Kenapa Memaafkan Diri Sendiri Sangat Sulit Dilakukan?

Endah Wijayanti diperbarui 29 Jan 2019, 18:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Pada titik tertentu dalam hidup ini, kita punya kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri. Saat ada masalah muncul dalam hidup atau sebuah kondisi memburuk akibat sesuatu yang kita lakukan, kita cenderung akan langsung menghukum diri sendiri. Bahkan lebih mudah untuk memaafkan orang lain daripada memaafkan diri sendiri.

Kenapa memaafkan diri sendiri sangat sulit dilakkan? Kenapa kita punya kecenderungan keras terhadap diri sendiri? Kenapa kita bisa begitu jahat pada diri sendiri?

Penyesalan Membuat Kita Menghukum Diri Sendiri

Penyesalan memang selalu datang terlambat. Saat kita menyesali sesuatu, kita sadar bahwa ada waktu yang tak bisa kita putar kembali. Kita menyadari ada masa yang sudah hilang dan tak pernah bisa kita dapatkan lagi. Di sini, sebenarnya ada dua pilihan yang bisa kita ambil. Pertama, berusaha memperbaiki keadaan di masa kini untuk masa depan yang lebih baik. Kedua, terus menyesali yang telah berlalu dan terperangkap dalam kesalahan tersebut. Sayangnya, kebanyakan dari kita memilih pilihan kedua. Kita terus menyesali sesuatu yang tak bisa diubah. Kita menghukum diri sendiri dengan tak pernah memberi maaf untuk kita sendiri.

2 dari 3 halaman

“Bring it up, make amends, forgive yourself. It sounds simple, but don’t think for a second that it is easy. Getting free from the tyranny of past mistakes can be hard work, but definitely worth the effort. And the payoff is health, wholeness and inner peace. In other words, you get your life back.” ― Steve Goodier

Ilustrasi./Copyright pixabay.com/en/portrait-photography-profile-face-657116/

Kadang Kita Merasa Tak Berhak Dimaafkan

Setiap orang berhak dimaafkan, tapi kita kadang lupa bahwa yang dimaksud "setiap orang" di sini termasuk "diri kita sendiri". Karena sebuah kesalahan yang pernah kita perbuat, kadang kita merasa telah menjadi pendosa besar. Tak berhak dimaafkan. Tak layak diberi kesempatan kedua. Padahal kita juga perlu bahagia. Diri kita juga punya hak untuk bisa mendapat maaf.

3 dari 3 halaman

“Turn down the volume of your negative inner voice and create a nurturing inner voice to take it’s place. When you make a mistake, forgive yourself, learn from it, and move on instead of obsessing about it. Equally important, don’t allow anyone else to dwell on your mistakes or shortcomings or to expect perfection from you.” ― Beverly Engel, The Nice Girl Syndrome: Stop Being Manipulated and Abused -- And Start Standing Up for Yourself

Ilustrasi./Copyright pexels.com/@tu-nguy-n-709154

Merasa Tak Punya Kesempatan Kedua

Kita tak bisa memaafkan diri sendiri karena merasa tak punya kesempatan kedua. Kita merasa sudah tak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki keadaan yang ada. Tak punya lagi harapan atau keyakinan soal keadaan yang mungkin akan membaik. Disusul dengan masalah-masalah baru yang muncul bergantian, kita jadi makin menyalahkan diri sendiri.

Memang ada hal-hal yang terjadi di luar kendali kita. Ada situasi atau kondisi yang kejadiannya di luar dugaan atau prasangka kita. Tugas kita lah untuk bisa selalu bertahan. Melakukan yang terbaik dalam hidup ini tanpa terus menghukum diri sendiri terlalu lama. Saatnya untuk kembali tersenyum dan menepuk bahu kita sambil terus optimis bahwa keadaan bisa berubah jauh lebih baik dari yang pernah kita duga.