Setiap Orang Itu Luar Biasa dengan Caranya Masing-Masing

Endah Wijayanti diperbarui 16 Jan 2019, 18:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.

***

Oleh: S - Tangerang

I was just an ordinary high school student. Nilaiku secara akademis tidak bagus-bagus amat. Meskipun, ya, memang tidak sejelek itu juga. Organisasi? Aku ikut OSIS dan beberapa kepanitiaan. Bersyukur aku kerap diterima di bidang yang kusukai. Banyak pengalaman yang aku dapat di sana. Namun, entah kenapa dulu aku merasa kurang mengambil peran selama menjabat. Bukannya aku “gabut”. Aku merasa kurang memaksimalkan kesempatanku saja disana.

Social life? Dibilang supel juga sebetulnya aku kadang masih suka malas memulai percakapan. Dibilang pemalu juga enggak karena ada titik di mana aku bisa bertingkah memalukan kalau jiwa nekatnya muncul. Hobi? Menyanyi dan menulis. Ah, tapi semua itu sebatas kusimpan untuk diri sendiri atau sekadar iseng, baik tulisan maupun nyanyian.

Sudah kubilang, aku seperti meratakan semua kesempatan yang ada selama SMA. Tidak ada yang menonjol atau “berkesan” bagiku. Biasa saja, kan? Namun di tengah seluruh hal yang biasa itu, aku punya mimpi yang tidak biasa yakni menjadi mahasiswa kedokteran.

Seperti kebanyakan siswa kelas 12 lainnya, aku juga ikut bimbel. Pagi, siang, dan malam kerap kuhabiskan dengan soal-soal SBMPTN dan diskusi. Perjalanan terasa melelahkan. Pahitnya berkali-kali ditolak berbagai fakultas kedokteran membuatku sempat putus asa. Ya, aku tidak berhasil menjadi mahasiswa di jurusan impianku itu. Instead, Allah SWT memberiku tempat lain yang sebelumnya aku justru enggan sekali untuk terjun ke dalamnya: kedokteran gigi.

 

What's On Fimela
Ilustrasi/pexels.com/@zhuhehuai

Berbicara tentang resolusi 2019, punyaku sebetulnya tidak muluk-muluk amat. Berkaca dari diriku semasa SMA , aku ingin lebih totalitas di tahun ini. Aku tidak mau lagi hidup jadi orang yang mengandalkan prinsip “yang penting kelar”. Aku ingin memberikan yang terbaik sekarang dalam mengerjakan apapun karena pada akhirnya itulah yang bisa memberikan kesan mendalam di hidup.

Sebagai kelanjutan, aku juga ingin lebih mensyukuri hidup. Mungkin dulu aku selalu ingin seperti A atau B sampai melupakan jati diri sendiri. Jadinya malah seperti kutu loncat, melompat-lompat ke banyak pilihan di saat mentalku belum matang. Akhirnya, justru tidak ada yang “jadi” membentuk identitas siapa aku sebetulnya. Di saat ada yang ketika namanya disebut, orang pasti sudah mengenal dia dengan identitas tertentu sesuai minat dan bakatnya.

Langkah konkretnya bagaimana? Minatku pada bidang menulis ini akan lebih kufokuskan. Ada target-target kecil yang harus kupenuhi tiap minggunya agar hobiku ini menjadi lebih terasah. Perkuliahan juga akan kucoba jalani dengan sebaik-baiknya. Seperti pada minatku menulis, aku punya target belajar harian yang harus diriku patuhi. Aku akan berusaha mempertahankan nilai dengan baik sampai gelar dokter gigi kusandang nanti. Tidak hanya nilai, aku juga akan berusaha memahami dan menyukai setiap pelajaran yang diberikan. Jadi, nilai bagus itu secara tidak langsung akan mengikuti saat kita bisa memahami pelajaran dengan baik. Yah, meskipun kadang aku masih memimpikan stetoskop kelak terjuntai pada leherku. Eh, tapi, toh, sama-sama dokter, bukan?

Sedih? Menyesal? Ah, sekarang buat apa? Aku percaya kalau tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai. Harapan itu selalu ada. Mulai detik ini, aku akan membuka jalanku lebar-lebar. Tidak masalah jika harus melangkah setapak demi setapak karena tiap langkah kecil itu bernilai. Aku juga akan berhenti melabeli diriku sendiri dengan julukan orang yang biasa-biasa saja. Aku yakin, setiap orang itu luar biasa dengan cara mereka masing-masing.