Menyambut Malaikat Pertamaku, Kupersiapkan Diri Jadi Ibu Tunggal

Endah Wijayanti diperbarui 17 Jan 2019, 11:18 WIB

Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.

***

Oleh: Fitria Rahmawati - Semarang

Saat memejamkan mata, aku melihatnya di antara bunga-bunga mawar yang tumbuh di halaman rumahku. Aku mendengar bisikannya pada semak ilalang yang subur di Pantai Panca, Semarang. Ada senja yang berbinar di bola matanya yang coklat saat ia datang dan menatapku.

Saat kudekap erat, kudengar ada keberanian dalam detak jantungnya. Aku mengalirkan banyak cinta di setiap aliran darahnya, kutumbuhkan kasih sayang Tuhan di setiap helai rambutnya. Kutiupkan kehangatan di setiap jemari tangannya yang mungil.

Ya, dia anak perempuanku yang akan lahir April tahun ini. Malaikat perdanaku. Ia adalah rapalan doa-doa yang kusematkan pada sepertiga malam yang sunyi di antara harapan-harapan yang terbata. Nama yang tergores dalam laman lahul mahfudzku sebagai teman hidup hingga sisa usia nanti. Maka kuberi ia sebutan Gendhisayu Wohingabdi. Ia bagaikan ketidakmungkinan yang mungkin, kesenjangan yang bisa disamaratakan, keindahan efek Magnus pada nalar pikir. Ya, Finestre yang sempurna. Kelak, semoga apa yang ia perbuat seperti namanya yang terukir dalam relung hatiku.

Ia hadir terlalu berani pada jiwa yang luka, menjadi keajaiban yang menyembuhkan. Kaki-kakinya yang kecil terus memberi kabar akan ada kehidupan baru di usiaku yang ke-29. Seperti doa yang sangat mujarab, ia bahkan menghentikanku dari berbagai macam obat candu, alkohol, hingga segala bentuk asap para ‘ahli hisap’. Sesederhana itu kuungkap kehadirannya pada cita-cita yang kubangun sejak remaja.

 

What's On Fimela
Kehamilan/copyright: unsplash/freestocks

Gendhisayu, yang bahkan belum kujumpai secara langsung di dunia ini, namun mampu menyelaraskan suara-suara sendu menjadi kegirangan untuk menyambutnya. Bahkan tulang-tulangnya yang belum menyatu justu begitu kuatnya menggugatku untuk menyelesaikan studiku di Magister Ilmu Komunikasi Undip. Kelulusan yang lama kutunda, sebuah cita-cinta yang belum kupurnakan.

Bagai elang yang terbang sendirian, ia dengan beraninya menghantarkanku pada kemurnian kasih dan bertekuk lutut di altar kedamaian. Ya, aku adalah calon orang tua tunggal baginya. Berbagai kegagalan yang sempat melintas, justru menjadikanku meraih kebahagiaan yang tidak ternilai harganya.

Terima kasih, Gendhis. Semoga, kehadiranmu menjadi penyempurna dalam ketidaksempurnaan hidup ini. I crossed my line, now I have to pay the price. Ya, you might fatherless, but I guarantee you are fearless. Kamu adalah impian semua perempuan, semua calon ibu, dan pembentuk peradaban. Banyak keajaiban yang terjadi saat aku mengandungmu.

Terima kasih menjadi pelengkap cita-cita yang Tuhan jawab tahun 2019 ini.