Fimela.com, Jakarta Nasihat orangtua atau tradisi dalam keluarga bisa membentuk pribadi kita saat ini. Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga. Kesuksesan yang diraih saat ini pun bisa terwujud karena pelajaran penting yang ditanamkan sejak kecil. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Culture Matters: Budayamu Membentuk Pribadimu ini.
***
Oleh: Vanya - Bekasi
Wanita Pejuang
Setiap anak pasti ingin terlahir bahagia dan sempurna dengan kedua orang tua di sisinya. Namun, keinginan terkadang selalu tidak sesuai harapan. Manusia hanya bisa berharap dan berencana sedangkan Tuhan yang menentukan, terkadang saat itu terjadi ingin hati merutuk dan memaki bahwa semua terjadi begitu tidak adil.
Ibu saya selalu berkata bahwa Tuhan memberikan apa yang dibutuhkan bukan yang kita inginkan untuk menjadikan kita lebih kuat dalam berjuang. Lahir dalam suasana rumah broken home bukan perkara mudah. Hati anak mana yang tidak terluka saat melihat orang tuanya bertengkar di depan mata? Psikologis anak mana yang tidak terjatuh saat orang tuanya berakhir di meja hijau? Dapat dikatakan saya terluka namun dari Ibu, saya belajar banyak hal tentang arti kekuatan dan perjuangan.
Meski telah berakhir di meja hijau, Ibu saya tidak pernah sekalipun menunjukkan rasa sedih dan air matanya di depan anak-anaknya. Beliau berusaha tegar dan tersenyum walau saya tahu bahwa dirinya terluka cukup dalam. Yup, tidak ada yang lebih terluka selain Ibu yang telah puluhan tahun membina rumah tangga dengan seseorang yang ia cintai kini malah menahan malu dan membentuk luka dalam. Ibu adalah seorang keturunan Batak yang mempunyai prinsip untuk tidak kawin-cerai. Dalam kebudayaan Batak, pernikahan adalah suatu yang sakral dan dipenuhi janji suci untuk setia sampai mati.
Ibu saya memulai segalanya kembali dari nol dan bangkit dari keterpurukan hidup seorang diri tanpa teman hidup di sampingnya. Ia berjuang membuka sebuah toko kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bangun di pagi hari lalu kembali tertidur tengah malam. Badannya boleh menua tapi semangatnya tetap muda. Ia pantang menyerah untuk menjalani hidupnya dan enggan untuk meminta-minta kepada siapa saja. Ia adalah wanita pejuang yang tidak kalah dengan cobaan hidup yang menerpanya. Ia selalu menyakinkan saya bahwa berada dalam ketidaksempurnaan bukan berarti kalah dengan keadaan justru ketidaksempurnaan membuat kita harus lebih berjuang untuk kondisi yang lebih baik. Dari situlah, saya mulai sadar bahwa peran dan nasihat Ibu selama ini bahwa ketidaksempurnaan bukan penghalang kita untuk terus maju sebagai wanita pejuang masa kini.