Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Istantina - Jogjakarta
Juni 2019 ini, aku dan suami menikah selama 13 tahun. Selama belasan tahun menikah ini pula, baru sekitar satu tahun kami pernah benar-benar berada dalam satu atap. Selebihnya kami jalani secara LDR atau lebih tepatnya LDM, long distance marriage. Bagi sebagian orang bisa jadi bukan pilihan yang mudah, begitu pula dengan kami berdua. Awalnya, setelah menikah, aku berencana melanjutkan S2 Psikologi di Jogjakarta, sementara suami bekerja di Jakarta. Lalu, babak LDM pun dimulai.
Hingga kemudian anak pertama kami berusia 2 tahunan, suami pindah kerja ke Kalimantan Selatan. Aku dan si kecil menyusul lalu ikut tinggal di rantau. Tidak sampai setahun berada dalam satu atap, aku sakit hingga harus opname. Dan sejak itu, Ibuku dan suami merasa lebih tenang kalau aku berada di Jogjakarta saja.
Tanpa terasa, tahun demi tahun berlalu, suami juga sudah pindah kerja lagi, masih di luar Jawa dengan sistem roster, 7 minggu bekerja, 2 minggu libur. Di pekerjaan terbarunya ini, memang tinggal di site khusus, jadi tidak bisa membawa keluarga.
Pola ini, bertahun-tahun, membuat kami berdua nyaman-nyaman saja sebenarnya. Ketika saya melahirkan anak kedua, suami tidak mendapat izin untuk pulang, karena bukan di jatah liburnya. Meski sedih, tapi semua harus tetap dilalui kan?
Begitu pula, dengan LDM yang kami jalani, mengalir begitu saja sampai anak kedua kami menjelang masuk SD. Maret 2018 adalah titik di mana pemikiran kami tentang LDM sontak berubah. Kakakku dan suaminya, juga sama-sama menjalani LDM seperti aku dan suami. Hingga satu masa, suaminya memutuskan pensiun dini, karena ingin punya waktu lebih banyak bersama dengan kakakku dan anak-anaknya. Baru satu tahun bersama, ternyata Allah punya kehendak lain, kakakku meninggal dunia.
Aku dan suami yang biasanya santai dengan hubungan LDM belasan tahun ini, mendadak menjadi resah. Bahkan dalam sebuah percakapan, suami bilang, “Bun, Ayah nggak mau jauh-jauhan seperti ini terus."
Selama 4-5 tahun terakhir, sebenarnya suami sudah bekerja di Jakarta, tinggal bersama orang tuanya. Aku di Jogja bersama Ibu dan anak-anak. Opini untuk kumpul dalam satu atap, jarang sekali terbersit, karena sudah begitu nyamannya. Apalagi jarak antara Jogja dan Jakarta itu tidak terlalu jauh, bisa dijangkau dengan mudah.
Tapi sejak suami bilang, ingin berkumpul dalam satu atap, dan tidak ingin kehilangan momen tumbuh kembang anak-anak, maka kami pun bertekad kuat untuk segera mewujudkan impian kami tahun 2019 ini. Yaitu berkumpul bersama, tidak lagi jauh-jauhan dengan beda kota, bisa lebih intens mendidik anak-anak.
Itu artinya, kami juga perlu menyiapkan rumah untuk tinggal sekeluarga di Jakarta, meski secara hitung-hitungan biaya mungkin masih tidak memungkinkan, tapi dengan tekad yang kuat, aku dan suami yakin, pasti ada jalan keluar terbaik.
Bismillah, 2019, Bye-Bye LDM!