Fimela.com, Jakarta Judul: Museum Masa Kecil
Penulis: Avianti Armand
Ilustrasi: Kristin Monica
Desain sampul dan isi: Kristin Monica
Cetakan kedua, Oktober 2018
Gramedia Pustaka Utama
Museum Masa Kecil menyimpan dan menghadirkan "benda-benda" yang pernah tinggal atau sekadar lewat di masa kanak-kanak saya; seperti cerita-cerita sebelum tidur, kelas menggambar, perbincangan tentang jarak ke bulan, kartu pos, kaktus di lantai lima, buku alamat, bermain hujan, ketakutan menjadi tua, juga kematian.
Sebuah museum, buat saya, menyerupai peta bintang: artikel-artikel di dalamnya adalah konstelasi yang dipakai para pejalan jauh untuk mencapai satu tempat di muka bumi, di satu waktu. Tapi jika peta yang baik membawamu ke tujuan, museum yang baik akan membuatmu "tersesat".
Avianti Armand
***
Artikel 21
PELAN-PELAN
Ia memecahkan pagi jadi kepingan bening aneka bentuk. Ia akan menjualnya dengan harga pantas bagi siapa pun yang berjanji berjalan pelan-pelan saja hari ini. Kemarin. Juga besok.
What's On Fimela
powered by
Apa yang menarik dari buku kumpulan puisi? Setiap orang pasti punya pendapat dan jawabannya sendiri. Bagi yang menyukai puisi pasti paham betapa indahnya pengalaman bisa memaknai larik demi larik sebuah puisi. Membawa kita terbang ke dimensi dan menembus ruang-ruang imajinasi yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Namun, bagi yang kurang menyukai puisi biasanya akan tertekan bila disuguhi bait-bait puisi karena merasa tidak bisa memahami isinya. Menyukai atau kurang menyukai puisi, Museum Masa Kecil ini bisa memberi pengalaman membaca yang sangat menyenangkan.
Kumpulan puisi dalam buku ini memang pendek-pendek. Tapi terasa begitu menyenangkan memaknai dan larut dalam setiap larik puisinya. Ada nuansa nostalgia yang disuguhkan. Seperti pengalaman, benda, hingga kisah-kisah dongeng yang dulu pernah kita dengar saat masih kecil.
Dimensi ruang dan kebendaan membuat puisi-puisi karya Avianti Armand bisa sangat membekas di hati. Kenangan-kenangan di masa kecil hingga soal kematian, berbagai tema yang terasa begitu dekat ditampilkan dalam larik-larik puisi yang indah.
Konsep buku ini pun sangat menarik. Dipercantik dengan ilustrasi dan dijilid dengan jahitan. Memang jadi terlihat rapuh tapi itu seperti mewakili ingatan-ingatan kita di masa kecil yang mungkin sudah agak kabur dari ingatan tapi kita tetap ingin mempertahankannya meski hanya dengan jahitan-jahitan sederhana dalam benak. Kalau ingin sampulnya tidak cepat kotor, ada baiknya kita segera mempekuatnya dengan sampul plastik bening.
Resapi setiap halaman. Jangan dibaca dengan buru-buru. Museum Masa Kecil bisa menjadi buku kumpulan puisi yang berkesan bila kita dapat menemukan makna atau menginterpretasikan kata-katanya dengan menggali ingatan, kenangan, atau pengalaman yang pernah kita rasakan.