Seberapa Greget Startup Grab Sampai Jadi Decacorn Pertama Asia Tenggara?

Wuri Anggarini pada 12 Mar 2019, 07:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun 2019 menjadi awal yang baik dan menjanjikan bagi Grab. Selain mendapatkan pendanaan dari Softbank Vision Fund senilai US$1,46 miliar, startup yang didirikan Anthony Tan dan Hooi Ling Tan ini pun berhasil menembus level decacorn.

Tak tanggung-tanggung, Grab pun melesat meninggalkan startup unicorn lainnya dan menjadi decacorn pertama di Asia Tenggara. Perjuangan mencapai level yang menandakan valuasi sebesar US$10 miliar ini tak mudah, intip perjuangan Grab berikut ini.

Decacorn, Standar Emas Keberhasilan Startup

Decacorn sendiri merupakan lompatan berkali-kali dari unicorn, tepatnya 10 kali dari valuasi unicorn. Tidak heran jika tingkatan ini kini dijadikan standar emas keberhasilan startup.

Pasalnya, baru ada 20 nama dari 300an startup di dunia yang berhasil naik level ke decacorn, seperti Pinterest, Uber, Airbnb, dan SpaceX. Hal ini menandakan kepercayaan investor pada model bisnis yang dikembangkan oleh startup serta inovasi teknologi yang mampu menjadi solusi bagi kebutuhan sehari-hari.

Perjalanan Grab Raih Status Decacorn

Sejak didirikan pada tahun 2012, Grab tak henti-hentinya menghebohkan dunia startup, khususnya di Asia Tenggara. Setelah menjadi unicorn di tahun 2014, Grab melakukan ekspansi ke beberapa negara termasuk Indonesia dan meluncurkan layanan andalannya. Mulai dari layanan transportasi, disusul pengiriman barang dan makanan, pembayaran mobile, hingga hiburan digital.

Tahun 2018 menjadi tahun yang penting bagi Grab. Setelah mengakuisisi Uber pada bulan Maret 2018, Grab terus berkembang untuk menjadi everyday superApp terkemuka di Asia Tenggara. Selain menjalin kerjasama dengan OVO sebagai bagian dari ekosistem pembayaran digital terbesar di Indonesia, Grab juga bekerjasama dengan HOOQ dalam menghadirkan layanan video streaming.

Beberapa langkah besar ini rupanya cukup berhasil meningkatkan kualitas layanan, memberikan tarif yang terjangkau, dan mengutamakan efisiensi waktu. Model bisnis yang menjanjikan ini pun sukses menarik minat investor dan meningkatkan valuasi Grab hingga mencapai angka US$11 miliar, yang membawanya menjadi decacorn pertama di Asia Tenggara.

Hectocorn jadi Target Grab Selanjutnya?

Pencapaian luar biasa Grab ini tak lepas dari keberhasilannya dalam mengusung filosofi platform terbuka yang mampu menyatukan para mitra. Tujuannya untuk bergerak bersama dalam mewujudkan hidup yang lebih baik bagi semua orang di Asia Tenggara. Dukungan ini yang memberi kesempatan besar bagi Grab untuk mengejar level hectocorn, dengan valuasi yang mencapai US$100 miliar.

Selain ingin mencapai pendapatan yang berlipat ganda di tahun yang akan datang, Grab punya tujuan membantu meningkatkan talenta SDM di bidang teknologi, serta mengakselerasi startup dan ekosistem di Indonesia. Selain mengucurkan dana untuk mengembangkan startup, Grab juga mendirikan pusat R&D di Jakarta sebagai pusat R&D keempat di Asia Tenggara, serta membangun Grab Inovation Center.

Sebagai decacorn, Grab pun terus melakukan transformasi menjadi superApp terkemuka di Asia Tenggara yang hingga kini telah diunduh lebih dari 138 juta kali. Jadi tak sabar menunggu aksi greget Grab lainnya dalam menghadirkan inovasi terbaru yang memanjakan pelanggannya.