Fimela.com, Jakarta Saat mendengar nama Ismail Marzuki, mungkin hanya segelintir judul lagu yang terbesit di benak orang Indonesia. Halo Halo Bandung, Indonesia Pusaka dan Selendang Sutra hanyalah beberapa judul dari sekitar 300 mahakarya yang telah didokumentasikan oleh putri semata wayang Ismail Marzuki, Rachmi Aziah.
Sama halnya dengan banyaknya karya-karya Ismail Marzuki yang terkubur waktu, Kaya.ID menyadari bahwa melimpahnya kekayaan terpendam Indonesia perlu digali dan diperkenalkan ke mata dunia. Terinspirasi dari kekayaan Indonesia, Kaya.ID menyadari bahwa musik Ismail Marzuki adalah salah satu harta Indonesia yang harus disenandungkan di seluruh dunia.
Mengangkat tema “Millennial Marzukiana”, Kaya.ID berkolaborasi dengan pianis dan komposer kenamaan Indonesia, Ananda Sukarlan, mempersembahkan konser amal bertajuk Jakarta New Year’s Concert 2019 yang dilangsungkan di Ciputra Artpreneur Theater Jakarta pada hari Minggu, 13 Januari 2019.
Acara ini merupakan perwujudan dari visi dan misi Kaya.ID dalam membawa hasil karya anak bangsa agar dapat dikenal secara global. Selain itu, konser ini juga merupakan bentuk kepedulian Kaya.ID terhadap para penyandang disabilitas di Indonesia. Terhitung lebih dari 100 kursi disumbangkan untuk penyandang disabilitas dari berbagai komunitas seperti bisu tuli dan down syndrome.
“Adalah sebuah kehormatan bagi kami dapat berkolaborasi dengan Ananda Sukarlan yang mempunyai hasrat yang sama dalam membangun dan mengembangkan potensi-potensi terpendam yang terdapat di Indonesia. Semoga karya-karya Ismail Marzuki dapat membuat setiap pendengarnya jatuh hati kepada Indonesia,” kata Nita Kartikasari CEO dari Kaya.ID.
Adalah cita cita dari seorang komposer internasional Ananda Sukarlan untuk mengadaptasikan karya Ismail Marzuki ke orkes megah, memperkenalkan karya musisi legenda Indonesia ke ranah musik klasik internasional yang belum mengenal musik Indonesia.
Walaupun telah lama menetap di Spanyol, Ananda Sukarlan tidak pernah lupa kepada tanah airnya dan ingin menunjukkan cintanya terhadap musik Indonesia melalui “Millennial Marzukiana”.
Mengadopsi strategi “Proxy War” dalam musik yang telah diterapkan oleh negara-negara Eropa selama berabad-abad, Ananda Sukarlan berharap partitur karya Ismail Marzuki dapat dibawakan oleh orkes manapun, dirigen manapun, sehingga lagu- lagu Ismail Marzuki dapat dikenal di seluruh dunia.
“Musik Mozart dapat dikenal di seluruh dunia tentu karena para musikus dan orkes di semua negara, termasuk Indonesia, memainkan karya-karya mereka. Inilah yang saya harapkan dengan hasil orkestrasi saya dari musik Marzuki, partitur karya-karyanya bisa dibawakan oleh musisi manapun di seluruh dunia sekaligus memperkenalkan musik sastra asli Indonesia,” ujar Ananda Sukarlan.
Dalam seri “Concerto Marzukiana”, Ananda Sukarlan sukses mengemas beberapa mahakarya Ismail Marzuki dalam gubahan orkes megah seperti Melati di Tapal Batas, Gugur Bunga, Wanita, Selendang Sutra, Halo-Halo Bandung dan Indonesia Pusaka.
What's On Fimela
powered by
Generasi muda yang mencintai musik tanah air
Bagi Marzuki muda, Indonesia di kala 1940-an merupakan puncak rasa cintanya tak hanya terhadap tanah air, namun pada sosok sang pendamping hidupnya, Euilis Zuraida. Dalam bermusik, Marzuki menggunakan situasi sekelilingnya sebagai inspirasi, mulai dari kepahlawanan, kerinduan akan kampung halaman, hingga romansa era perjuangan.
Seperti lagu “Gugur Bunga” yang diilhami ketika beliau melihat kembang-kembang layu yang menghiasi makam mendiang ayahnya dan mahakarya “Indonesia Pusaka” yang bercerita tentang kecintaannya terhadap tanah air Indonesia, yang juga sempat membuat sang maestro ditangkap oleh Kenpetai karena dianggap memprovokasi melawan penjajahan Jepang.
Karya-karya Ismail Marzuki yang digubah dalam seri “Concerto Marzukiana” dibawakan oleh Ananda Sukarlan Orchestra berkolaborasi dengan 5 musisi millennial kebanggaan Indonesia yang berusia dibawah 30 tahun.
Para musisi millennial yang terdiri dari Jessica Sudarta (Harpis), Finna Kurniawati (Violis), Anthony Hartono (Pianis), Mariska Setiawan (Soprano) dan Widhawan Aryo (Tenor) merupakan musisi yang kiprahnya sudah tidak diragukan lagi di kancah internasional.
Sama halnya dengan Ismail Marzuki yang memutuskan menjauhkan diri dari lagu-lagu barat untuk fokus menciptakan lagu-lagu khas Indonesia, para musisi millennial ini tetap menunjukkan kecintaan mereka terhadap tanah air dan berkontribusi besar terhadap perkembangan musik klasik di Indonesia.
Acara ini juga sukses dihadiri oleh para duta besar dari 12 negara, yaitu Rusia, Finlandia, Italia, Australia, Inggris, Peru, Jepang, Bangladesh, Kuba, Perancis, Korea Selatan dan Uzbekistan. Turut hadir sebagai tamu kehormatan, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Ibu Retno Marsudi.