Begini Sejarah dan Filosofi Kue Keranjang dalam Perayaan Imlek!

Febi Anindya Kirana diperbarui 17 Jan 2019, 18:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap kali perayaan tahun baru Cina atau di Indonesia disebut Imlek, bukan hanya ada kebersamaan bersama keluarga namun juga berbagai tradisinya. Seperti misalnya berbagai makanan khas Imlek yang punya banyak makna.

Salah satu makanan khas Imlek yang pasti sudah banyak diketahui orang adalah kue keranjang. Kue keranjang atau disebut dalam bahasa Kanton Nian Gao, seperti dilansir dari Wikipedia, adalah kue dibuat dari beras ketan dan gula. Meski bisa dimakan sepanjang tahun, namun secara tradisional makanan lebih populer sebagai kudapan khas Perayaan Imlek.

Disebut kue keranjang di Indonesia, khususnya Jawa Timur, karena kue ini dibuat dalam keranjang-keranjang kecil. Kue keranjang memang dibuat manis, karena Nian Gao atau Ni-Kwe dalam dialek Hokkian, berarti kue manis.

Kue keranjang memiliki filosofi pembawa keberuntungan. Di Cina terdapat kebiasaan dan kepercayaan bahwa menyantap kue keranjang lebih dulu di tahun baru Imlek sebelum makan makanan lain mampu menjadikan kehidupan manis dan beruntung sepanjang tahun.

Bukan hanya itu, sebutan Nian Gao dengan suku kata 'Nian' yang berarti 'lengket', pelafalannya mirip dengan kata 'tahun' dan kata 'Gao' yang diartikan sebagai 'tinggi', membuat kue ini memiliki makna filosofis peningkatan kemakmuran dan tingginya rezeki sepanjang tahun. Sehingga tidak mengherankan jika dulu orang-orang Tionghoa menumpuk banyak kue keranjang hingga tinggi dengan harapan rezeki mereka melimpah dan taraf hidup yang semakin menanjak.

Wah, ternyata seperti itu filosofi mendalam tentang kue keranjang atau kue dodolnya orang Tionghoa yang selalu dinikmati saat Imlek.