Tak Ada yang Tidak Mungkin kalau Mau Berusaha

Endah Wijayanti diperbarui 20 Feb 2019, 16:50 WIB

Fimela.com, Jakarta Nasihat orangtua atau tradisi dalam keluarga bisa membentuk pribadi kita saat ini. Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga. Kesuksesan yang diraih saat ini pun bisa terwujud karena pelajaran penting yang ditanamkan sejak kecil. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Culture Matters: Budayamu Membentuk Pribadimu ini.

***

Oleh: Sutianingsih - Bogor

Dua lampu pijar menyala tepat di depan mata, dikelilingi awan hitam yang menandakan datangnya sang malam. Seperti biasa aku selalu menyempatkan diri untuk menulis satu dua paragraf untuk meluapkan apa yang ada di kepala sekadar hanya untuk bernostalgia. Seketika terbersit sebuah kata dari almarhum bapak dengan kata-kata ajaibnya dalam bahasa Sunda yang tak pernah aku lupa, “Eweuh nu teu mungkin lamun maneh daek usaha," yang artinya, “Tidak ada yang tidak mungkin kalau kamu mau berusaha." Itulah salah satu kalimat yang selalu aku ingat sebagai pemacu untukku tetap bersemangat.

Ibuku adalah seorang wanita yang berasal dari daerah Sumatera Selatan tepatnya di daerah Palembang dan bapakku adalah seorang laki-laki yang berasal dari Jawa Barat tepatnya keturunan suku Sunda. Pertemuan yang langka melatarbelakangi mereka sehingga memutuskan untuk menikah. Hanya dalam kurun waktu dua bulan masa pacaran mereka memutuskan untuk mengikat janji suci dan sampai sekarang dikaruniai empat anak.

Aku adalah salah satunya, anak pertama dari empat bersaudara yang sudah ditinggalkan oleh seorang bapak di usia muda. Masa kecilku mungkin tidak seindah masa kecil anak-anak lainnya. Kondisi ekonomi lah yang menyebabkan itu semua. Terlahir dari keluarga yang tidak mampu mengharuskanku untuk membantu mamah dan bapak dengan cara berjualan es keliling kampung, tomat, timun sampai cabai dari hasil tanaman sendiri untuk dijual kembali kepada para tetangga atau ibu rumah tangga untuk keperluan mereka.

 

 

 

What's On Fimela
Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Waktu bermain dengan teman sebaya pun tidak bisa aku lakukan, dan kadang-kadang membuatku merasa sedih karena tidak bisa bermain dan tertawa seperti mereka. Namun, hal itu tak pernah menyurutkan semangatku untuk membantu mamah dan bapak. Mungkin saat ini aku belum bisa bersenang-senang dan bermain bersama mereka tapi aku harus membuat senang hati mamah dengan hasil daganganku agar kami bisa makan malam dengan satu jenis lauk pauk saja.

Kebiasaan itu terus bergulir sampai aku dewasa, seakan sebuah kata kerja keras sudah menjadi budaya dan sahabat setia di kala aku putus asa akan suatu hal. Bertekad untuk sekolah dengan jalur beasiswa membuatku terpacu untuk selalu menyempatkan waktu belajar hari demi hari. Sampai pada saat kelulusan SMA tiba aku mendapatkan penghargaan dari sekolah karena berhasil diterima di salah satu perguruan tinggi negeri, yaitu Institut Pertanian Bogor dengan jalur USMI (Undangan Sebagai Mahasiswa IPB) karena berhasil masuk tanpa tes.

Terbayar sudah semua usaha dan kerja keras yang aku lakukan karena kebiasaan yang bapak terapkan berhasil membuatku untuk memetik buah manis dari sebuah kerja keras. Budaya kerja keras selalu aku terapkan sampai aku lulus kuliah. Bertekad untuk selalu mendapatkan IPK di atas 3,5 sudah berhasil aku dapatkan sampai mendapatkan predikat cumlaude pada saat kelulusan tiba.

 

Ilustrasi./Copyright unsplash.com

Siapa sangka kebiasaan kerja keras tersebut menjadi sebuah budaya yang melekat dalam diriku sampai sekarang. Pada saat teman-temanku yang lain sibuk berlibur karena melepaskan penat dari sidang tugas akhir, aku sibuk mencari kerja dengan mengikuti berbagai kegiatan mulai dari memasukan CV ke perusahaan-perusahaan sekitar dan mengikuti kegiatan job fair yang diadakan oleh kampus maupun instansi pemerintahan. Hanya berbekal CV dan transkrip nilai saja aku memberanikan diri untuk melamar tanpa kenal lelah dan selalu ingat dan mendoktrin kalimat dari alhamrhum bapak, "Nggak ada yang nggak mungkin kalau mau usaha."

Walaupun sempat putus asa karena berbagai penolakan diterima tapi tetap saja aku selalu menguatkan diri. Sampai pada akhirnya aku berhasil diterima dan sudah bekerja sebagai karyawan tetap di salah satu perusahaan otomotif ternama di Indonesia sebelum waktu wisuda tiba. Sebuah usaha memang tidak akan pernah mengkhianati hasil nya. Bersyukur karena lahir dari keluarga yang memegang teguh akan sebuah kerja keras dan menjadikan budaya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Budaya kerja keras yang almarhum bapak nasihatkan tidak akan pernah aku lupa sampai kapan pun.