Fimela.com, Jakarta Seiring berjalannya waktu, dunia teknologi semakin berkembang dan mengalami kemajuan ke arah yang lebih baik. Salah satunya terjadi pada ponsel berkamera. Apakah kamu menyadarinya?
Hal ini tentu menjadi sebuah kabar baik bagi para pengguna. Terutama mereka yang hobi fotografi. Bicara soal fotografi, beberapa orang masih beranggapan jika foto yang bagus dihasilkan dari 'senjata' yang mahal.
Padahal, tidak selalu demikian. Ponsel berkamera yang kita miliki pun bisa menghasilkan foto ciamik. Bahkan, mungkin lebih baik dari kamera profesional. Nggak percaya? Orang-orang dari Komunitas Fotografi Ponsel (Kofipon) telah membuktikannya.
"Di Kofipon kami ingin menunjukkan kalau fotografi tuh nggak harus mahal, fotografi itu kan bukan tentang alat, tapi tentang cahaya, mau pakai handphone atau kamera SLR kalau memang fotonya bagus dan pesannya sampai ke yang melihat ya kenapa tidak? " kata Titus O. Mainassy, Humas dari Kofipon Jabodetabek, saat ditemui di kawasan Senayan pada Minggu (20/1) lalu.
Kofipon juga membuktikan dengan segala keterbatasan fitur yang dimiliki ponsel, mereka tetap bisa memaksimalkannya. "Ponsel berkamera punya keterbatasan yang harus dimaksimalkan, mungkin orang menganggap 'ah cuma begini doang', tapi bagaimana caranya bisa ambil foto yang bagus, soal teknik sama saja seperti foto biasa, tapi disesuaikan saja pengaturannya, ponsel sekarang sudah ada pengaturannya, tapi juga jangan bingung mikirin setting-an karena nanti momennya hilang," kata Titus.
Rezania Chairunnisyah, salah satu pengurus Kofipon Jabodetabek mengatakan hal serupa. Menurut Nia, begitu ia akrab disapa, secanggih apa pun ponsel berkamera yang digunakan, hasilnya akan kembali lagi pada pengguna. "Balik lagi ke orangnya, kalau handphone-nya canggih tapi kalau kita nggak bisa pakai ya sama saja," Nia bertutur.
Kendati Kofipon merupakan komunitas fotografi yang mengandalkan ponsel, tapi di komunitas ini juga terdapat para fotografer profesional yang ikut bergabung. "Ada fotografer profesional, ada fotografer jurnalis, fotografer pre-wedding, segala macam," ungkap Titus.
Jangan Main-main dengan Aturan Kofipon
Lebih lanjut, Titus menjelaskan asal usul Kofipon. Menurutnya, Kofipon bermula dari Yogyakarta dan berbasis di media sosial Facebook hingga akhirnya diwujudkan ke dunia nyata.
"Kofipon ini dibentuk tahun 2009 oleh Beni Sjamsuddin Toni di Yogyakarta, dia awalnya pakai ponsel Sony Ericson K700i, dia coba-coba dan ponsel itu lumayan lah ya saat itu, dan dia juga belum punya kamera analog, akhirnya dia coba-coba foto pakai ponsel dan hasilnya lumayan bagus, karena ternyata bukan cuma dia saja yang punya hobi memotret pakai ponsel, lalu dia ajak teman-temannya yang lain, tapi komunitas itu baru berbasis di Facebook," jelas pria kelahiran Jakarta, 30 Oktober 1991.
Dalam sebuah komunitas tentu terdapat banyak kepala dan pemikiran. Begitu juga di Kofipon. Setiap anggota memiliki kegemaran dalam memotret objek dan Kofipon tidak membatasi dalam hal ini. "Setiap kepala beda-beda, ada yang suka lanskap, ada juga yang suka street photography, ada yang suka foto makanan, foto mainan, ada juga yang minimalis, semua ada," kata Titus.
Selain berkomunitas, beberapa anggota di Kofipon Jabodetabek juga kerap menjadi pembicara tentang fotografi di berbagai event. "Kami sering diundang sebagai pembicara, baik di sesama komunitas maupun workshop fotografi, kayak waktu itu di Kompakers, lalu juga pernah jadi pembicara di acara Darwis Triadi," jelas pria yang hobi bermain musik dan fotografi ini.
Seperti komunitas pada umumnya, Kofipon memiliki aturan-aturan tersendiri bagi para anggotanya. Nia menjelaskan bahwa anggota tidak diperkenankan untuk menggunakan ponsel dual kamera untuk pengambilan foto bokeh.
"Penggunaan DSLR kalau untuk dokumentasi itu nggak masalah, kalau di-upload ke grup nggak boleh, foto harus dari hasil ponsel, dan kami ada rules untuk menghindari bikin bokeh dari ponsel dual kamera, tiga kamera, atau empat kamera, kecuali bokeh alami karena pengaturan ponselnya, lalu nggak boleh pakai aplikasi," jelas perempuan yang juga karyawati swasta ini.
"Banyak, sih, aturannya, digital imaging itu nggak boleh, seperti menghilangkan atau menambahkan objek, filter masih boleh tapi bukan coloring-nya, karena mau dibilang asli dari ponsel pasti bikin ketahuan," sambungnya.
Sebagai bentuk apresiasi Kofipon terhadap anggota, setiap orang yang gabung dipersilahkan mengunggah foto hasil jepretan masing-masing di grup Facebook. Kendati demikian, sebelum diterbitkan, kurator Kofipon berhak mengurasinya terlebih dahulu.
Pada di 2015, bahkan salah satu foto anggota Kofipon mendapat apresiasi dari publik. Nia mengakatakn bahwa salah satu foto dari anggota ada yang dibeli oleh warga negara asing (WNA).
"Di 2015, member kami punya foto bulan tapi dia bikin teleskop dari pipa air dan beli lensa fotokopi, dia benar-benar merakit sendiri teleskopnya, dan detailnya tuh dapat banget, kalau begitu ya dealing-nya langsung sama fotografernya," ujar perempuan kelahiran Jakarta, 2 April 1986.
Tertarik untuk gabung dan hunting foto bareng Kofipon? Langsung saja kepoin Instagram mereka di @kofipon dan temukan info seputar event dan hunting yang mereka buat. Syarat? "Syaratnya harus punya handphone berkamera," tandas Titus sembari tertawa.