Fimela.com, Jakarta Nasihat orangtua atau tradisi dalam keluarga bisa membentuk pribadi kita saat ini. Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga. Kesuksesan yang diraih saat ini pun bisa terwujud karena pelajaran penting yang ditanamkan sejak kecil. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Culture Matters: Budayamu Membentuk Pribadimu ini.
***
Oleh: Rika Harahap - Padangsidimpuan
Mengenal buku sejak dini dan mencintai aktivitas membaca adalah tradisi yang sangat lekat dengan keluarga besarku, khususnya dari keluarga ibuku. Di rumah kakek, ada sebuah ruang khusus yang disediakan untuk menyimpan ratusan buku yang ia koleksi. Beberapa buku tersusun di lemari, sisanya disusun dalam kardus-kardus. Genre bukunya pun beragam, bacaan ringan seperti novel hingga bacaan berat seperti ensiklopedia ada di sana.
Waktu aku masih kecil, kakek sering mengajakku dan sepupuku yang lain untuk membaca buku saat acara kumpul keluarga. Biasanya, kami yang memilih buku, dan kakek yang akan membacakannya. Kami tidak tahu pasti buku apa yang kami ambil, selama gambarnya menarik, maka akan kami pilih. Kemudian, kakek akan membaca dan mendongengkan isi buku. Kami juga tidak tahu pasti, apakah yang dibacakan kakek memang sesuai dengan isi buku yang kami pilih. Yang kami tahu, kami sangat menikmati ritual tersebut.
Setelah kakek meninggal, ritual tersebut berhenti. Kami pun sudah besar dan bisa membaca sendiri. Aku sering menghabiskan waktu di dalam ruang tersebut saat berkunjung ke rumah kakek. Kadang beberapa buku yang menarik kubawa pulang untuk dibaca di rumah, kemudian dikembalikan dan ditukar lagi dengan buku yang belum kubaca. Saat itu aku masih SD, aku ingat buku favoritku adalah ensiklopedia negara. Menampilkan gambar-gambar keindahan negara di seluruh dunia. Aku sangat kagum saat itu. Aku pun menyimpan keinginan agar suatu saat bisa ke luar negeri.
Di rumah, tradisi membaca juga dipelihara oleh ibuku. Beliau amat rajin membelikan buku-buku ilmu pengetahuan anak dan mendaftar untuk berlangganan salah satu majalah anak yang populer masa itu. Lewat majalah itu, aku menemukan dan menjalin hubungan sahabat pena dengan seseorang seumuranku yang tinggal di Bogor. Aku sangat kagum padanya, di usianya yang sama denganku, dia telah memiliki banyak prestasi. Aku sangat iri waktu itu.
Pengalaman masa kecilku yang dekat dengan buku telah membuatku menjadi orang yang memiliki pandangan luas dan mengenal dunia. Meskipun berasal dari kota kecil di sudut Sumatera Utara dan tidak pernah berpergian kemanapun, tetapi aku bisa mengenal dunia di luar sana lewat buku. Meskipun aku bukan dari keluarga kaya, tetapi aku merasa memiliki kesempatan yang sama untuk berprestasi dan berkarya seperti sahabat penaku yang tinggal di Kota Bogor. Aku amat yakin, selama mau berusaha, impianku untuk berprestasi dan bisa ke luar negeri pasti terwujud.
Saat itu, banyak yang merasa impianku tidak masuk akal. Ke luar negeri? Bisa ke Medan atau Jakarta saja sudah syukur. Begitu kata teman-temanku saat itu. Orang tuaku juga tidak paham dengan impian-impianku, tetapi mereka selalu mendukungku. Aku pun tetap yakin dengan impianku. Kebiasaan membaca tetap kupelihara. Selain buku, aku juga mulai membaca banyak informasi tentang kesempatan memperoleh beasiswa ke luar negeri.
Kesempatan demi kesempatan kian terbuka sejak aku diterima di salah satu universitas terbaik di Medan. Bagi anak daerah sepertiku, ini merupakan prestasi besar. Tidak hanya berhenti di situ, prestasi demi prestasi mulai kuraih satu per satu. Aku mengikuti banyak lomba menulis karya ilmiah yang membawaku meraih prestasi di tingkat nasional. Tidak hanya itu, aku juga memperoleh kesempatan meraih beasiswa pertukaran mahasiswa dan seminar singkat di beberapa negara yakni Thailand, Filipina, Malaysia, Jepang hingga Korea Selatan dengan biaya gratis.
Aku sangat bersyukur. Beberapa majalah dan koran lokal kemudian tertarik untuk meliput kisahku. Kedua orang tuaku teramat bangga. Sesuatu yang tidak pernah mereka pikirkan. Majalah dan koran yang menampilkan kisahku mereka simpan seperti barang berharga. Kini, aku telah bekerja sebagai staf public relations di kantor pemerintahan. Tentu aku masih jauh dari kata sukses, tetapi bagi seorang perempuan biasa yang datang dari kota kecil di sudut Sumatera, pencapaian-pencapaian kecil ini adalah sebuah kesuksesan. Dan semuanya hanya berawal dari balik buku.