”.

Motif Pa’Bunga-Bunga tersebut diaplikasikan pada sarong, dengan look yang modern. Sofia meminta pengrajin untuk menggunakan bahan katun, bukan polyester seperti biasanya untuk tenun Pa'Bunga Bunga tersebut. Sehingga warna yang ditampilkan lebih lembut, seperti kombinasi antara merah muda, ungu, tosca hingga hitam putih.

Adapula warna baru yang eksotik, yaitu Indiho Deep Blue Sea yang terinspirasi dari kecintaannya terhadap kebudayaan di daerah Ngada, NTT. Sarong tersebut pun dipadukan denban atasan berbagi kutu baru dengan berbagai warna khas Yogyakarta. Dengan tambahan aksesoris topi camping.

"Aku menghadirkan sarong karena di kota besar sangat jarang orang memakai sarong. Tapi sengaja bikinnya seperti kain, bukan sarung yang bulat dijahit, supaya orang bisa lebih kreatif mau dipakainya gimana. Aku kombinasikan dengan kebaya kutu baru, karena aku orang Jawa, lahir di kalangan kutu baru," tutup Sofia.