Dalam Keadaan Apapun, Jangan Pernah Lupa untuk Bersyukur

Endah Wijayanti diperbarui 10 Nov 2020, 13:08 WIB

Fimela.com, Jakarta Nasihat orangtua atau tradisi dalam keluarga bisa membentuk pribadi kita saat ini. Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga. Kesuksesan yang diraih saat ini pun bisa terwujud karena pelajaran penting yang ditanamkan sejak kecil. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Culture Matters: Budayamu Membentuk Pribadimu ini.

***

Oleh: Fitriani Nurul Izzati - Tangerang

Ada banyak hal yang bisa kita temukan dan pelajari di dunia ini. Hidup pun kadang mengantarkan kita pada hal-hal bermakna, menyemarakkan waktu tinggal kita di alam fana. Dari perjalanan hidup dan keluarga lah aku banyak belajar. Jika anak gadis lain mendapatkan pendidikan langsung dari ibu dan bapak di istana rumahnya, lain halnya denganku. Aku adalah seorang nomaden. Berpindah tempat tinggal dari satu rumah ke rumah lainnya. Dari satu keluarga ke keluarga lainnya. Dari satu kota ke kota lainnya. Namun hal itu tak menyurutkan langkahku untuk terus selalu belajar, mengambil pelajaran-pelajaran positif, didikan-didikan penuh makna yang bisa mengantarkanku menuju gerbang kehidupan yang baik, terhormat, dan bahagia.

Dari perpindahan-perpindahan itulah aku bisa belajar belajar banyak hal dari orang-orang di sekelilingku. Di usia yang masih kanak-kanak, sepeninggal almarhumah Ibu pada usia lima tahun aku tinggal bersama Bibiku, adik dari Ayah.

Hal yang paling aku ingat dari didikan beliau adalah jangan pernah mau jadi perempuan lemah. Bagaimanapun keadaan latar belakang keluarga, ujian hidup, tantangan ekonomi. Jadilah perempuan tangguh yang mandiri, serba bisa, pandai bergaul dan berkomunikasi dengan siapapun, dan terutama cekatan mengurus rumah dan keperluan pribadi. Bibi adalah orang yang keras dalam mendidik. Namun di balik kerasnya beliau, sungguh bibi sangat sayang padaku. Bahkan hingga usiaku sudah dewasa dan tidak tinggal lagi bersama, beliau masih sangat sayang dan peduli denganku.

Sekarang beliau sudah dipanggil Tuhan, kasih sayang dan didikannya selalu membekas di hati. Doa-doa selepas sembahyang, menjadi perantara ungkapan terima kasih dan rinduku untuk beliau. Semoga ampunan dan rahmat Allah senantiasa menyertainya di surga.

Beranjak remaja, karena satu dan lain hal aku pindah tempat tinggal bersama Kakak perempuanku. Menjalani masa-masa remaja dengan segala karakteristiknya. Masa remaja adalah masa yang sangat berharga, ada pencarian jati diri di sana. Tak ayal kegalauan masa remaja pun tak bisa kuhindari. Beruntungnya, aku didampingi seorang kakak dan keluarga yang harmonis. Kakakku bukan sekadar kakak bahkan beliau adalah guru kehidupan bagiku.

 

 

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/sean kong

Dari beliau, aku belajar untuk menyayangi dan mengasihi siapapun dengan tulus. Kesabaran beliau, cinta kasih dan kepeduliannya terhadap perkembanganku sebagai seorang gadis remaja begitu luar biasa. Beliau menjadi pendengar setia curhatanku, sosok Ibu yang sabar membimbing anak gadisnya agar tak salah arah dan tingkah, serta selalu menjadi tempat pulang ternyaman kala aku mendapat perilaku tak baik di sekolah.

“Jujur itu harga mati, Nak. Selalu berusaha taat dengan perintah Allah dan jangan pernah putus asa dalam berdoa kepada-Nya," ucapan beliau yang sangat membekas, kala perbincanganku dengannya tentang banyak hal di dapur rumah. Dari ucapan beliau itulah, kemanapun aku pergi dan merantau, selalu coba kuamalkan nasihatnya. Dan sudah sangat sering juga, aku mendapatkan banyak manfaat serta keberuntungan dari mengikuti nasihatnya itu.

Remaja beranjak dewasa muda, aku kembali berpindah tempat tinggal dan keluarga. Di usia SMK, aku merantau dan tinggal bersama ayah dan ibu asuh. Tidak tinggal secara langsung bersama bapak dan keluarga inti secara utuh, tak membuatku gampang menyerah dan bersedih. Dari pengalaman hidup itu, aku belajar untuk semakin banyak bersyukur. Bahwa karunia dan kasih sayang Allah itu sangat banyak terbentang untukku di alam yang luas ini.Keluarga asuhku adalah keluarga yang sangat harmonis bahkan sangat romantis. Keluarga yang hangat dan penuh kasih, dan senantiasa mengutamakan adab serta akhlak yang baik. Menjunjung tinggi nilai-nilai agama, fokus pada kesuksesan pendidikan dan karier demi kesejahteraan dan kebaikan hidup.

 

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/anthony tran

Satu hal yang paling selalu aku ingat dari ibu asuhku adalah ketika malam-malam kami berbincang di meja makan. “Nak, dalam keadaan apapun kamu jangan pernah lupa bersyukur. Sekecil apapun itu menurut kamu nikmatnya, bersyukur masih diberi tempat tinggal, bersyukur masih bisa makan, bersyukur masih bisa sekolah, bahkan bersyukur masih bisa menghirup udara dan bernapas dengan lega. Bukankah Allah senang dengan hamba-Nya yang bersyukur, sehingga janji-Nya barang siapa yang bersyukur maka akan Allah tambah nikmat-Nya?” Aku pun mengangguk paham penuh khidmat akan nasihatnya.

Beberapa tahun berlalu, hingga aku beranjak dewasa. Nasihat beliau serta teladan dari ayah asuhku yang luar biasa baik dan penyayangnya masih selalu teringat. Membekas dalam batin terdalam, dan menjadi penuntunku hidup di manapun. Bahwa pandai berterima kasih kepada kebaikan manusia, serta banyak bersyukur atas nikmat yang Allah beri adalah hal yang harus selalu aku pegang teguh dan amalkan dengan baik.

Menjadi perempuan tangguh dan cekatan, penyayang nan romantis, sabar dan menjadi pendengar setia bagi keluarga, jujur, pandai berterima kasih dan selalu bersyukur, serta tak lupa berusaha selalu taat kepada Allah dan tak pernah putus asa dalam berdoa kepada-Nya. Adalah mutiara-mutiara nasihat berharga yang membentuk kepribadianku. Dari merekalah, keluarga luar biasaku aku banyak belajar. Terima kasih orang-orang baik, kasih sayang Allah menyertaimu.