Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Nur Asiyah - Tulungagung
Orang bilang, pada akhirnya perempuan akan kembali ke dapur dan menjadi seorang ibu yang menetap di rumah. Apapun impian dan usaha yang ia lakukan, ia tetap akan menjadi istri dan ibu dari anak-anaknya. Dia tidak berhak di luar. Bukan di sekolah, bukan di sebuah kantor, maupun di sebuah toko kecil pinggir kota. Mungkin kamu akan meremehkan ucapan orang tersebut, tetapi jika takdir telah mengantarmu di persimpangan ini. Sungguh, kamu akan merasa hidupmu di ambang kehancuran. Kamu begitu kecewa dengan asa yang telah dibangun. Kamu juga takut untuk merobohkan asa setengah jadimu dan menggantinya dengan yang baru.
Di sini aku, dengan tahun laluku, dengan tahun baruku, juga masa depan yang menanti. Puing-puing usahaku di tahun lalu masih kentara. Begitu kentara hingga aku enggan melepaskannya. Aku adalah seorang guru bahasa Indonesia yang dipenuhi dengan impian. Salah satunya, aku ingin membina ekstrakurikuler jurnalistik dan sastra. Sebelum itu, aku sempat mengantar seorang siswa menjuarai lomba cipta puisi. Dari situlah, aku tahu murid-muridku memiliki potensi. Memang jabatanku tidak seberapa, tapi aku yakin mampu mengajari muridku bagaimana mengepakkan sayap yang indah dan membentang luas. Aku juga seorang penulis. Untuk diriku sendiri dan pembaca yang begitu dermawan. Pembaca yang rendah hati hingga mau mengamati deretan kata yang kubuat dari jutaan kata yang ada di dunia.
What's On Fimela
powered by
Tahukah, Oktober di tahun lalu, aku telah membayangkan perjuanganku akan semakin berat sekaligus menyenangkan di sekolah. Dengan ilmu yang akan kusemai sekaligus panen bersama murid-muridku, aku begitu bersemangat. Semua telah kususun satu demi satu agar aku mampu melanjutkan hidup dengan penuh arti. Bukan hanya untukku, tapi untuk dunia yang ada di sekelilingku pula. Namun, ternyata mewujudkan asa tidak semudah itu. Sebuah kepingan takdir yang begitu besar menghantam tataan hidup masa depan. Tuhan memberiku pilihan yang imbang hingga aku hampir tumbang.
Seorang lelaki dari ibukota provinsi datang melamar, dengan pengajuan akan membawaku jauh-jauh dari kampung halaman. Jika kamu jadi aku, apa kamu akan begitu saja siap? Sedihnya, Bapak langsung menjabat tangan lelaki itu dan menyuguhkan garis bibir yang menukik. Seakan Bapak mandat, “Tolong jaga anakku baik-baik.” Tetapi, bukan itu masalahnya. Bagaimana dengan impianku di sini? Asa dan semua perjuanganku. Kenapa aku harus meninggalkan impianku secepat ini? Bisakah aku menyelesaikan impian ini sebelum aku benar-benar pergi?
Pada akhirnya, aku tidak bisa berbalik arah. Aku harus terus berjalan lurus dan membiarkan semua kejadian yang Tuhan turunkan untukku berlanjut. Tahun 2019, aku akan menikah dengan orang yang baik tetapi jahat. Baik karena dia telah memberi asa baru yang masih canggung untuk kusentuh. Jahat karena dia tidak membiarkanku melanjutkan asa lama dengan tenang.
Saat posisi bulan ada di tengah, aku harus menghentikan asa lama, selesai atau tidak. Saat ini, aku harus berlomba dengan waktu. Bisa tebak siapa yang akan menang? Aku pun tak tahu. Doakan asa lamaku dapat terwujud dalam waktu empat bulan. Doakan juga asa baruku memberi jalan untuk asa lama bereinkarnasi di masa depan. Terima kasih.