Fimela.com, Jakarta Nasihat orangtua atau tradisi dalam keluarga bisa membentuk pribadi kita saat ini. Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga. Kesuksesan yang diraih saat ini pun bisa terwujud karena pelajaran penting yang ditanamkan sejak kecil. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Culture Matters: Budayamu Membentuk Pribadimu ini.
***
Oleh: Nadia Viani - Bogor
Ketika Bersabar dalam Keterbatasan untuk Meraih yang Lebih di Masa Mendatang
Perkenalkan namaku Nadia dan sebagaimana orang-orang lain memanggilku dengan nama yang kusebutkan barusan. Aku terlahir dari orangtua yang berbeda memang tetapi, dari perbedaan tersebut akupun juga menjadi unik apalagi kalau berbicara keberagaman suku dan budaya di mana di dalam suatu pernikahan atau ikatan pasti akan selalu menjadi satu meski awalnya merupakan sebuah perbedaan.
Faktanya, aku adalah anak tunggal dari Ayah dan Ibu yang mempunyai daerah domisili yang berbeda. Ayah dari Jawa Tengah, yaitu beliau lahir dari sebuah desa kecil di Jawa tengah lebih tepatnya di Kandangan, Temanggung dan Ibuku yang lahir di ibu kota Indonesia yang pada zaman dulu kalau orang bilang “Batavia” atau Jakarta. Perpaduan suku Jawa Tengah dan Tionghoa pun sangat kental di keluarga kecilku tak terlepas juga hubungan dengan saudara dekat serta nenek dan kakekku.
Tak jarang teman-temanku sering mengatakan, “Wah, enak ya kamu kalau merayakan hari raya jadi dobel nih tradisinya bisa Lebaran atau merayakan hari raya Imlek dengan keluargamu itu.” Jelas aku hanya tertawa dan tersenyum saja mendengar perkataan temanku karena sebenarnya makna hari raya dobel itu tidak penting karena kalau menurutku bagaimana kamu memaknai hari itu dan bagaimana kamu bisa mensyukuri selagi masih merayakan hari raya tersebut bersama dengan orang-orang terkasih dan bukan hanya sekadar imbalannya saja yang pasti akan didapat sehabis hari raya.
Berbicara tentang keluargaku, kebetulan Ayahku adalah seorang pekerja seniman dan ibuku adalah ibu rumah tangga biasa, menurutku mereka sangat spesial di mataku sendiri karena apa? Mendengar cerita Ayahku sangat lucu, menggembirakan, sekaligus mengharukan dan Ibuku juga yang tidak pernah lelah menjadi ibu rumah tangga mengurus diriku, dirinya sendiri, dan ayahku juga tanpa lelah dan pastinya dengan nasihat-nasihat berguna yang terkadang aku sendiri suka lupa untuk melaksanakan nasihat beliau.
Tetapi, ketika aku kilas balik sementara untuk mendengarkan pengalaman orangtuaku terutama Ayahku yang sudah mengalami pahit manisnya kehidupan tentu sungguh mengharukan rasanya d imana beliau saat di masa-masa kuliah harus mandiri membayar uang kuliah nya per semester karena kebetulan kakek dan nenek yang berasal dari Ayahku hanya seorang pegawai negeri yang notabene gajinya tidak cukup untuk membayar full kuliah sampai Ayahku lulus S1-nya sewaktu zaman dulu kebetulan beliau jurusan MIPA.
Tak heran kalau beliaupun sempat lama lulus kuliahnya dikarenakan ada hal-hal lain yang ia ceritakan kepadaku, “Oh ya, sewaktu Papa masih kuliah seusiamu dulu kebetulan Kakek dan Nenek tidak seberapa uangnya jadi ya harus bekerja sampingan seperti menjadi guru les matematika dan bahasa Inggris." Dan fakta menariknya beliau mencari penghasilan menjadi guru les tersebut untuk menutupi biaya kuliahnya waktu itu. Selain itu, ia juga pergi naik sepeda karena tidak punya kendaraan motor sama sekali bayangkan jarak Kandangan, Temanggung untuk menempuh jauhnya ke Magelang kalau tidak salah tempat Ayahku mengajar kursus Matematika hal itu dijalankan beliau dengan suka cita tanpa mengeluh. Beliau pun berbicara, “Kalau mengeluh dan nggak mengerjakan pekerjaan sampingan bagaimana Papa bisa menyelesaikan kuliah itu sedangkan biaya aja nggak cukup kan?”
Selain itu beliau terlepas sebagai mengajar kursus matematika dan bahasa Inggris untuk SD dan SMP ia juga menjadi tour guide atau yang disebut pemandu tur jika ada turis yang tertarik ingin ke destinasi wisata di Jawa Tengah lebih tepatnya Candi Borobudur dan Candi Prambanan beliau akan dengan senang hati memandu para turis dan mengantarnya. Tak heran juga sempat disuruh mengantar sampai Pangandaran, Jawa Barat. Katanya hasilnya cukup lumayan untuk menutupi kekurangan biaya yang akan dibayarkan untuk kehidupan sehari-hari di kos-kosan pada waktu kuliah.
Di sisi lain, ketika ia sudah lulus kuliah pun dan merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan yang sesuai tidak begitu mudah dan bisa dibilang susah serta rumit. Katanya ada istilah zaman dulu sih cari kerja gampang dibandingkan zaman sekarang, lantas kata Ayahku itu tidak benar dulu cari kerja gampang-gampang susah juga. Nggak semua mudah kok, kadang beliau juga harus masuk keluar perusahaan karena berprofesi sebagai salesman karena bagaimanapun jika seseorang ingin menduduki jabatan tertinggi di perusahaan atau miliknya sendiri nanti ia harus berani menduduki jabatan terbawah sekalipun seperti salesman yang biasanya langsung menghadapi wajah para konsumen, klien, dan perusahaan lainnya. Tak heran beliau sering masuk keluar karena terkadang tidak mencapai target dalam penjualan, tetapi satu hal yang orang tua saya ajarkan kepada saya.
“Jika kamu ingin sukses maka janganlah kamu hanya bersantai-santai dan menikmati apa yang sekarang kamu punya. Memang hidup dalam keterbatasan itu adalah nasib atau pilihan dari Tuhan yang di atas. Namun, jika kita berusaha kita dapat mengubahnya menjadi lebih di masa mendatang dengan cara jangan hanya berpangku tangan saja, kerjakan apa yang kamu bisa, eksplorasi, bersabar, berusaha rajin walau sudah gagal dan harus berani mencoba lagi kalau perlu sampai kamu merasa bosan. Karena Tuhan itu adil jika seorang umat-Nya mempunyai pengorbanan yang besar maka hasilnya juga akan setimpal dengan pengorbanan kamu.”
Dan dari nasihat yang orangtuaku katakan aku menyadari memang aku bukan lahir dari keluarga yang bercukupan tetapi kalau aku terus berusaha apa yang aku impikan suatu saat nanti menjadi sosok baik dan pekerja keras niscaya Tuhan akan memberikan hasil yang lebih dari apa yang kubayangkan sebelumnya. Makanya sekarang aku tidak pernah bersantai-santai jika hariku tidak produktif aku lebih mencoba mengerjakan sesuatu yang berguna entah menulis, berjualan tas laptop (yang aku jahit sendiri), atau menggunakan keterampilanku sebagai make-up artist yang bisa dibilang akan mendapatkan penghasilan yang cukup bagi aku dan kehidupan keluargaku.
Jika bukan orangtuaku yang memberi pengalaman dan nasihat itu aku bukanlah menjadi sosok yang seperti sekarang yaitu sosok yang lebih mau mencoba memahami kekurangannya, melihat sisi positif diri sendiri, dan lebih menghargai orang lain. Serta kunci kesuksesan di setiap orang adalah bersabar dalam keterbatasannya untuk meraih yang lebih di masa mendatang.