Fimela.com, Jakarta The Singleton, produk wiski kembali membuat workshop yang merupakan bagian dari kampanye Unlearn the Rules. Kali ini, The Singleton menampilkan seorang seniman tato dan pendiri Side Space Parlour, Nadya Natassya. Pada sesi keempat dai seri workshop ini, the Singleton menampilan perjalanan probadi Nadya sebagai seniman tato perempuan muda dan terkenal.
Bukan hanya sekadar seniman tato, sebagai perempuan Nadya terbentur berbagai halangan dan cara pandang masyarakat mengenai seni tato. Sejak SMA, Nadya memang sudah penasaran dengan seni yang satu ini.
Nadya mengaku, sebagai seorang remaja, dia tertarik pada pelampiasan ekspresi dan kreativitas. Seni tatolah yang kemudian membuatnya berani berekpresi di luar batas. Ketertarikan ini lantas berkembang menjadi sebuah gairah, meski sulit pada awalnya.
"Inilah yang akhirnya membuatku berani menato tubuhku. Karena dimulaidengan ketertarikan inilah yang akhirnya menjadi gairah bagiku. Meskipun padaawalnya sulit mencari media dan alat tato, tetapi aku tidak pernah membiarkanorang lain melarangku. Sekarang, hal ini malah menjadi profesi bagiku danmembuatku tidak memiliki batasan dalam berkreasi di dunia tato,” kata Nadya
Bagi Nadya, tato merupakan sebuah ekspresi. Sebuah seni. Like painting, but on the living canvas. Seiring dengan berkembangnya kreativitas Nadya, dia dan rekannya semakin semangat dan fokus dalam menyebarkan pesan untuk selalu berkarya melampuai batas.
What's On Fimela
powered by
Terbentur Perspektif Kolot
Seni tato tidak seperti seni-seni lain. Tato kerap kali dicap sebagai sebuah tindakan dengan persepsi dan stigma negatif. Namun, menurut Nadya tato kini tidak lagi tabu, tetapi justru dianggap sebagai cara penyampaian pesan dan makna.
“Sekarang,tato bukanlah tabu lagi, tato sekarang dianggap menjadi sebuah penyampaianpesan dan makna. Dengan perkembangan tato saat ini, profesi tato menjadi sebuahbidang pekerjaan yang sangat menjanjikan.”
Selain itu, Nadya juga mengatakan, orang kini sudah semakin beradaptasi dalam melihat tato pada tubuh manusia. Dulu, pandangan orang terhadap tato masih konservatif. Tidak banyak juga orang yang tertarik pada seni ini.
“Karena zaman terus berubah, kita semua perlu beradaptasi. Jika melihat tato padamasa lalu yang bersifat konservatif dan memiliki pangsa yang sangat kecil, sangatsedikit orang yang ingin menjadi seniman tato untuk sebuah pekerjaan," ceritanya.
Namun kini, passion telah membuahkan hasil. Nadya kini justru mendapatkan penghasilan utama dari seni membuat tato. Selain itu, banyak juga seniman lain yang terlibat dalam pemberian makna dan refleksi yang diinginkan oleh pelanggannya.