Fimela.com, Jakarta Kita semua tahu jika batik, merupakan kain Indonesia yang sudah dikenal di dunia. Namun, banyak masyarakat Indonesia yang kurang paham asal usul batik.
Apalagi batik memiliki motif yang begitu banyak. Melihat hal tersebut, kolektor Batik dan penulis batik, Hartono Sumarsono dalam acara Adiwastra Nusantara 2019 yang akan digelar pada 20-24 Maret di Hall A-B, JCC, Jakarta. Selain memamerkan koleksi batiknya, Hartono juga akan meluncurkan buku ke limanya yang bertajuk Batik Sudagaran Solo.
"Buku ke lima segera akan kita keluarkan. Judulnya batik Sudagaran Solo. Batik yang dibuat oleh saudagar di luar keraton. Karena di keraton sendiri tak sembarangan orang yang menggunakan batik khas keraton. Ternyata batik karya saudagar ini tak kalah bagusnya dengan keraton," kata Hartono dalam siaran persnya.
Adiwastra Nusantara 2019 yang mengambil tema Wastra Adati Generasi Digital, menurut Hartono, sebagai pondasi bagi kaum milenial untuk aware terhadap budaya nusantara, dalam hal ini batik. Dia mengaku membuat buku tentang batik itu wujud dari keinginan untuk bersumbangsih kepada negeri ini. Termasuk membantu kaum milenial mencari referensi dalam hal batik.
"Saya merasa ada tanggung jawab untuk berkontribusi dalam bidang budaya khususnya batik dengan membuat buku soal batik Indonesia. Dalam buku-buku saya, ada sekitar 200 motif batik yang saya tampilkan dari berbagai referensi. Mungkin suatu saat nanti, buku saya atau referensi lain bisa didigitalisasi untuk lebih memudahkan lagi bagi milenial," jelas dia.
Pembuatan buku
Hartono mengaku, tak gampang menemukan data atau narasumber pendukung saat menyusun buku soal batik. Tetapi berkat koneksi pencinta batik, akhirnya bisa terbantu.
"Batik kita banyak motifnya. Dari batik tulis hingga corak yang terpengaruh dari China hingga Jepang. Kadang para pengrajin batik tak menurunkan ilmunya ke kerabatnya, jadi kita agak kesulitan mencari data dan narasumber," ungkap dia.
Awalnya, ia mengatakan koleksi batik bukan menjadi prioritas utama. Karena dia lebih suka mengoleksi keramik. Namun perkataan teman Hartono yang berasal dari Padang mengubah pandangannya.
"Awalnya saya suka keramik (pajangan), suatu waktu lagi nyari keramik di Jalan Surabaya, ada teman saya orang Padang bilang, corak batik kita yang bagus-bagus akan lenyap dari Indonesia, karena dibawa ke mancanegara. Dari situ saya mulai berpikir, bener juga omongan temen saya itu," kata Hartono.
"Apalagi saya bisnis batik, bakal ngerasa bersalah saya kalau bisnis batik tapi enggak mampu jaga batik indonesia. akhirnya fokus koleksi batik. Dimulai koleksi batik-batik yang corak kuno sejak 1983. Batik yang saya koleksi itu pertama kali itu batik pesisir, seperti pekalongan, lasem. Koleksi batik saya yang paling tua itu berasal dari tahun 1850an," tutup Hartono.