Kamisketsa, Komunitas Rasa Keluarga dari Galeri Nasional

Febriyani Frisca diperbarui 21 Mar 2019, 13:44 WIB

Fimela.com, Jakarta Bagi beberapa orang, hidup tak sekadar hidup, tapi juga harus menghidupi. Salah satunya yakni dengan berkutat dengan seni. Bicara soal seni, maka kita akan dihadapkan dengan konsep yang sangat luas. Namun, Fimelahood tidak akan membicarakannya, biar komunitas Kamisketsa berikut ini yang melakukannya.

Dari perjumpaan Fimela dengan Zamrud Setya Negara, Kepala Sie Pameran dan Edukasi di Galeri Nasional Indonesia, di salah satu sudut kafetaria Galeri Nasional, terungkap fakta-fakta menarik tentang Kamisketsa yang mungkin tidak banyak orang-orang tahu.

***

Sekilas, Kamisketsa mungkin lebih terlihat sebagai komunitas, tempat orang-orang dengan hobi membuat sket berkumpul, tapi, rupanya tidak bagi Zamrud. Lebih dari itu, Kamisketsa adalah keluarga baru yang ia bentuk di bawah bendera Galeri Nasional.

"Kamisketsa Galeri Nasional itu semangat bersama karena kami munculkan pada 2017 bertepatan dengan hari museum nasional, diinisiasi oleh teman-teman di Galeri Nasional, kami memberikan ruang seluas luasnya untuk publik melakukan proses kreatif, memberi ruang edukasi karena di sini kami tidak lagi sebagai apresiator, komunitas ini adalah kelanjutan hasil dari apresiasi untuk keinginan melakukan proses kreatif," jelas Zamrud berapi-api.

 

What's On Fimela
Zamrud Setya Negara. (Fotografer: Deki Prayoga/FIMELA.com)

Lebih lanjut, Zamrud menjelaskan mengapa ia memilih sketsa sebagai proses kreatif tersebut. "Kenapa kami memilih sketsa? Karena sketsa satu proses yang lebih memungkinkan terkait dengan media dan pelaku, semua orang yang datang ke Galeri Nasional berkesempatan untuk gabung dengan Kamisketsa, silahkan, Kamisketsa milik Anda semua, kami hanya bertugas menjaga komunitas ini," imbuhnya.

Kendati bernama Kamisketsa dan mengadakan workshop tiap Kamis, namun penekanan komunitas ini bukan di hari di mana mereka berkumpul. Ada alasan di balik pemberian nama Kamisketsa. "Kenapa di hari Kamis? Karena ini salah satu bentuk kami mengawal lebih intens, kalau weekend belum tentu, mudah-mudahan jika kegiatan ini berjalan dengan baik bisa jadi kelanjutan di akhir pekan," jelas Zamrud.

"Meski kami berkumpul di hari Kamis, Kamisketsa itu bukan soal harinya, tapi di 'kami', soalnya kalau Sketsakami kok ya terdengar sombong sekali," imbuhnya.

Kamisketsa. (Fotografer: Deki Prayoga/FIMELA.com)

Meski secara kasat mata seni sketsa tidak se-hype seni rupa lain yang ada, tapi pada kenyataannya, kehadiran Kamisketsa mampu mencuri perhatian masyarakat, seperti yang diungkapkan Zamrud berikut ini.

"Antusias Kamisketsa sangat baik dan saya ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, tidak ada pamrih apa pun, kami melakukan proses kreatif bersama, seperti Pak Toto BS yang memberi ilmu dan saling bertukar, siapa pun boleh, tidak ada menggurui dan rambu-rambu khusus," ujar lulusan S1 Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini.

"Selama dua bulan lebih ada 200 sketsa lebih yang lulus seleksi, dan kami memberi ruang publik juga untuk pengunjung, boleh membuat sket dan dipamerkan juga, ada sekitar 400 karya yang terkumpul, artinya para pengunjung ingin bergabung bersama kami, menumbuhkan motivasi ini bagian penting, mereka percaya diri dan ditambah ada mentor yang lebih mumpuni dan bisa menjadi inspirator," tambahnya.

 

 

2 dari 2 halaman

Simbiosis Mutualisme dalam Berkeluarga

Toto BS, mentor di Kamisketsa. (Fotografer: Deki Prayoga/FIMELA.com)

Berkumpulnya para sketser senior di Kamisketa tidak hanya menjadi ladang ilmu bagi para sketser junior, tapi juga ikut membesarkan nama komunitas itu sendiri. "Ipe Ma'ruf, Toto BS, Daniel Nugraha, dan masih banyak lainnya dan sebenarnya merekalah yang membesarkan Kamisketsa Galeri Nasional ini, ketika ada event atau kesempatan di luar komunitas, secara tidak langsung mereka akan membawa nama Kamisketsa," kata bapak tiga anak ini.

Sebagai bentuk apresiasi dan motivasi bagi para sketser dalam berkarya, Kamisketsa tak ragu untuk membuat pameran hasil dari workshop yang mereka adakan tiap Kamis.

"Di tahun pertama 2017, kami melakukan hasil workshop dan itu berlanjut, kemudian yang kedua Pameran Sketsa Rekreasi Garis di 2018 lalu yang diseleksi secara terbuka dari media sosial se-Indonesia dan munculah karya para sketser se-Indonesia di Galeri Nasional," cerita Zamrud.

Tak ragu, Zamrud membocorkan jadwal pameran Kamisketsa di tahun 2019. "Tahun ini terjadwal Festival Sketsa Indonesia, ada workshop, pameran, diskusi, dan acara lain yang berhubungan dengan sketsa, sementara ini kami mengajak lembaga atau komunitas lain yang berkaitan dengan sketsa untuk melakukan pameran juga di festival itu, saya pikir itu lebih seru," ungkapnya.

Model dan sket karya Toto BS, mentor di Kamisketsa. (Fotografer: Deki Prayoga/FIMELA.com)

Meski terdiri dari banyak kepala yang berpotensi melahirkan banyak perbedaan suara, Zamrud mengaku bahwa orang-orang di Kamisketsa telah melebur menjadi satu sehingga tidak ada jarak apalagi perselisihan yang berarti di sana.

"Asyiknya, semua orang di sini jadi satu, karena sesi ini sesi bersama, tidak ada aturan main yang membuat jarak, semua melebur karena kami berkeluarga,"

Di kesempatan yang sama, Toto BS, salah satu seniman sketsa senior mengungkapkan rasa senangnya menjadi bagian dari Kamisketsa. "Secara pribadi, saya merasa diuntungkan berada di tempat yang stretegis ini, seperti keren banget berada di sini," kata Toto BS.

"Sebelum di Galeri Nasional ini saya biasanya hanya mampir di komunitas, tapi baru di Kamisketsa ini yang tetap," imbuhnya.

Menimpali pernyataan Toto BS, Zamrud mengungkapkan bahwa apa yang terjadi antara seniman dan komunitas ini adalah bentuk simbiosis mutualisme dalam berkeluarga. "Kami juga ikut terbawa oleh para seniman yang ada di Kamisketsa karena membawa nama Galeri Nasional, jadi simbiosis mutualisme terjadi karena keluarga.".

Di lain sisi, keberadaannya di Kamisketsa Galeri Nasional terkadang membuat Zamrud galau akan identitasnya sendiri. "Kadang saya lupa, saya ini orang Galeri Nasional atau sketser lagi ya? Karena basic saya seniman, saya sketser, tumbuh pula bersama mereka, kalau hati saya dibelah ya saya tetap seniman, hanya saja saya masuk ke birokrasi, jadi, hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan dan perasaan seniman, saya mengerti hahaha," tandas Zamrud sambil berkelakar.