Kebiasaan Buruk yang Menjadi Bumerang

Endah Wijayanti diperbarui 01 Mar 2019, 18:07 WIB

Fimela.com, Jakarta Nasihat orangtua atau tradisi dalam keluarga bisa membentuk pribadi kita saat ini. Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Culture Matters: Budayamu Membentuk Pribadimu ini.

***

Oleh: Ijayatul Faidah - Demak

Dalam beberapa hal, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengajaran yang baik dari orang tua maupun lingkungan sekitarnya. Pengajaran yang saya maksud adalah bagaimana kita ditanamkan sebuah nilai-nilai baik yang membangun karakter diri yang bisa membuat kita jauh lebih baik ketika kita sudah dewasa.

Keadaan dan lingkungan yang belum begitu 'melek mata' di dalam kehidupan sehari-hari saya, membuat saya kurang mengerti arti sebuah nilai atau kebudayaan baik yang orangtua saya ajarkan. Mungkin bahkan, sebagian orang tua di pedalaman juga tidak terlalu paham pentingnya membangun sebuah karakter diri untuk anak.

Sejauh yang saya tangkap, saya terlambat menyadari bahwa pola pengasuhan yang salah yang orang tua saya ajarkan ternyata berdampak pula terhadap diri saya di masa depan. Ada beberapa orang yang mungkin tidak memiliki kesempatan untuk memahami pentingnya menanamkan sebuah nilai atau kebiasaan kepada anak mereka.

Kebiasaan yang saya peroleh memang tidak terlepas dari apa yang yang saya lihat, saya dengar, dan saya amati. Ketika saya mengetahui bahwa orangtua saya mempunyai masalah tentang pola asuh, saya tahu bahwa sebenarnya bukan hanya orangtua saya saja yang memiliki masalah yang sama.

Orang bilang, orang pedalaman atau desa memiliki pola asuh yang baik karena mengedepankan nilai kebaikan dan juga nilai kasih sayang yang tinggi. Hal itu memang tidak salah, saya pun merasakan bagaimana dampak baik dari hal tersebut berada dan tertanam didiri saya.

 

 

 

 

Ilustrasi/copyright unsplash.com/@kotajue1117

Namun yang saya sayangkan adalah sejak kecil saya diberi sterotip bahwa saya tidak bisa melakukan apa-apa sendiri, karena kekhawatiran orangtua saya yang sang sangat tinggi mengenai keselamatan saya. Bahkan sampai saya dewasa, hal ini masih menjadi momok tersendiri bagi orangtua saya terutama bapak yang tidak mengizinkan saya bawa montor sendiri ketika saya sudah memasuki bangku kuliah. Saya bahkan masih harus diantar jemput hingga saya lulus, karena bapak tidak mengizinkan saya untuk menggunakan transportasi umum yang menurutnya cukup berbahaya. Hal yang tak kalah memalukan adalah ketika saya diantar bapak setiap kali menemui dosen pembimbing saya, karena saya tidak diizinkan naik montor sendiri.

Sejauh yang saya pikir dulu, hal itu adalah wujud kasih sayang orangtua saya terutama bapak yang sangat menyayangi saya. Mungkin sebagian orangtua memiliki pandangan yang sama bahwa mereka melakukan hal itu untuk menunjukkan rasa kasih sayang dan juga kekhawatiran sebagai orang tua. Namun kebiasaan yang tertanam di diri saya, justru berbanding terbalik balik dengan kenyataan yang ada.

Saya menjadi pribadi yang kurang mandiri dalam beberapa hal. Saya memiliki kebiasaan takut mencoba dan mempunyai pemikiran hal buruk untuk sesuatu hal yang asing untuk saya. Bahkan ketika saya menulis hal ini saya masih bertanya-tanya, apakah saya bisa berubah setelah ini? Saya tahu bahwa perasaan khawatir dan juga kasih sayang orangtua adalah hal yang sangat lumrah. Tapi penerapan yang salah dan juga pemilihan tindakan yang tidak sesuai dari orangtua juga memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik seorang anak. Karena itu saya berharap, bukan hanya orangtua saya namun juga seluruh orangtua yang memiliki anak, bisa lebih bijak dalam bertindak dan memilih pola asuh yang dapat membangun karakter anak yang jauh lebih baik serta mandiri, tanpa mengurangi rasa kasih sayang dan juga perhatian yang diperlukan oleh sang anak.

Pemahaman mengenai karakter anak juga sangat penting bagi orangtua, agar sang anak tidak salah memahami apa yang orangtua ajarkan. Karakter saya yang cukup pendiam, membuat saya menjadi cukup sulit untuk mengambil langkah yang tepat untuk mengurangi sterotip kurang baik itu sejak dini. Namun apapun pilihan pola asuh yang orangtua terapkan, pastikan untuk diselaraskan dengan sifat dan juga karakter yang dimiliki sang anak agar ke depannya tidak akan menjadi bumerang di masa dewasa.