Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Arum Yuliana - Tangerang
Prinsip bahwa tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu menjadi dasar kenapa aku menetapkan resolusi tiap tahunnya. Keberadaan resolusi mampu membuatku lebih semangat menjalani hari. Semangat ini menciptakan motivasi untuk rajin berencana agar resolusi dapat tercapai maksimal.
Rencana bagi seorang ibu rumah tangga sangat penting karena berkaitan dengan manajemen waktu dan tenaga. Karena resolusi yang dibuat untuk tahun ini bukan hanya untuk diriku sendiri melainkan berkaitan dengan keluargaku, yakni suami dan anakku. Tulisan ini akan menceritakan tentang resolusiku pribadi dan resolusi yang berkaitan dengan keluarga. Resolusi ini akan dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, resolusi utamaku di tahun 2019 berkaitan dengan anakku. Putraku yang kini berusia 15 bulan pada bulan Januari ini sedang pesat perkembangannya. Alhamdulillah, sekarang sudah bisa jalan lumayan jauh serta ekspresinya mulai terlihat jelas bedanya. Ekspresi ini seringkali dibarengi dengan ocehan panjang namun masih berbentuk suara. Nah, harapanku di tahun 2019, putraku mampu berbicara dengan kata-kata sederhana. Suara tadi mulai dibentuk menjadi ucapan. Rencananya, aku berusaha lebih banyak mengajaknya bicara. Suamiku juga ikut berkomitmen untuk lebih sering berbincang dengan si kecil. Walau kebersamaannya tidak bisa selama dengan diriku, suami akan memanfaatkan waktu sebaiknya untuk ngobrol sewaktu bermain bersama.
Kedua, resolusi tahap kedua berhubungan dengan suamiku. Resolusi ini bersifat lebih serius yakni berkaitan dengan kelulusan suami dari program Pascasarjana-nya. Aku akan menemani dan mendukung penuh suami agar segera lulus. Resolusi bersama suami ini agak terburu waktu karena tahun ini suami harus lulus atau terpaksa di-DropOut (DO). Selain itu, ibu mertuaku sedang sakit parah dan beliau memiliki harapan agar suamiku bisa lulus dari S2-nya. Sebelum terlambat, kami menyusun rencana seefektif mungkin dan secepat yang kami bisa. Mulai dari menghubungi dosen hingga bagian tata usaha kampus. Selain itu, di tengah kesibukannya bekerja, suami tetap berusaha ‘belajar kembali’ dan banyak membaca buku untuk thesisnya.
Ketiga, resolusi kali ini berhubungan dengan keinginan pribadiku. Di tahun ini, aku ingin kembali membuka usaha katering dan jajanan pasar yang sempat vakum tahun 2018 karena aku mengandung dan melahirkan si kecil. Aku berencana untuk membuka usaha di kota yang baru karena aku dan suami harus pindah ke lain kota mengikuti kepindahan tugasnya. Karena itu, aku harus banyak survei bahan makanan dan alat-alat untuk produksi. Alhamdulillah, suami sangat mendukung. Dengan ikhlas dan senang hati suami menemani survei dan membantu memberikan pertimbangan soal alat masak yang dibeli. Aku ingin membuka usaha kembali karena ingin menuangkan kemampuan yang sudah dilatih di sekolah dulu dan aku memang suka dengan masak. Kesukaan ini harus diekspresikan dan disalurkan. Lumayan, bisa untuk mengisi waktu dan mendapat uang belanja tambahan. Uang dapat digunakan untuk membelikan keperluan dan mainan anak.
Ketiga resolusi ini memiliki satu kesamaan dalam perencanaannya, yakni bantuan dan dukungan dari suami. Resolusi memang bisa berasal dan berhubungan dengan diri pribadi. Akan tetapi, dalam perencanaan tetap membutuhkan bantuan dari pihak lain. Orang-orang terdekat memiliki potensi paling besar untuk membantu meraih resolusiku. Karena itu, kerja sama dengan suami adalah hal penting yang harus kulakukan. Aku sangat bersyukur karena suami sangat mendukung dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu. Semoga resolusi sederhana namun penuh makna ini dapat tercapai, sehingga seperti prinsipku kalau masa kini bisa lebih baik dari sebelumnya.