Kehilangan Kesempatan Nikah Muda dan Terpaksa Harus Dilangkahi Adik

Endah Wijayanti diperbarui 25 Jan 2019, 18:39 WIB

Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.

***

Oleh: Agnesia Margaretha Gunawan - Surabaya

Halo Sahabat Fimela, perkenalkan aku Agnes salah seorang karyawan swasta di Surabaya. Tahun ini aku menginjak usia 25 tahun, usia yang bisa dibilang matang bagi seorang wanita untuk segera menikah. Namun hal itu tidak berlaku buatku, bagiku pernikahan itu adalah pilihan sekali seumur hidup dan harus dipikirkan hati-hati dan penuh kematangan emosional tentunya.

Aku lahir dari 3 bersaudara, di mana aku adalah anak pertama dan ketiganya adalah perempuan. Adikku yang pertama sudah menikah dan memiliki anak saat ini, tentunya bagi seorang wanita dilangkahi itu emang nggak mudah apalagi dalam masalah perjodohan dan rumah tangga. Tapi tidak buatku, awalnya pasti banyak orang berpikir kenapa aku kok mau dilangkahi sama adikku dalam urusan pernikahan, tapi toh nyatanya aku tetap santai dengan impian dan cita-citaku yang saat ini masih harus ku selesaikan yaitu kuliah S2.

 

 

Ilustrasi./Copyright unsplash.com

Awalnya pas setelah selesai kuliah S1, aku pengen banget langsung lanjut S2, di samping karena waktu itu kuliahku sudah include sampai jenjang S2, tetapi ternyata tak terwujud karena nenekku menginginkan aku untuk kerja dulu. Okelah dengan alasan berbekal restu dari nenekku itu aku mengubur impianku sejenak buat kuliah S2. Sembari bekerja di salah satu bank swasta kala itu.

Seiring berjalannya waktu, waktu aku kerja di salah satu bank swasta itu dan aku inget banget waktu itu adikku yang pertama belum menikah dan akupun masih berumur 22 tahun. Usia yang sangat muda bukan, aku bertemu dan dikenalkan sih lebih tepatnya dengan anak salah satu nasabahku. Dia orang yang baik dan berada secara materi, dengan perbedaan usia yang terpaut 10 tahun lebih tua denganku, tentunya dia juga pasti siap menikah.

Tak lama setelah perkenalan kami, ya mungkin sekitar 3 bulan lah ya. Kami berencana melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Karena di satu sisi, adikku waktu itu juga minta segera nikah cepet-cepet. Tanpa mau dilangkahi, aku pun juga awalnya gercep banget dan ngebet pengen nikah juga supaya tak keduluan, sambil tetap menyimpan cita-citaku untuk bisa kuliah S2.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com

Sampai pada akhirnya, terjadi masalah dan tidak cocok yang menyebabkan aku putus di tengah jalan, padahal udah DP nih untuk foto pre wedding eh ternyata nggak jodoh juga. Akhirnya sembari termenung dan merenung kuputuskan uang hasil tabunganku yang awalnya untuk menikah, akhirnya aku kumpulkan terus sampai aku bisa kuliah S2 seperti saat ini.

Awalnya, berat memang mengorbankan pernikahan dengan pendidikan S2-ku karena selain nggak jodoh sama si doi, orangtuaku pun sebenarnya keberatan aku kuliah S2. Katanya cuman buang-buang dan untuk apa sekolah tinggi-tinggi akhirnya jadi ibu rumah tangga juga. Tapi itu semua tidak menyurutku semangatku dan harapanku untuk bisa kuliah S2. Meskipun aku juga tidak tahu masa depanku seperti apa nantinya. Tapi aku yakin dan percaya kalau Tuhan sudah menyiapkan cara dan rencana di awal yang baik untuk kita, pasti Tuhan akan menuntun kita menyelesaikannya juga.

Ya, meskipun aku kehilangan kesempatan untuk nikah muda dan terpaksa harus dilangkahi sama adikku perempuan yang nikah duluan dan sekarang dia sudah punya anak, tapi aku yakin akan ada saat buatku bisa menikah dengan orang yang tepat, setelah aku menyelesaikan pendidikan S2-ku ini. Ya, secara aku barusan masuk semester 1 kuliah S2 sih, cuma so far aku puas dan bahagia dengan keputusan yang kuambil sekarang. Dengan maksud dan tujuan supaya aku bisa mendidik anak-anakku dengan baik dimasa mendatang.

Thank you, Sahabat Fimela.