Fimela.com, Jakarta Fellowship of Netra Community (FENCY), inilah sebuah komunitas yang menjadi sahabat bagi para tunanetra. Tidak hanya memberikan pendampingan dan pendidikan, tapi FENCY juga tengah berusaha untuk mencoba membuka lapangan kerja bagi para tunanetra. Awalnya memang di Jakarta, tapi tidak menutup kemungkinan kalau FENCY juga bisa mendatangkan rezeki bagi para tunanetra di seluruh Indonesia.
Untuk lebih mengenal Komunitas FENCY, maka tidak salah jika Fimela.com berbincang dengan founder FENCY, Tarini. Perempuan berhijab ini menceritakan bagaimana ketidak sengajaannya mendirikan Komunitas FENCY. “Berawal dari sebuah event yang pengin saya ikuti. Dalam event itu saya tidak mungkin menggunakan nama saya sendiri, akhirnya tercetuslah untuk membuat Komunitas FENCY,” terang Tarini.
Singkat cerita FENCY akhirnya dibentuk pada 12 Agustus 2012. Dan sebelum itu, sebenarnya Tarini sudah lama menjadi relawan untuk membantu para tunanetra. Dari ketidak sengajaannya, Tarini yakin bahwa FENCY adalah sebuah komunitas yang memiliki tujuan untuk membantu para tunanetra supaya bisa hidup lebih mandiri dan lebih dihargai oleh masyarakat yang memiliki fisik lebih sempurna.
What's On Fimela
powered by
“Kita membantu para tunanetra dan melakukan pendampingan. Ada tunanetra yang mereka masih sekolah lalu saat ujian butuh pendamping untuk membantu belajar, maka kita pasti akan membantu. Tidak hanya belajar, pendampingan pun dilakukan saat mereka traveling,” Tarini menambahkan.
Ya, sama seperti yang lainnya para tunanetra pun hobi traveling, bahkan bersama dengan Komunitas FENCY beberapa tunanetra sudah sempat melakukan pendakian ke Gunung Papandayan yang berada di Garut, Jawa Barat. “Pada 2014 atau 2015 sekitar 15 orang tunanetra naik Gunung Papandayan. Jadi mereka dibuat berkelompok, ada relawan yang mendampingi. Dan hasilnya justru para tunanetra yang lebih bersemangat dan mereka terlihat tidak capek,” cerita Tarini.
Banyak kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas FENCY dan tentu saja yang paling utama adalah membuat buku untuk para tunanetra atau books for the blind. Dan salah satu kegiatan rutin lainnya adalah The Blind Adventure di mana orang yang normal akan ditutup matanya lalu akan diajak berkeliling oleh tour guide tunanetra. Dari kegiatan tersebut Tarini berharap para tunanetra dapat memiliki pekerjaan sampingan.
“Mungkin di hari biasa ada yang sekolah lalu saat weekend mereka bisa menjadi tour guide. Orang yang mau ikut tur itu memang bayar. Dan uangnya bukan hanya digunakan untuk tiket masuk, tetapi nantinya juga digunakan untuk para tunanetra yang telah menjadi tour guide.” Komunitas FENCY berharap bahwa nantinya kegiatan The Blind Adventure akan sering dibuat, sehingga para tunanetra memiliki penghasilan sendiri.
Para Tunanetra Juga Butuh Teman
The Blind Adventure adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh Komunitas FENCY supaya para tunanetra lebih diterima dan lebih dimengerti oleh mereka-mereka yang secara fisik lebih sempurna. Tarini mengatakan bahwa selama ini masih banyak orang-orang yang terlihat belum peduli terhadap tunanetra.
“Masih 50 banding 50. Mungkin banyak orang yang masih bingung untuk menolong. Pengin menolong tapi nggak tahu mau menolong kayak bagaimana. Nah, makanya kita mencoba adakan The Blind Adventure, terang Tarini. Dalam kegiatan The Blind Adventure nantinya para peserta diajarkan untuk bagaimana cara mereka menggandeng tunanetra, bagaimana mereka memberikan tanda kepada tunanetra.
Menurut Tarini keinginan yang paling besar dari teman-teman tunanetra adalah supaya mereka bisa diterima. “Mereka butuh teman, mereka butuh dihargai. Mereka juga pengin bermanfaat untuk orang lain, tidak hanya mereka saja yang dikasih, tapi mereka juga ingin memberi,” pungkas founder Komunitas FENCY, Tarini. Pengin tahu lebih jelas tentang The Blind Adventure? Baca selengkapnya di sini.