Fimela.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, tidak bisa dimungkiri jika manusia banyak berurusan dengan plastik. Mulai dari kantung belanjaan, alat makan dan minum, hingga gadget yang tiap saat melekat pun terbuat dari plastik. Bicara soal plastik, maka kita juga tidak bisa menghindar dari perihal sampah.
Ya, sampah plastik yang dewasa kini diangkat ke permukaan rupanya merupakan permasalahan serius yang harus segera ditangani. Bagaimana tidak, menurut data yang dihimpun dari Our World In Data, sejak 1950-2015 produksi sampah plastik mengalami pertumbuhan yang pesat.
Pada 1950, dunia hanya memproduksi 2 juta ton per tahun, dan 65 tahun setelahnya, sampah plastik di 2015 bertambah 200 kali lipat mencapai 381 juta ton per tahun atau setara dengan jumlah dua per tiga populasi dunia saat itu. Bisa dibayangkan seperti apa rupanya?
Berangkat dari keprihatinan akan masalah tersebut, Dimas Bagus Wijanarko, bergerak untuk mengedukasi masyarakat tentang penggunaan sampah plastik. Lewat Get Plastic, komunitas yang ia inisiasi pada 2014, Bagus memberi pengetahuan tentang pengelolaan sampah plastik.
Salah satunya ialah pengelolaan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) yang ditampilkan dalam workshop Komunitas Bank Sampah Beji dan Rumah Keluarga Indonesia, 'No Plastic Goes To Waste', pada Selasa (26/3) di Taman Pemuda Pratama, Depok.
"Acara ini lebih kepada sosialisasi pada masyarakat tentang bahaya plastik, jadi kami bawa alat, kami demo ke peserta dan buktikan ke mereka bahwa plastik itu bisa diubah ke bahan bakar dan membuktikan jika plastik itu bahaya," jelas Dimas.
Dalam kesempatan ini, Dimas juga memberi sosialisasi tentang sampah plastik kepada peserta yang hadir. Menurutnya, plastik bukan masalah, melainkan cara kita memakai plastik itu sendiri.
"Masalah kita bukan plastiknya, masalah kita sampah plastiknya, ketika plastik itu menjadi sampah itu jadi masalah di kita, tapi kalau plastik itu bisa digunakan sesuai tujuannya dengan baik, plastik tidak akan jadi sampah, misalnya ketika dapat plastik dari minimarket, kita simpan lagi, itu tidak akan menjadi sampah," kata Dimas.
Dimas menambahkan, dengan adanya alat pengolah sampah plastik, bukan serta merta membuat kita jadi bebas menggunakan plastik. "Bukan berarti dengan adanya alat ini, lalu kita seenaknya menggunakan plastik sehingga menjadi sampah," imbuhnya.
Sebagai tuan rumah, Tati, ketua Komunitas Bank Sampah Beji mengungkapkan rasa gembiranya bisa berkolaborasi dengan Get Plastic di saat masalah sampah yang ia hadapi di lingkungannya.
"Dulu semua plastik itu diangkut oleh Bank Sampah Induk Depok Hijau, seperti kemasan kopi, makanan ringan, sampai kemasan gelas mineral itu juga diangkut, tapi tidak tahu mengapa jadi sekarang sudah tidak bisa diangkut karena tidak laku, dan warga pada protes, jadi ketika diajak join dengan Get Plastic kami mau karena siapa tahu bisa jadi solusi," kata Tati.