Kita Bisa Berdoa dan Berusaha, tapi Tak Bisa Mendikte Tuhan

Endah Wijayanti diperbarui 26 Jan 2019, 12:51 WIB

Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.

***

Oleh: Nur Chamimah - Trenggalek

Aku seorang gadis yang berasal dari keluarga miskin. Sejak kecil aku diasuh oleh kakek dan nenek yang kupanggil "bapak" dan "mbok". Keduanya sudah berpulang kepada Sang Pencipta beberapa tahun yang lalu. Mbok-ku adalah kakak dari nenek kandungku. Mbok dan Bapak meskipun bukan orangtua kandungku namun mereka sudah kuanggap sebagai orangtuaku yang sesungguhnya karena kasih sayang mereka begitu besar untukku sejak aku masih bayi sampai tumbuh dewasa.

Mbok bekerja sebagai buruh tani selain itu juga berwirausaha berjualan pecel, jenang, dan gorengan. Bapak bekerja sebagai buruh tani. Salah satu pengorbanan mereka untukku adalah merelakan harta satu-satunya yang dimiliki yaitu rumah sangat sederhana yang mereka bangun sedikit demi sedikit sejak aku masih kecil, namun setelah aku tumbuh besar rumah itu mereka relakan dijual untuk biaya sekolahku di SMA. Inginnya sih bisa sampai buat biaya kuliah ke ITB seperti cita-citaku namun ternyata takdir berkata lain. Mimpiku studi di ITB kandas. Sempat kecewa juga namun akhirnya aku bisa menerima kenyataan.

Saat ini aku hidup seorang diri di rumah kontrakan bersama kucing-kucing peliharaanku. Aku bekerja sebagai abdi negara (ASN) sejak tahun 2005. Aku punya beberapa mimpi dan harapan yang semoga bisa terwujud di tahun 2019 ini, mimpi yang sudah kupendam selama bertahun-tahun.

What's On Fimela
Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Salah satu mimpiku yang utama adalah mendirikan yayasan penyantunan kucing dan lansia. Mimpi ini sudah kupendam sejak tahun 2014 yang lalu. Kecintaanku terhadap binatang imut warna-warni yang juga kesayangan Nabi Muhammad ini diwariskan turun-temurun dari nenek moyangku. Mbok yang mengasuh aku sejak bayi adalah seorang penyayang kucing. Beliau telaten merawat kucing-kucingnya yang sakit dengan pengobatan tradisonal atau herbal dan ternyata banyak yang berhasil sembuh.

Pengalamanku menolong kucing yang pertama kali adalah saat aku kelas 2 SMA, ada seekor kucing kecil dalam keadaan sangat kurus aku jumpai di dekat mushola di terminal bus Ponorogo. Kucing itu kemudian aku bawa pulang ke rumah dan dirawat oleh mbok dan akhirnya tumbuh menjadi kucing yang gemuk. Setelah bekerja aku mulai ada kepedulian terhadap nasib kucing-kucing terlantar yang aku temui di pasar-pasar tradisional maupun di jalanan ataupun di sekitar kawasan permukiman warga.

Mulai aktif memberi makan kucing liar yang ada di kantor tempat aku bekerja yaitu tahun 2011 saat aku berdinas di Inspektorat Kabupaten Trenggalek. Mulai tahun 2012 sejak aku berdinas di Kantor Camat Gandusari Kabupaten Trenggalek aku mulai aktif me-rescue kucing-kucing terlantar di pasar Gandusari maupun yang aku temui di jalanan. Karena kucingku banyak aku sering diusir dari kontrakan. Pindah-pindah rumah kontrakan sudah biasa bagiku. Dan untuk biaya semua perjuanganku menolong kucing adalah dengan mengorbankan gaji bulananku.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Gajiku aku pakai sebagai jaminan berutang di bank karena dalam memperjuangkan kucing membutuhkan biaya yang tidak sedikit baik untuk memberi makan kucing maupun untuk biaya pindah-pindah kontrakan. Tahun 2014 aku mulai berpikir untuk mendirikan yayasan penyantunan kucing terlantar karena terinspirasi oleh temanku sekota yang seorang guru SLB yang sudah berhasil mendirikan yayasan pemberdayaan disabilitas. Sejak itu yang aku lakukan untuk mewujudkan mimpiku yaitu berdoa kepada Tuhan semesta alam agar meridhoi dan mengabulkan cita-citaku mendirikan yayasan penyantunan kucing terlantar karena aku sadar posisiku sebagai orang miskin.

Aku hanya punya hati yang tulus menyayangi boneka-boneka imut warna-warni ciptaan Tuhan ini. Akupun saat itu belum tahu bagaimana cara mendirikan yayasan. Yang aku tahu kalau yayasan itu ada donatur-donaturnya. Bertahun-tahun aku berdoa sambil tetap aktif menolong kucing terlantar yang aku temui di pasar-pasar maupun di jalanan. Tengah malam aku berdoa sambil menangis semoga Allah selalu welas asih pada kucing-kucing terlantar dan semoga Allah meridhoi cita-citaku.

Sampai suatu hari aku sempat putus asa karena setelah berdoa sekian lama belum juga ada titik terang akan terwujudnya yayasan impianku. Aku curhat kepada teman-temanku kerja juga kepada ustaz Abil yang aku kenal dari keaktifanku menjadi jamaah masjid Agung Trenggalek kota. Ternyata ustaz Abil memberiku motivasi untuk terus berdoa. Hingga suatu hari setelah lebaran 2015 pada suatu malam aku bermimpi berada di angkasa di antara bintang-bintang yang bertaburan dan di hadapanku ada formasi bintang membentuk lafad Allah dalam tulisan arab bersinar sangat menyilaukan.

Sebulan setelah itu aku yang tidak pernah berkeinginan mendirikan grup di Facebook yang bahkan aku waktu itu tidak mengerti grup di Facebook itu apa, tiba-tiba jari-jari tanganku seakan dituntun untuk membuat sebuah grup kucing. Jadilah tanggal 15 Agustus 2015 aku mendirikan grup pertolongan kucing terlantar "Indonesia Stray Cat Rescue" yang masih eksis sampai sekarang.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

Tanggal 6 Mei 2016 menyusul grup "Indonesia Sayang Kucing Domestik". Selain itu aku juga membuat grup "Kucing Desa Indonesia" namun grup ini tidak sempat tertangani dengan maksimal jadi belum bisa berkembang sebaik dua grup sebelumnya. Lewat grup kucing ini sudah banyak kucing yang berhasil ditangani. Walaupun sempat beberapa kali aku mengalami perundungan dalam perjalananku "meng-handle" grup namun aku menganggap semua itu sebagai bagian dari perjalananku menolong kucing yang memang harus dilalui.

Aku serahkan semuanya pada Sang Pencipta boneka-boneka hidup itu, jika memang Dia masih mau memakai aku sebagai alat-Nya untuk menolong kucing melalui media sosial ya insya Allah aku jalani dengan ikhlas dan tulus hati, namun jika Dia tidak lagi memakai aku sebagai alat-Nya untuk menolong kucing di media sosial ya sudah tidak apa-apa toh aku akan tetap menolong kucing di dunia nyata sejauh kemampuanku.

Aku berharap cita-citaku mendirikan yayasan penyantunan kucing dan lansia akan bisa terwujud di tahun 2019 ini namun aku tetap berserah diri pada Tuhan karena aku tahu bahwa semuanya tidaklah semudah yang dibayangkan. Selama ini sudah banyak suka duka yang aku alami dalam perjalananku menolong kucing. Sempat menjadi selebritis kelas amatiran di kotaku juga ketika kisahku menolong kucing sempat di muat di koran Jawa Pos Radar Trenggalek yaitu edisi 18 Juni 2016 dan edisi 20 April 2018.

Aku juga punya kepedulian terhadap lansia karena aku tumbuh dalam asuhan Bapak dan Mbok yang sudah berusia lanjut ketika mengasuhku jadi aku sudah terbiasa menyayangi dan mengasihi orang lanjut usia. Oleh sebab itu aku juga ingin yayasan impianku nanti juga menyantuni lansia selain menyantuni kucing terlantar. Namun untuk menyantuni lansia ini aku tidak punya program "penampungan", cukup menyantuni ke rumah-rumah.

Untuk kucing aku punya mimpi memiliki tempat penampungan kucing yaitu dengan menyewa lahan di sebuah bukit di kotaku. Di sana akan dipadukan dengan program Agro, yaitu pengembangan pertanian. Lahan ditanami tanaman misalnya tomat, cabai, bayam, kencur, kunyit, dan lain-lain. Jadi di lahan pertanian itu siang hari kucing-kucing yang ditampung bisa berjalan-jalan dengan santai. Dan untuk tempat berteduh mereka dibuatkan beberapa rumah sederhana dari bambu. Di sana juga akan ada kolam ikan yang ditaburi benih ikan hias, lele maupun gurame untuk makanan kucing. Karena selain untuk tempat penampungan kucing aku juga bermimpi shelter kucing impianku itu juga bisa menjadi tempat wisata anak-anak, baik wisata permainan maupun wisata edukasi.

Di sana akan ada taman bunga yang luas dengan koleksi kupu-kupu beraneka warna yang di taman bunga itu kucing-kucing bisa berjalan dengan leluasa dan tidur-tiduran dibawah tanaman bunga-bunga. Di sana juga dilengkapi sarana belajar anak-anak yaitu gubuk untuk belajar sains sederhana, belajar matematika, bahasa Jawa, membaca Quran. Juga ada "kampung dolanan" yaitu arena permainan tradisional untuk anak-anak untuk melestarikan permainan tradisional anak-anak yang mulai hilang tergerus zaman.

Ilustrasi./Copyright pixabay.com

 Juga ada teleskop agar anak-anak bisa belajar astronomi sederhana denga paket "kemah malam minggu" agar anak-anak semakin menyadari tanda-tanda kebesaran Tuhan semesta alam dengan bisa melihat bintang-bintang maupun bulan lebih dekat dan lebih besar. Ide ini secara tidak sengaja aku dapatkan dari pengurus grup "Astronomi Indonesia" di facebook yang mengusulkan aku membuat semacam observatorium sederhana untuk menuntun anak-anak belajar astronomi.

Itulah impianku yang terbesar selama ini yang sudah aku pendam selama bertahun-tahun. Dan untuk mewujudkannya aku mengandalkan doa kepada Tuhan semesta alam. Mimpi yang sudah kupendam sejak tahun 2014 dan sampai sekarang belum terwujud namun aku berusaha tidak putus asa dan tetap optimis dalam doa semoga suatu hari nanti impianku itu bisa terwujud.

Mimpi yang lain yaitu grup kucing yang aku dirikan di Facebook bisa semakin berdayaguna untuk menolong kucing-kucing dari berbagai daerah. Aku berharap grup itu bisa memiliki akte notaris jadi legal secara hukum. Namun aku tidak tahu apakah aku masih bisa eksis menjadi pengurus grup kucing itu karena saat ini sedang mengalami perundungan sehubungan masalah donasi. Aku serahkan semuanya pada Tuhan karena aku selama ini menolong kucing karena Dia Sang Pencipta boneka-boneka hidup itu.

Mimpiku yang lain adalah ingin segera menjadi ibu. Aku sejak SMA kelas 2 sudah aktif mengajar anak-anak di TPQ (Taman Pendidikan al Quran) sampai setelah aku diterima bekerja sebagai ASN aku sudah tidak bisa mengajar lagi apalagi setelah kesibukanku menolong kucing. Sejak kelas 2 SMA aku sudah punya jiwa keibuan yang besar mengajar anak-anak mulai usia balita sampai usia SMP.

Di awal kerja aku bisa menyalurkan naluri keibuanku dengan membantu merawat keponakanku dari usia 7 bulan sampai dia berusia 3 tahun. Dan tentu saja aku juga ingin menjadi ibu yang sesungguhnya dengan melahirkan anak dari rahimku sendiri walaupun semuanya aku serahkan kepada Yang Di Atas. Saat ini usiaku sudah 42 tahun dan aku belum juga menikah. Aku berharap semoga Allah segera memberi aku jodoh yang terbaik buat aku dan segera diberi amanah momongan sendiri. Namun semuanya tentu kembali pada takdir Sang Pencipta Kehidupan. Rejeki, jodoh, dan ajal adalah hak mutlak Sang Pemberi Kehidupan.

Itulah impian aku yang semoga saja bisa tercapai di tahun 2019 ini namun semuanya tetap aku serahkan pada Yang Maha Menentukan Segala Sesuatu. Aku percaya apapun itu adalah yang terbaik yang diberikan-Nya untukku. Aku hanya manusia biasa yang sangat jauh dari sempurna, tempatnya salah dan lupa. Aku hanya bisa berdoa namun aku tidak bisa mendikte Tuhan.

Aku pasrahkan semuanya pada kehendak Sang Khalik dan aku yakin apapun yang diberikan Dia untukku adalah yang terbaik buat aku karena Dia Maha Mengetahui apa yang terbaik buat aku sedang aku tidak tahu apa-apa selain apa yang telah diberitahukan-Nya padaku. Tetap optimis dalam usaha dan doa adalah warna hari-hariku dan menyerahkan semuanya pada takdir Sang Pencipta Kehidupan.