Fimela.com, Jakarta Selain Facebook, Whatsapp sering digunakan untuk menyebarkan pesan atau berita. Bedanya, Whatsapp memiliki komunikasi dengan sifat yang lebih personal daripada Facebook. Whatsapp memungkinkan penggunanya untuk berkomunikasi secara personal dengan fitur End to End Encryption. Sehingga hanya pemberi dan penerima pesan yang hanya bisa membaca pesan tersebut. Bahkan Whatsapp sendiri tidak bisa.
Namun, Whatsapp pun sadar bahwa keamanan yang ditawarkan ketika melakukan komunikasi personal ini bukan tidak mungkin disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Di mana Whatsapp dijadikan platform penyebaran ujaran kebencian dan hoax melalui pesan berantai. Sehingga Whatsapp menggunakan sejumlah mekanisme untuk mencegah penyebaran hoax ini.
1. Batasan meneruskan pesan
Whatsapp menetapkan batasan untuk meneruskan pesan yang menurunkan kemungkinan viralitas sebuah pesan. Secara global, Whatsapp hanya akan membatasi penerusan pesan sebanyak lima orang mulai hari ini, Selasa (22/1/2019). Sebelumnya batasan ini berada di angka 20 orang dan ini menunjukkan penurunan perilaku penerusan pesan sebanyak 25 persen.
What's On Fimela
powered by
Cara Whatsapp cegah hoax dan hate speech
2. Sistem pelaporan ujaran kebencian dan hoax
Whatsapp pun membutuhkan keaktifan pengguna dalam memerangi hoax dan ujaran kebencian. Untuk itu, jika pengguna menemukan adanya pesan hoax dan mengandung ujaran kebencian, pengguna bisa menggunakan fitur Report Spam. Dengan begitu, Whatsapp bisa melakukan identifikasi apakah pesan tersebut merupakan hoax atau ujaran kebencian berdasarkan konteks lokal Indonesia.
3. Menutup akun spam
Penggunaan Whatsapp menggunakan nomor telepon sehingga memudahkan pelacakan terhadap identitas pengirim pesan. Ketika sebuah nomor tidak terdaftar dalam buku telepon, maka Whatsapp akan menawarkan pilihan untuk melakukan block atau ditambahkan sebagai teman. Jika dilaporkan sebagai akun spam, Whatsapp akan menganalisa perilaku pengguna tersebut sebelum akhirnya ditutup oleh Whatsapp,