Fimela.com, Jakarta Banyaknya generasi millenials yang terjun aktif sebagai vlogger atau Youtubers membuat sutradara kondang Andi Bachtiar Yusuf sedikit miris. Bukan sebuah rahasia ketika seorang Youtubers akan mementingkan pendapatan rupiah dengan banyaknya view dan subscribers.
Padahal regenerasi di bidang perfilman menurutnya mutlak diperlukan di Indonesia. Mereka berharap generasi muda juga memiliki kesenangan untuk membuat karya yang bagus dan berkualitas, tak hanya memburu rupiah.
"Kita pernah ngomong sama mereka. Mereka cuma mau jadi vlogger doang bukan bikin film. Kebanyakan rasa senangnya ilang karena mulai mencari pundi-pundi uang. Kalau yang terpenting sih menjaga rasa bersenang-senangnya itu," kata Andi di preskon Top Generation Challenge 2.0, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Seni, tak terkecuali bidang perfilman seharusnya bisa terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dan bagi sutradara film Love For Sale ini, membuat karya film tak harus memikirkan pesan moral untuk disampaikan kepada masyarakat atau penonton.
"Banyak orang-orang kita mau bikin film sibuk dengan pesan moral. Padahal banyak film terkenal ga ada pesan moralnya. Seni harus berkembang dong," lanjut sutradara sekaligus penulis skenario peraih Piala Citra tersebut.
Jaring Bakat Muda
Andi Bachtiar Yusuf sendiri terlibat dalam sebuah ajang Top Generation Challenge 2.0 yang bertujuan untuk menjaring bakat terpendam. Tanpa batas ide, segala karya dan bakat bisa diperlihatkan pada ajang yang mengangkat tema Muda Kaya Karya tersebut.
"Gua kadang merasa karya seni subjektif. Gua sih pilih yang gua suka. Buat gua karyanya harus yang liar dan baru, mungkin 8 dari 10 orang bilang ini hal baru lah. Sesuatu karya yang bisa dikembangkan lebih besar lagi. Kalau guru bilang yang originalitas," lanjut sutradara Mata Dewa.
Acara ini akan berlangsung di enam kota yakni Bandung (Selasar Sunaryo), Yogyakarta (Jogja National Museum), Jakarta (Teater Kecil TIM), Malang (Semeru Art Gallery), Surabaya (Koridor Co-Working Space), dan Denpasar. Dalam kesempatan ini, Edward Christian Djaja, Product Manager TOP Coffee, juga mengumumkan bahwa selain warga Indonesia, peserta yang bisa ikut ialah usia 17-35 tahun.
"TOP Generation Challenge 2.0 diharapkan dapat menjadi wadah untuk anak-anak muda agar berani mengeksplorasi diri demi menghasilkan karya terbaik," terangnya.