Fimela.com, Jakarta Nasihat orangtua atau tradisi dalam keluarga bisa membentuk pribadi kita saat ini. Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga. Kesuksesan yang diraih saat ini pun bisa terwujud karena pelajaran penting yang ditanamkan sejak kecil. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Culture Matters: Budayamu Membentuk Pribadimu ini.
***
Oleh: Dewi Lestuti Ambarwati - Temanggung
Bila mendengar kata orang Jawa, yang terlintas di benak kita adalah orang yang sopan, berunggah-ungguh, bertutur kata halus, dan dipenuhi dengan beragam tradisi dari nenek moyang. Lahir dari orang tua Jawa dan tinggal di lingkungan yang dikelilingi dengan adat Jawa menjadikanku tumbuh dan membawa adat dan kebiasaan Jawa dari leluhur.
Pasti banyak teman-teman Jawa lainnya yang tidak asing dengan larangan orang tua saat kita melakukan sesuatu yang menurut generasi kita tidak ada salahnya, seperti larangan berdiri di tengah pintu, berbicara saat makan, tidur sore sebelum petang, atau biasa kita sebut “ora ilok” yang berarti tidak boleh atau tidak patut. Mungkin kita bertanya alasan logis dari larangan tersebut karena biasanya orang tua hanya melarang karena hal tersebut tidak baik untuk dilakukan. Tetapi berdiri di tengah pintu berkaitan dengan etika yaitu menghalangi orang masuk, berbicara saat makan agar tidak tersedak, dan tidur sore sebelum petang berkaitan dengan kesehatan.
Berbicara tentang kehidupan dan budaya Jawa mengingatkan aku pada keramahtamahan orangnya dan hangatnya suasana kebersamaan. Salah satu sifat masyarakat Jawa adalah suka bersosialisasi, seperti kata pepatah “Mangan ora mangan sing penting ngumpul” yaitu makan tidak makan yang penting berkumpul. Maka dari itu kita sangat menghargai waktu untuk bersama teman-teman, sahabat, atau saudara. Dalam bergaul, tentu ada batasan tersendiri, yaitu dalam berkata-kata. Seperti kata orangtua bahwa selalu berhati-hati termasuk dalam berkata-kata karena perkataan yang menyakitkan tidak dapat ditarik kembali. Persahabatan pun bisa menjadi runtuh akibat perkataan yang salah.
What's On Fimela
powered by
Tinggal bersama tiga orang kakak, membuatku selalu diingatkan oleh orangtuaku bahwa jangan lupa untuk selalu berbagi dan mengasihi satu sama lain. Dan di dalam lingkungan masyarakat pun juga begitu, memberi jika kita lebih dan dapat membantu orang yang kesusahan, dan suatu kesenangan tersendiri bila kita dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Orang Jawa juga terkenal akan kegigihannya dan sifat pekerja keras. Sering kita melihat orang-orang tua yang masih bertani dan semangat bekerja, dan senyum tulus sering kita lihat di raut muka mereka. Bagi orang-orang zaman dahulu, bekerja bukanlah suatu beban, tetapi masuk ke dalam kehidupan yang selalu mereka syukuri. Bagi mereka, lebih capek untuk berdiam di rumah dan tidak mengerjakan apapun dibandingkan dengan bekerja. Hal ini sangat berbeda dengan dunia kita sekarang, di mana orang ingin serba praktis dan tidak ingin capek sehingga pelajaran dari orang-orang tua patut kita terapkan dalam kehidupan kita.
Di sisi lain, terdapat budaya Jawa yang cukup dikenal, yaitu orang-orangnya lebih mengutamakan perasaan seperti tidak enakan atau “rikuhan”. Walaupun tidak buruk tetapi kadang sifat ini bisa membawa dampak negatif bagi diri kita sendiri. Menurut saya budaya ini harus kita terapkan sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu. Jangan sampai budaya “rikuhan” ini menjadi pedang atau akan merugikan diri kita sendiri walaupun tetap harus mengerti tata krama. Hidup dalam lingkungan yang telah berkembang pesat jangan menjadikan kita orang yang lupa akan latar belakang dan budaya kita sendiri. Jangan lupa pada kerja keras dan kegigihan nenek moyang kita sehingga kita dapat hidup dengan nyaman pada saat ini. Selalu jaga kesopanan terutama pada orang yang lebih tua, dan yang terutama selalu bersyukur dan berusaha untuk selalu melakukan yang terbaik.